15 Persen Lansia di Tabanan Mengalami Depresi dari Hasil CKG

Tabanan, IDN Times - Sejak cek kesehatan gratis (CKG) diluncurkan Februari 2025 lalu, Kabupaten Tabanan mencatat 22 ribu orang lebih yang mengakses layanan ini. Satu di antaranya lanjut usia (lansia) sebanyak 2.838 orang. Dari angka itu, sebanyak 417 prang mengalami gejala depresi atau sekitar 14,69 persen.
Sebenarnya apa yang menyebabkan lansia di Tabanan mengalami depresi? Berikut pemaparan Konsultan Psikologi di Kabupaten Tabanan, Ni Ketut Jeni Adhi SPsi MPsi Psikolog.
1. Penyebab lansia di Tabanan mengalami depresi

Menurut Jeni, penyebabnya cukup beragam dari kasus lansia depresi yang ia tangani selama ini. Satu di antaranya karena mereka kehilangan pasangan hidup.
"Memang depresi tidak langsung terjadi saat mereka kehilangan pasangan. Tetapi terakumulasi beberapa tahun setelahnya. Hal ini karena rasa kesepian ditinggalkan pasangan," ujarnya, Sabtu (13/9/2025).
Selain kehilangan pasangan, penyebab depresi lainnya adalah kehilangan power dalam hal pekerjaan, kehilangan kemampuan fisik yang tidak sesehat dulu, hingga finansial.
"Pengelolaan keuangannya tidak dikelola lansia sendiri, tetapi sudah dipegang anak maupun cucu," kata Jeni.
Selain itu, penyebab lainnya karena mengidap penyakit kronis seperti diabetes dan jantung.
2. Ciri-ciri lansia depresi

Jeni memaparkan, secara umum gejala depresi pada lansia sama dengan gejala depresi umumnya. Namun sebagian besar dari mereka lebih mengalami keluhan fisik seperti nyeri atau kelelahan, perubahan kognisi, penurunan daya ingat, dan lebih pendiam.
Lansia cenderung menarik diri dari lingkungan sosial yang lebih luas, mengalami gangguan tidur dan makan. Emosinya berfluktuasi, di mana mereka kerap merasakan sedih dan perasaan putus asa.
"Lansia juga merasakan sakit di bagian tubuhnya. Tetapi tidak jelas apa penyebabnya," kata Jeni.
Ciri lainnya, lansia mudah tersinggung. Apa pun yang dilakukan orang di sekitarnya terasa negatif di dalam pikiran mereka. Menurut Jeni, jika hal ini tidak langsung ditangani, kemungkinan terburuknya adalah lansia melakukan bunuh diri atau mengakhiri hidup.
3. Penanganan lansia agar tidak depresi

Peran lingkungan keluarga sebenarnya memegang kunci penting agar lansia tidak mengalami depresi. Dimana menjaga komunikasi dengan lansia dalam sehariannya perlu dilakukan, selain memenuhi kebutuhan pokok mereka.
"Walaupun hanya sekedar mendengar mereka bercerita kisah yang berulang-ulang. Bagi generasi muda, hal ini mungkin terasa membosankan. Tetapi dengan berkomunikasi dan mendengar lansia bercerita bisa sangat membantu agar mereka tidak depresi," ujar Jeni.
Selain itu, lansia juga harus didorong untuk beraktivitas dan memiliki hobi yang menyenangkan. Menurutnya, mereka harus dilibatkan dalam aktivitas sesama lansia, seperti mengikuti senam lansia maupun kegiatan berkumpul untuk sekadar berbagi cerita. Apabila lansia sudah mengalami depresi, maka pertolongan profesional bisa dilakukan.
"Nantinya tentu mereka akan diberikan penanganan maupun pengobatan sesuai dengan kondisi psikis dan fisiknya," ujar Jeni.