Bali Punya Breeding Center Perkici Dada Merah

- Perkici Dada Merah di Bali perlu dikembangbiakkan
- Ancaman perdagangan ilegal dan hilangnya habitat alami mengancam kelestarian spesies
- BKSDA Bali memiliki banyak pekerjaan rumah dalam pelestarian satwa terancam punah
Gianyar, IDN Times - Taman Safari Bali meresmikan Lorikeet Breeding Center Perkici Dada Merah (Trichoglossus forsteni mitchellii) pada Jumat (26/9/2025). Founder Taman Safari Indonesia, Jansen Manansang mengatakan, pusat pembiakan ini menjadi tonggak penting dalam upaya pelestarian burung endemik Indonesia yang terancam punah, khususnya Perkici Dada Merah.
"Lorikeet Breeding Center ini dirancang untuk mendukung program pengembangbiakan terkontrol yang berorientasi pelepasliaran di habitat alaminya (connecting ex situ to in situ). Harapan kami, hutan-hutan di Bali dan Lombok kembali semarak oleh suara Perkici Dada Merah," ungkapnya.
Belum lama ini, Perkici Dada Merah direpatriasi atau dikembalikan dari Inggris ke Bali. Spesies ini diungkap mengalami penurunan populasi di alam liar.
1. Burung langka harus dikembangbiakkan

Jansen Manansang mengungkap, di tahun 1990-an, Perkici Dada Merah di wilyah Bali hanya 4 ekor saja. Sementara di luar Indonesia jumlah mereka terbilang banyak. Upaya breeding tersebut kepada 20 ekor Perkici Dada Merah. Harapannya mereka akan segera bertelur dan bisa dilepasliarkan kembali.
"Burung-burung yang sudah langka gak boleh dilangkakan. Harusnya ada perkembangan," terangnya.
2. Perdagangan ilegal mengancam kelestarian satwa
Direktur Konservasi Spesies dan Genetik, Nunu Anugrah mengatakan, Perkici Dada Merah masuk kategori Endangered (EN), menurut IUCN. Ancaman utama spesies ini berasal dari perdagangan ilegal dan hilangnya habitat alami, sehingga keberadaan breeding center menjadi bagian vital dalam strategi konservasi jangka panjang.
Sebagai simbol harapan, sepasang indukan perkici resmi diberi nama Galih dan Arya. "Ini adalah bukti nyata komitmen pemerintah bersama mitra strategis dalam menyelamatkan satwa endemik. Repatriasi Perkici Dada Merah merupakan langkah awal yang penting, dan kami berharap pusat pembiakan ini dapat mendukung program pelepasliaran, sehingga satwa ini kembali mengisi ekosistem alaminya," jelasnya.
3. BKSDA Bali mendukung upaya pelestarian hewan langka

Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bali, Ratna Hendratmoko menyampaikan dukungan dan membuka ruang kolaborasi bagi seluruh pemangku kepentingan untuk bersama-sama menjaga kelestarian satwa dan habitatnya, demi masa depan yang lebih lestari.
Saat ini, satwa endemik Bali yang terancam punah dan masih diusahakan adalah Kakak Tua Jambul Kuning kecil di Nusa Penida. Data terakhir satwa ini hanya tinggal sepasang. Kondisi ini menjadi pekerjaan rumah bagi semua pihak.
"Cerita sukses Jalak Bali semoga terulang pada Perkici Dada Merah," terangnya.