FOTO Bali Festival Tampilkan 241 Karya Bertema LIFE Berbagai Negara

Tabanan, IDN Times - Sejumlah karya fotografi tergantung di halaman berumput. Beberapa lainnya terlihat apik di dalam ruangan yang serba berwarna putih di Nuanu. Menariknya, karya ini mampu memikat mata siapa pun yang lewat. Sebab mengupas tentang berbagai sendi kehidupan yang terabadikan di permukaan kertas. Project Manager FOTO Bali Festival Nuanu, Pia Diamandis, mengatakan FOTO Bali Festival merupakan festival internasional dengan tujuan menjadikan Bali sebagai hub regional untuk fotografi. Bali dianggap unik, sebagai lokasi yang mempertemukan orang-orang dari berbagai latar belakang yang diselenggarakan sejak 26 Juli hingga 17 Agustus 2025.
"Ini pameran pertama. Edisi perdana FOTO Bali Festival bertema LIFE yang menyajikan sudut pandang kehidupan, beragam kisah mulai dari kepelikan, daya hidup, dan keintiman," terangnya.
1. Tema LIFE dimaknai beragam oleh fotografer

Tim Kuratorial FOTO Bali Festival, Ng Swan Ti, mengatakan tema LIFE atau kehidupan yang dimaksud tidak hanya mencakup keberadaan individual, tetapi juga sesuatu yang komunal, ekologis, dan emosional. Sebuah konsep yang menjadi jembatan antara cerita-cerita personal dan pengalaman kolektif yang meliputi kelahiran, kematian, relasi, awal, dan akhir.
Sejumlah karya memiliki kesamaan cerita, yaitu banyak fotografer yang mengirimkan cerita-cerita tentang keluarga. Misalnya, bagaimana mereka berefleksi terhadap kedukaan ketika anggota keluarga meninggal. Kemudian bagaimana refleksi hubungan kehidupan melalui hubungan manusia dengan alamnya.
"Itu juga tidak hanya dari Indonesia, tapi juga dari luar negeri banyak. Kesamaannya itu. Mereka menginterpretasikan tema LIFE itu beragam," jelasnya.
2. Terdapat 241 karya yang dipamerkan

Perempuan yang akrab dipanggil Swan Ti tersebut menyebutkan, bahwa karya fotografi yang dipamerkan tidak memiliki batasan rentang waktu pengambilan gambar. Namun dari ratusan karya, diperkirakan hanya segelintir yang diambil sekitar 10 tahun lalu atau lebih dari 10 tahun lalu. Pameran kali ini terdiri dari 32 proyek fotografi yang dihasilkan dari 34 fotografer dan seniman. Jumlah print-nya mencapai 241 karya, ada juga 4 buku dan 2 multimedia.
"Tidak. Kita gak ada batasan memang. Jadi ada yang sekarang kayak fotonya Arum Dayu anaknya waktu itu, sejak dari hamil, lahir, anaknya sekarang udah gede. Jadi kita tidak menentukan batasan," ungkapnya.
Pengambilan gambar juga disebutnya sesuai aspek etika dalam fotografi. Yakni telah melalui kesepakatan dengan objek foto yang dibuktikan oleh form persetujuan dari objek yang bersangkutan atau orangtua anak.
3. Disarankan membaca ceritanya untuk menikmati karya fotografi tersebut

Untuk memudahkan penikmat karya fotografi, maka karya-karya yang dipajang dilengkapi dengan penjelasan cerita. Para pengunjung yang kesulitan menangkap makna karya tersebut, disarankan untuk membaca teksnya lebih dulu. Secara khusus, ia tertarik pada karya-karya yang mengungkap bagaimana fragmen kehidupan yang tampak biasa menyimpan kekuatan besar, ketimpangan, ketahanan, ingatan, dan rasa memiliki, serta menciptakan hubungan bermakna antara konteks lokal Indonesia dan realitas global.
"Tapi tentunya selera preferensi itu tidak bisa dipaksakan juga kan. Tetap orang memiliki pendapat. Berbeda-beda menjadi menarik juga untuk sebuah pameran," terangnya.
Misalnya proyek Kim Hak asal Kamboja, karya tersebut diambil lebih dari 10 tahun lalu. Karya ini menceritakan bagaimana orangtuanya dulu survive dari Rezim Khmer di Kamboja. Dia keliling negara untuk mengabadikan benda-benda yang dulu dimiliki oleh para survivor, termasuk keluarga dia sendiri.
Selanjutnya karya Rony Zakaria, juga lebih dari 10 tahun membuat projek Men, Mountains & The Sea yang ditampilkan dalam warna hitam putih. Karya ini juga dijadikan buku foto, dan telah dipamerkan ke berbagai negara.