PHRI Bali Mendorong Hotel dan Restoran Audit Risiko Bencana Banjir

Denpasar, IDN Times - Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali mendorong hotel dan restoran di Bali melakukan audit risiko bencana banjir serta krisis iklim. Hal ini disampaikan oleh Sekretaris Jenderal (Sekjen) PHRI Bali, Perry Markus, dalam Diskusi Media yang diselenggarakan Institute for Essential Services Reform (IESR) di City of Aventus Denpasar, Selasa (30/9/2025).
Melalui diskusi dan pelatihan bertajuk Jurnalis Berkontribusi dalam Pembangunan Rendah Karbon di Sektor Pariwisata, Perry mengatakan kondisi pariwisata di Bali berada dalam persimpangan. Yaitu memperkuat pariwisata hijau hingga berhadapan dengan krisis iklim dan bencana.
Perry menyoroti bencana banjir di Bali pada Rabu lalu, 10 September 2025, menjadi pembelajaran bagi pelaku industri pariwisata.
“Kalau dilihat dari latar belakangnya, mau gak mau kita pasti kena juga ya. Secara global menghadapi tantangan dari perubahan iklim yang ada, dan itu juga berdampak ke lingkungan kita,” kata Perry.
Bagaimana strategi PHRI Bali menghadapi tantangan krisis iklim? Baca selengkapnya di bawah ini.
1. Mitigasi di tengah krisis iklim, menyelami implementasi pariwisata hijau

Perry melanjutkan, bencana banjir di Bali adalah yang terparah dengan multi penyebab. Seperti cuaca ekstrem, drainase bermasalah, dan sengkarut alih fungsi lahan. Bencana berdampak pada berbagai lapisan kehidupan di Bali. Perry mengungkapkan, sektor pariwisata khususnya hotel dan restoran juga terdampak.
Sorotan di dunia internasional terhadap bencana banjir, bagi Perry berpengaruh terhadap situasi pariwisata di Bali. Sehingga, Ia menganggap sudah saatnya hotel dan restoran serius dalam mitigasi bencana di tengah krisis iklim yang tak terelakkan.
“Nah, kalau kita lihat dari sisi ini salah satunya adalah mengenai energi bersih dapat menjadi solusi. Nanti dimitigasi sekaligus jadi branding bagi pariwisata kita,” ujarnya.
2. PHRI Bali mendorong hotel dan restoran mengaudit risiko krisis iklim dan berbagai bencana

Tantangan krisis iklim di depan mata, membuat PHRI Bali mulai mendorong hotel dan restoran melakukan audit terhadap risiko krisis iklim. Perry menyebutkan, risiko ini meliputi bencana alam seperti, banjir, krisis air, cuaca ekstrim dan sebagainya.
“Selama ini kita auditnya di kebencanaan itu ada gempa bumi, tsunami, kebakaran. Kalau banjir gak pernah,” terangnya.
Bencana banjir bandang di Bali, bagi Perry adalah kesempatan untuk berbenah. Kejadian luar biasa tersebut membuatnya melirik penyusunan strategi mitigasi yang lebih komprehensif, termasuk mendalami tata kelola air.
“Kemudian juga meningkatkan investasi pada sistem manajemen air ya. Bagaimana ini untuk teknologinya dan perlindungannya untuk area resapan,” kata Perry.
3. Protokol dan audit darurat banjir harus segera dilakukan

Selama ini, PHRI Bali hanya melakukan pendampingan terhadap beberapa darurat kebencanaan, seperti gempa bumi, tsunami, tanah longsor, dan kebakaran. Pendampingan ini secara spesifik menyesuaikan lokasi hotel dan restoran.
Perry mencontohkan, jika hotel dan restoran berada di sekitar pantai, maka audit bencana yang dimaksimalkan adalah potensi tsunami.
“Kalau longsor yang di daerah tebing-tebing dan sungai misalnya daerah Ubud dan sebagainya itu rawan, Kintamani juga, “ ujar Perry.
Banjir bandang belum pernah menjadi prioritas audit bencana pada sektor hotel dan restoran. Perry menegaskan, audit khusus banjir harus dilakukan.
"Banjir ini kita belum pernah, memang harus dilakukan," katanya.