Alergi Makan Anak Lebah, Warga di Bali Kaget Hasilnya Positif COVID-19

Mungkinkah hasilnya keliru?

Jembrana, IDN Times – Seorang mantan Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Melaya Kabupaten Jembrana bernama I Dewa Gede Tedy Setiawan (22), menceritakan pengalamannya didiagnosa positif COVID-19 ketika mengalami alergi karena menyantap makanan dari bahan dasar anak lebah, yang dicampur bersama kelapa dan bumbu khas Bali.

Namun ia ragu-ragu dan menjalani tes swab secara mandiri di klinik daerah Kota Denpasar. Hasilnya, Tedy dinyatakan negatif. Apa yang terjadi sebenarnya? Berikut hasil wawancara IDN Times bersama Tedy, Senin (21/9/2020), selengkapnya.

Baca Juga: Kisah Mantan Pasien COVID-19 di Bali, Sempat Stres dan Susah Makan

1. Tedy mengalami muntah-muntah setelah menyantap makanan tersebut

Alergi Makan Anak Lebah, Warga di Bali Kaget Hasilnya Positif COVID-19pixabay.com/pollydot

Tedy jatuh sakit karena alergi setelah menyantap makanan berbahan dasar anak lebah pada 5 September 2020. Keluarganya baru mengantarkan Tedy ke Rumah Sakit Umum (RSU) Negara untuk mendapatkan pertolongan, tanggal 6 September 2020 pukul 02.00 Wita.

“Terus saya habis makan itu gak tahu kalau punya alergi, gak boleh makan itu. Keluarlah gatal-gatal dan muntah-muntah. Berkali-kali muntahnya,” jelasnya.

Selain muntah, Tedy juga merasakan pusing dan lemah. Sesampai di rumah sakit, ia menjalani prosedur dari pemerintah, yaitu rapid test. Setelah dites dan sambil menunggu hasil laboratoriumnya, Tedy mendapatkan penanganan infus dan pemasangan selang di saluran kencingnya.

“Habis itu berapa menitnya datanglah dokter dari laboratorium itu. Membawa hasil laboratorium. Saya reaktif. Sudah mau dikarantina di sana. Tapi dari pihak kami sendiri, orangtua saya sendiri menanyakan tentang fasilitas isolasi di sana. Gitu,” ucapnya.

“Habis itu ditanyalah fasilitas, kalau saya itu katanya digabung di pasien-pasien yang lain (Pasien COVID-19). Orangtua saya nggak mau,” tambahnya.

Akhirnya Tedy memilih untuk menjalani isolasi mandiri di rumah. Ia pulang dari rumah sakit pada pukul 05.30 Wita.

Baca Juga: Kesaksian Perawat di Bali, Kamar Isolasi Kosong Tidak Lebih dari 3 Jam

2. Hasil tes swab secara mandiri dinyatakan negatif COVID-19

Alergi Makan Anak Lebah, Warga di Bali Kaget Hasilnya Positif COVID-19unsplash.com/Kristina Tripkovic

Tanggal 7 September 2020, tim surveillance mendatangi rumah Tedy untuk tes swab. Hasil tes dikirim dan diuji di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar. Saat itu Tedy mengaku kondisinya sudah membaik. Tanggal 9 September 2020, hasil swabnya keluar dan dinyatakan positif COVID-19.

“Itu kan shock mental. Saya tidak terima. Karena saya tidak merasakan apa-apa perubahan di tubuh saya. Saya nggak mau gitu lho,” katanya.

Karena penasaran dan tidak percaya, pihak keluarga Tedy berembuk dan memutuskan untuk mengikuti tes swab secara mandiri di sebuah klinik Jalan Diponegoro, Denpasar, pada 10 September 2020 pukul 07.00 Wita dan langsung kembali ke Kabupaten Jembrana.

“Habis itu saya kan ke Denpasar dengan tidak memberi tahu siapa-siapa. Saya tidak bilang. Artinya nyuri ke Denpasar biar nggak ada yang tahu. Nginap di hotel. Terus paginya swab,” katanya.

Kemudian pada 13 September 2020 malam, Tedy mendapatkan kabar hasilnya sudah keluar dan dinyatakan negatif COVID-19. Ia langsung menginfokan kabar tersebut ke sekitar 40 orang yang pernah kontak erat dengannya, termasuk teman-teman Tedy, bahwa hasil swabnya negatif.

“Teman-teman saya ikut sama kayak saya dikarantina. Karena ada hubungan kontak dan hubungan erat. Kasih info saya sudah negatif,” terangnya.

Keluarganya pada saat itu dihubungi oleh pihak terkait untuk mengabarkan bahwa petugas akan menutup usaha mereka, dengan alasan untuk isolasi mandiri. Tedy mengaku ia merupakan tulang punggung keluarganya.

Baca Juga: Pakar Virologi Unud Tegaskan Tidak Perlu Rapid Test, PCR Lebih Akurat

3. Tedy mempertanyakan hasil dua swab yang berbeda kepada petugas yang datang ke rumahnya

Alergi Makan Anak Lebah, Warga di Bali Kaget Hasilnya Positif COVID-19unsplash.com/Mufid Majnun

Datanglah satuan petugas dari berbagai unsur ke rumah Tedy, dan menyampaikan bahwa hasil tes positif merupakan hasil yang sah. Berbekal hasil tes swab mandiri tadi, Tedy meminta penjelasannya kepada petugas.

“Dinyatakan bahwa itu hasilnya sah (Swab pertama). Tapi saya sempat nanya ini kok bisa beda hasilnya, bagaimana. 'Oh, mungkin virusnya itu mati dalam kurun waktu empat hari.' Itu kan empat hari kurang lebih, selisih tes saya yang pertama dan kedua. Berarti kan kalau gitu, 'Virus ini nggak berbahaya dong?', saya nanya gitu. Saya sampaikan semua, tidak ada jawabannya sama sekali. Tapi saya diwajibkan menghabiskan sampai tanggal 17 kemarin (Isolasi mandiri). Banyak kejanggalan. Setahu saya sendiri ya, kan masa inkubasi virus COVID ini 14 hari. Kalau sebelum 14 hari, artinya 2-3 hari sudah hilang. Berarti virus ini tidak berbahaya, sama dengan flu biasa dong. Ngapain kita takut.”

Baca Juga: Cerita 2 Remaja OTG di Bali, Sembuh Karena Terapi Arak Bali dan Madu

4. Pihak RSUP Sanglah buka suara setelah IDN Times menceritakan kasus ini, dan berikut ini jawabannya

Alergi Makan Anak Lebah, Warga di Bali Kaget Hasilnya Positif COVID-19Suasana lab PCR Tabanan (Dok.IDN Times/Istimewa)

IDN Times lalu mencoba menghubungi pihak RSUP Sanglah atas kasus ini. Kasubag Humas RSUP Sanglah Denpasar, I Ketut Dewa Kresna, menyatakan hal semacam itu bisa saja terjadi. Menurutnya, beberapa faktor penyebabnya adalah imun yang bersangkutan telah membaik, atau memang ada kesalahan pengambilan sampel.

“Kemungkinan bisa terjadi kondisi membaiik jadi imunnya naik. Bisa jadi pengambilan sampelnya. Pernah ada kejadian seperti ini, malah selang sehari saja. Awalnya positif, diswab lagi negatif,” terangnya.

Topik:

  • Irma Yudistirani
  • Jumawan Syahrudin

Berita Terkini Lainnya