Geliat Teba Modern di Kota Denpasar, Satu Cara Kelola Sampah Organik

Denpasar, IDN Times - Bakalan ke mana ya warga Kota Denpasar membuang sampah organik? Yup, jawabannya ada di teba atau kebun belakang rumah. Namun, lahan menyempit dan padatnya pemukiman membuat teba tak dapat dimiliki setiap rumah tangga. Kota Denpasar mengupayakan gerakan teba modern sebagai satu cara untuk mengelola sampah organik secara mandiri dan kolektif.
Pegiat komunitas eco enzyme di Denpasar, Ketut Udi Prayudi, bercerita telah menerapkan sistem teba modern di lingkungan Banjar Kertasari, Kelurahan Panjer, Kecamatan Denpasar Selatan. Udi bersama warga di lingkungan rumahnya menerapkan mekanisme teba modern.
“Kalau teba modern itu kan salah satu pengolahan sampah berbasis sumber selain ekoenzim, biopori, dan komposter,” ujar Udi kepada IDN Times, Sabtu (28/6/2025).
Lalu apa saja fungsi teba modern dan gimana kondisinya di Kota Denpasar? Baca selengkapnya di bawah ini.
1. Perputaran sampah organik di teba modern

Menurut Udi, setiap rumah tangga maupun wilayah banjar harus menyisakan sedikit lahan untuk membangun teba modern. Ia bersemangat merekomendasikan teba modern karena ada sederet manfaat, seperti tempat pengelolaan sampah organik dan sarana resapan air.
Berbagai jenis sampah organik seperti dedaunan, ranting, canang, maupun sisa makanan dapat diolah dalam teba modern. Udi memaparkan, berbagai sampah organik itu akan menjadi makanan bagi biota tanah misalnya, cacing, ulat, semut, dan sebagainya.
2. Berharap mampu mengurangi sampah ke TPA

Pada 2024, Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) mencatat, komposisi sampah di Kota Denpasar sebagian besar berupa kayu, ranting, dan sisa makanan. Udi berharap setiap rumah tangga, kantor, perusahaan, dan pemerintahan memiliki teba modern.
Teba modern akan menjadi wadah mengisi air bawah tanah dan mengelola sampah organik. Udi berharap geliat teba modern di Kota Denpasar mampu mengurangi jumlah sampah yang masuk ke tempat pembuangan akhir (TPA).
3. Pelaksanaan pengawasan teba modern selama tiga bulan sekali

Kepala Bidang Pengendalian, Penanggulangan Bencana Alam dan Pencemaran Lingkungan DLHK Kota Denpasar, I Dewa Gede Oka Adhi, mengatakan ada tren positif perkembangan teba modern di Kota Denpasar. Sebaran teba modern ada di berbagai lokasi seperti di sekolah, banjar, pura (tempat suci umat Hindu Bali), setra (kuburan), dan kantor pemerintahan.
Oka mengatakan, pihaknya mengupayakan pengawasan setiap tiga bulan sekali. Pengawasan ini juga meliputi sosialisasi dan pedoman memanen kompos di teba modern.
“Pengawasan kita selalu berkoordinasi kepada pihak yang telah menggunakan teba modern, sudah sejauh mana manfaat dari teba modern tersebut,” kata Oka.
Ia mengatakan, masa panen kompos di teba modern membutuhkan waktu delapan bulan sampai satu tahun. Oka berharap warga Kota Denpasar dapat memahami manfaat dari keberadaan teba modern.
“Paling penting adalah teba modern mengurangi sampah masuk ke TPA yang saat ini sudah sangat memprihatinkan.”