Pendapat Mahasiswa Bali Soal Kebijakan Kampus Merdeka

Para mahasiswa justru banyak yang menyambutnya lho

Denpasar, IDN Times – Rektor Undiknas (Universitas Pendidikan Nasional), Dr Nyoman Sri Subawa, menyoroti kebijakan "Kampus Merdeka" yang dicanangkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makarim, beberapa waktu lalu. Terutama persoalan belajar mahasiswa tiga semester di luar program studi (Prodi).

“Saya pikir itu baik sesungguhnya. Tapi kalau kami cermati point to point-nya ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan,” katanya, Senin (3/2).

Beberapa kebijakan tersebut di antaranya pembukaan program studi baru mengenai sistem akreditasi perguruan tinggi, fasilitas perguruan tinggi yang statusnya masih PTN (Perguruan Tinggi Negeri) Badan Layanan Umum (BLU) dan Satker (Satuan Kerja) untuk mencapai PTN-BH (Badan Hukum), dan hak belajar tiga semester di luar program studi mahasiswa.

Lalu bagaimana dengan pendapat para mahasiswanya ya? Berikut hasil wawancaranya:

1. Pembelajaran lintas program studi dianggap paling menarik dibandingkan kebijakan lainnya

Pendapat Mahasiswa Bali Soal Kebijakan Kampus Merdekaunsplash/javier trueba

Kebijakan mahasiswa untuk belajar disiplin ilmu yang disenangi atau terkait dengan kebutuhan masyarakat (Pembelajaran lintas prodi) ini dianggapnya menarik.

“Misalkan kami di Undiknas kan menekankan kepada entrepreneur dan juga bisnis berbasis digital. Ini kan penting. Ini sudah berjalan. Cuma kami coba diskusi dengan teman-teman di masing-masing program studi bahwa mata kuliah apa yang menjadi fokus mahasiswa masing-masing program studi. Keluaran kami adalah entrepreneur dan yang berbasis teknologi,” jelas Subawa.

Pihaknya akan mencoba mengombinasi mahasiswanya yang semula mengambil prodi, misalnya A, untuk bisa mengambil mata kuliah prodi lain sebagai penunjang kualitas lulusannya. Para mahasiswa ini diperbolehkan magang selama kurang lebih setahun atau dua semester, dengan maksimum telah mengambil 40 SKS (Satuan Kredit Semester).

Undiknas sendiri memiliki 11 prodi dengan jumlah penerimaan mahasiswa 1500 mahasiswa per tahunnya. Total keseluruhan mahasiswa dari semua jenjang sebanyak 8000 mahasiswa.

Baca Juga: Isi Detail 4 Kebijakan Kampus Merdeka, Ada Hubungannya dengan SKS

2. Menurut Yudhi, mahasiswa Unud, pembelajaran lintas studi dan magang kerja diakuinya bisa mengasah hard skill-nya semakin bagus

Pendapat Mahasiswa Bali Soal Kebijakan Kampus MerdekaPexels/Fauxels

Seorang mahasiswa Universitas Udayana Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian, I Putu Yudhi Arta Wijayakusuma (20), mengaku kebijakan tersebut bisa mendorong mahasiswa agar fokus terhadap  jurusan pilihannya. Apalagi tambahan kerja lapang akan mengasah kemampuan mahasiswa dalam ilmu terapan, menjadi lebih baik.

Mahasiswa yang pernah meraih medali emas dalam lomba International Invention & Design EXPO Desember 2019 lalu di Kaohsiung, Taiwan ini menilai bahwa hard skill baginya lebih penting daripada soft skill nantinya. Meskipun tidak menampik bahwa soft skill juga tetap mendukung.

“Pada praktik di lapang, hard skill justru porsi kebutuhannya lebih banyak. Untuk menambah hard skill tersebut saya mengikuti kegiatan di luar kampus. Hal ini dari organisasi yang menunjang karier, dan secara tidak langsung mengaplikasikan kebijakan Nadiem Makarim yang point keempat itu,” ucapnya.

Baca Juga: Undiknas Sambut Baik Kebijakan Kampus Merdeka, Namun Butuh Juknis

3. Apresiasi kebijakan Mendikbud Nadiem Makarim, mahasiswi ini ingin belajar di farmasi

Pendapat Mahasiswa Bali Soal Kebijakan Kampus Merdekaunsplash/Kendal

Luh Putu Sugiari (22), mahasiswi Prodi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Udayana ini mengapresiasi kebijakan yang dibuat Nadiem Makarim. Satu di antaranya mengenai belajar satu semester di jurusan lain. Menurut Luh Putu, kebijakam ini dianggap wajib dicoba olej para mahasiswa.

“Karena pasti akan seru. Belajar tentang prodi lain di luar prodi kita sendiri, tapi dengan disiplin ilmu yang masih berkaitan. Jadi kalau misalnya saya mahasiswa pertanian ingin belajar mengenai obat-obatan tradisional dari tanaman, saya bisa belajar selama satu semester di Farmasi, kan mungkin saja ya,” jelasnya.

Atau mahasiswa semester akhir yang sedang menyusun skripsi, contohnya. Karena tidak ada mata kuliah yang bisa diambil lagi, maka mereka yang ingin mengasah kemampuan bahasa asing bisa belajar selama satu semester di program studi sastra Inggris, kata Luh Putu mencontohkan.

Kalau pendapatmu sendiri gimana, guys?

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya