Jalan Umum di Bali Sudah Terlalu Padat, Kereta Api Jadi Moda Pilihan
Denpasar, IDN Times - Wacana untuk membangun jalur kereta api di Bali sudah berulang kali dimunculkan. Bahkan Gubernur Bali, I Wayan Koster, ikut menyambut atas wacana tersebut. Namun wacana itu masih belum pasti, apakah benar akan dibangun perlintasan kereta api atau tidak. Lantas, seberapa perlu perlintasan kereta api dibuat di Pulau Dewata seluas 5.780 kilometer persegi ini?
1. Angkutan publik memanfaatkan jalan umum yang sudah terjebak kemacetan

Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Provinsi Bali, Bali, I Gede Samsi Gunartha, menyebut kereta api atau angkutan massal sangat dibutuhkan Bali saat ini. Pasalnya, angkutan umum lain yang memanfaatkan jalan umum, sudah terjebak kemacetan dan padat. Maka pilihannya adalah tol atau high speed, memperbesar kapasitas jalan, atau angkutan massal lain seperti kereta api.
"Angkutan umum sekarang kan menggunakan jalan semua, dan macet. Jadi pilihannya adalah perbesar kapasitas," kata dia, Jumat (17/5) lalu.
2. Lumrah, jika awal-awal kereta api sepi

Ia menuturkan, pada awal pengoperasian moda transportaai massal ini nanti, pasti tidak akan langsung penuh atau terisi. Hal ini lumrah, karena masyarakat membutuhkan waktu untuk menilainya. Karena itu, perlu dilakukan pelayanan secara optimal untuk menarik perhatian masyarakat.
"Dan pelayanannya memang harus dilakukan optimal dulu. Demand dipengaruhi performance yang ada. Kita tak bisa harapkan awal-awal kereta akan penuh. Memang sudah jadi nature-nya," kata dia.
Pilihan kereta api yang akan dipilih di Bali adalah kereta listrik. Jenisnya bisa seperti Light Rail Transit (LRT), Kereta Rel Listrik (KRL), atau moda lain yang kini banyak dikembangkan di luar negeri seperti metro kapsul.
"Tinggal diverifikasi dahulu teknologi mana yang mungkin untuk diterapkan," jelasnya.
3. Pendanaan untuk membangun jalur kereta api ini banyak opsinya
Jika pengadaan ini murni menggunakan anggaran pemerintah, maka proses perencanaan hingga pembangunan akan membutuhkan waktu yang lama. Namun hal ini bisa dipersingkat jika nantinya mampu mempersiapkan study awalnya lebih cepat. Pendanaan, kata dia, banyak pilihannya. Seperti kerja sama dengan pihak lain.
Untuk opsi-opsi pendanaan nanti, bisa dengan KPBU atau kerjasama pemerintah dan badan usaha. Namun, untuk nilai pendanaan yang dibutuhkan, ia belum mengatakannya.
"Penganggaran dan lain-lain, butuh waktu tahunan. Tapi kita ada model lain, yang bisa digunakan. Bisa di-skip jika kita bisa persiapkan study awalnya," ungkapnya.
4. Rasio kepadatan kendaraan di Bali 1:1, artinya bayi yang lahir di Bali diibaratkan sudah memiliki kendaraan

Ia menjelaskan, rasio atau kepadatan kendaraan di Bali sudah sangat padat. Perbandingannya, hampir satu penduduk dibanding 0,97 atau hampir setara satu banding satu. Artinya, bayi yang lahir di Bali diibaratkan sudah memiliki kendaraan.
"Sudah jenuh demgan sisi pertumbuhan kendaraan. Dan ini tergantung aktivitas ekonominya naik bisa tumbuh lagi," jelasnya.
5. Mengwitani-Singaraja jadi prioritas jalur kereta api

Prioritas jalur kereta api di Bali adalah jalur bandara, Mengwitani ke Singaraja. Namun pada kelayakan study yang pertama, secara teknis tidak layak. Misalnya, jalur terowongan yang terlalu panjang hingga jalur yang kelewat tinggi.
Sehingga sudah disiapkan study alternatif yang dianggap lebih layak. Menurutnya, pada study kelayakan yang baru lebih memungkinkan.
"Lebih punya prospek dari sebelumnya. Kereta api rute prioritas Mengwitani Singaraja. Ini prioritas yang menjadi program KPBU (Kerjasama pemerintah dan badan usaha), prakaesanya pemerintah kemudian akan dikembangkam lelang investasi," terangnya.
Melihat ulasan dari dishub di atas, bagaimana nih tanggapan masyarakat Bali tentang wacana kereta api ini? Yuk, share pendapatmu di kolom komentar.
6. Desain kereta api di Bali harus punya ciri khas sendiri

Sementara itu Gubernur Bali, I Wayan koster. Ia berharap, jika benar akan dibangun jalur kereta api di Bali harus ramah lingkungan. Ia menginginkan desain dan ciri kereta api nanti harus berbeda dari daerah lain. Selain selaras dengan alam, juga harus ramah lingkungan.
"Kita ingin desain yang beda, dengan estetika dan ciri khas tersendiri, dengan sentuhan (Nuansa, red) lokal. Jadi berbeda dengan daerah lain. Bali ini kecil, tapi selalu dilihat dunia," kata dia, tak lama ini.
Kepala Biro Perencanaan Sekretariat Jenderal Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Gede Pasek Suardika, mendukung atas wacana tersebut. Ia juga mendorong realisasi pembangunan dan pengembangan kereta api di Bali. Saran yang diberikan adalah jalur kereta api nantinya bisa terhubung pula dengan bandara dan pusat-pusat kegiatan lain.
"Ini juga sesuai amanah Bapak Presiden yang mendorong pembangunan infrastruktur dan konektivitas nasional," ujar Suardika.

















