Makna Metatah, Peralihan Manusia Bali Menuju Kedewasaan

Pernah mendengar istilah potong gigi? Bukan giginya yang dipotong ya. Potong gigi atau metatah adalah upacara umat Hindu agar manusia Bali menuju kedewasaan dalam hidupnya. Selain metatah, istilah lain untuk upacara ini yaitu mesangih atau menajamkan sesuatu. Sementara metatah bermakna memahat.
Mereka yang beragama Hindu Bali dan telah berusia remaja pasti harus melalui proses upacara metatah. Berdasarkan buku berjudul Upacara Potong Gigi dari Ida Bagus Putu Purwita, metatah punya makna dalam kehidupan manusia Hindu Bali. Apa saja makna metatah ini? Yuk baca selengkapnya di bawah ini.
Metatah untuk mengendalikan enam musuh dalam diri manusia

Berdasarkan buku tersebut, ada tiga makna metatah dalam kehidupan manusia Bali. Pertama sebagai pergantian perilaku untuk menjadi manusia sejati agar dapat mengendalikan diri dari godaan nafsu. Kedua, untuk memenuhi kewajiban orangtua terhadap anaknya untuk menemukan hakikat manusia sejati. Ketiga, demi pertemuan kelak di surga antara anak dengan orangtuanya setelah sama-sama meninggal.
Sementara, Lontar Tattwa Kala menuliskan bahwa metatah sebagai upacara penyucian untuk mengendalikan maupun menghilangkan enam musuh dalam diri manusia (Sad Ripu). Keenam musuh itu seperti keinginan (kama), kemarahan (krodha), tamak atau rakus (lobha), hawa nafsu (moha), kemabukan (mada), dan iri hati (matsarya).
Ritus peralihan lingkar hidup manusia Bali

Upacara potong gigi adalah satu bagian dari ritus peralihan manusia Hindu Bali. Bapak Antropologi Indonesia, Koentjaraningrat, menuliskan dalam buku Ritus Peralihan di Indonesia tentang pemikiran Arnold Van Gennep.
Arnold Van Gennep membagi ritus dan upacara menyangkut lingkar hidup ke dalam tiga tahap, yaitu tahap perpisahan (separation), tahap peralihan (marge), dan tahap integrasi kembali (agregation). Sementara, upacara potong gigi termasuk dalam upacara lingkar kehidupan manusia.
Sementara, upacara lingkar hidup lainnya untuk manusia Bali secara berurutan sebagai berikut upacara magedong-gedongan (upacara bayi dalam kandungan), upacara bayi lahir, upacara kepus puser, upacara bayi berumur 42 hari, upacara nyambutin, upacara satu oton, upacara meningkat dewasa atau menek kelih, upacara potong gigi, dan upacara perkawinan.
Perlengkapan sarana upakara metatah

Sebelum upacara metatah berlangsung, ada berbagai sarana upakara maupun sesajen untuk melangsungkan upacara metatah, seperti sajen, balai-balai lengkap dengan dipan untuk upacara potong gigi dibuat yang baru. Balai ini persis seperti tempat tidur dengan berbagai perlengkapan seperti bantal, kasur, seprai atau tikar yang berisi gambar Semara Ratih sebagai simbol dewa cinta dan kasih.
Ada juga kelapa kuning yang telah dilubangi sedemikian rupa dan airnya dibuang untuk tempat membuang air liur peserta upacara potong gigi. Setelah itu kelapa kuning ini dipendam di belakang sanggah (tempat sembahyang pada setiap rumah tangga umat Hindu di Bali).
Selain perlengkapan di atas, ada sebuah bokor yakni tempat berisi perlengkapan kikir gigi seperti cermin, pahat dan daun sirih. Beberapa helai kain juga harus tersedia sebagai sarana untuk menutupi tubuh peserta metatah pada saat proses potong gigi berlangsung.