Nasib Folklore Indonesia, Baru Pertama Diselenggarakan di Bali

- Festival folklore diselenggarakan di Bali selama empat hari, menghadirkan perayaan budaya dan seni tari dunia
- NIFF 2025 dirancang sebagai platform komunitas internasional dalam mempersembahkan warisan budaya mereka di Indonesia
- NIFF menyasar audiens yang beragam, termasuk generasi muda, produser seni pertunjukan, peneliti, pelajar, wisatawan mancanegara
Gianyar, IDN Times – Bali sebagai destinasi wisata dunia ternyata baru pertama kali ini menyelenggarakan seni tradisi atau folklore. Folklore merupakan ekspresi budaya yang lahir dari filosofi, norma, adat, serta cara hidup masyarakat yang diwariskan turun-temurun. Maestro Tari Lintas Tradisi Indonesia, Didik Nini Thowok, mengatakan keberadaan seni tradisi di era modern saat ini menghadapi tantangan serius, termasuk menurunnya minat generasi muda serta tekanan budaya global. Ia berharap Nusantara International Folklore Festival (NIFF) 2025 mampu mempromosikan, menghidupkan, merayakan seni tradisi Indonesia dan dunia.
"Festival ini diharapkan mampu memperkuat nilai warisan budaya, memperluas promosi, sekaligus menjadi wadah kerja sama internasional dalam bidang seni tradisi," terangnya.
1. NIFF 2025 menjadi ruang untuk merawat warisan seni tradisi

Festival folklore ini diselenggarakan oleh Yayasan Ardhanari Dharma Chitta selama empat hari di Arma Museum & Resort, Ubud, Kabupaten Gianyar. Festival tahunan ini menghadirkan perayaan budaya dan seni tari dunia, sekaligus menjadi ruang untuk merawat warisan seni tradisi di tengah tantangan globalisasi. Setidaknya lebih dari 200 orang partisipan terlibat dalam acara ini.
“Folklore itu bukan hanya kerakyatan tapi juga keraton. Bahkan ungkapan sehari-hari adalah bagian dari folklor. Itulah yang ingin kami hadirkan,” ungkap Penari dan Pendiri Indonesian Dance Festival, Maria Darmaningsih.
2. Festival untuk perlindungan budaya tradisional Indonesia

NIFF 2025 dirancang untuk menjadi platform komunitas internasional dalam mempersembahkan warisan budaya mereka di Indonesia, sekaligus menyuguhkan kekayaan seni tradisional Indonesia kepada peserta mancanegara dan warga asing yang tinggal di Indonesia. Festival ini juga dimaksudkan sebagai bentuk kontribusi nyata dalam upaya perlindungan budaya tradisional.
"Sebetunya secara festival internasional itu sudah banyak festival folklore yang terjadi di luar negeri, dan orang-orang Indonesia berbondong-bondong pergi ke sana. Kami berpikir kenapa kami gak bikin di Indonesia juga, membuat orang luar datang di Indonesia," ungkap Maria.
3. Perlu peran generasi muda untuk pelestarian seni tradisi

Didik Nini Thowok mengatakan, NIFF menyasar audiens yang beragam, mulai dari produser seni pertunjukan nasional maupun internasional, seniman, peneliti, pelajar, mahasiswa, wisatawan mancanegara, ekspatriat, hingga jurnalis dan lembaga pemerintah. Festival ini juga ditujukan bagi masyarakat umum yang memiliki ketertarikan pada seni dan budaya tradisional. Satu hal yang perlu dibagikan kepada generasi muda Indonesia saat ini adalah bagaimana menghormati tradisi budaya lain.
"Indonesia banyak sekali keberagaman," katanya.
Sementara itu Festival Director NIFF 2025, Sita Tyasutami, mengatakan NIFF bukan sekadar panggung pertunjukan. NIFF adalah ruang perjumpaan, di mana tradisi dan inovasi bertemu.
"Juga di mana kisah-kisah budaya dari berbagai bangsa bisa dibagikan, dipahami, dan dirayakan bersama," terangnya.