Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You
Age VerificationThis content is intended for users aged 18 and above. Please verify your age to proceed.

4 Konsep Seks Menurut Lontar Tingkahing Sarasmi di Hindu

foto hanya ilustrasi (freepik.com/freepik)

Seks adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia, khususnya pasangan suami istri yang sah. Seks mampu mendatangkan kebahagiaan. Namun tak jarang, seks yang tidak berkualitas dapat mengganggu keharmonisan hubungan suami istri.

Dalam Agama Hindu, untuk mendapatkan seks yang berkualitas terdapat beberapa karya sastra yang mengupas tentang hal ini. Selain Kitab Kama Sutra yang sangat populer, ada beberapa sastra lain, yaitu Lontar Tingkahing Sarasmi.

Apa saja isi dari lontar kuno ini? Berikut penjelasannya, yang dikutip dari sebuah jurnal berjudul Seksualitas dalam Lontar Tingkahing Sarasmi Implikasi Terhadap Masyarakat di Kecamatan Denpasar Timur yang ditulis oleh Ni Luh Gede Astiti Dewi.

1. Makna Lontar Tingkahing Sarasmi

Ilustrasi hubungan asmara. (unsplash.com/Mayur Gala)

Nama Lontar Tingkaing Sarasmi terdiri dari dua kata, yaitu Tingahing dan Sarasmi. Tingkahing memiliki makna perilaku, sedangkan Sarasmi berarti bersenggama atau asmara. Jadi, makna Tingkahing Sarasmi adalah perilaku ketika hendak bersenggama atau berhubungan badan.

Lontar Tingkahing Sarasmi menjelaskan mengenai hubungan seksual saat Grahasta Asrama atau masa berumah tangga. Lontar ini menjelaskan etika seksualitas saat melakukan hubungan seksual sehingga mencapai puncak kenikmatan. Selain itu, lontar ini juga mengajarkan bagaimana cara memperoleh seorang anak.

2. Empat konsep seksualitas yang diajarkan dalam Lontar Tingkahing Sarasmi

Ilustrasi pasangan suami istri. (Unsplash.com/Becca Tapert)

Keharmonisan kehidupan berumah tangga dipengaruhi oleh kehidupan seksual pasangan tersebut. Lontar Tingkahing Sarasmi mengajarkan empat konsep seksualitas yaitu konsep senggama berdasarkan waktu, konsep Aji Smaragama, konsep Sastra Aji Pangguli Tiga, dan konsep senggama berdasarkan posisi.

Konsep senggama berdasarkan waktu mengajarkan tentang waktu pasangan melakukan hubungan seksual akan memengaruhi karakter dari anak yang akan lahir. Jika melakukannya pagi hari, warna kulitnya bagaikan semut hitam dan memiliki kepintaran. Jika melakukan hubungan seksual saat tengah hari, maka akan menghasilkan anak dengan warna kulit kemerahan. Jika berjenis kelamin perempuan, maka akan menawan dan pintar. Sedangkan, jika berjenis kelamin laki-laki, maka akan memiliki rupa yang menawan.

Jika berhubungan sore, nantinya akan dianugerahi anak dengan warna kulit kuning. Anak ini akan menawan, pintar, dan memiliki sifat yang bijaksana. Jika melakukan hubungan seksual saat senja, akan dianugerahi anak dengan warna kulit agak kehitaman, menawan, dan pintar. Terakhir adalah jika berhubungan badan dilakukan pada tengah malam, maka akan dianugerahi anak dengan warna kulit kemerahan, menawan, dan pintar.

Berikutnya adalah konsep bersenggama berdasarkan posisi. Lontar Tingkahing Sarasmi mengenal lima posisi saat berhubungan seksual. Lima posisi tersebut adalah posisi di tengah (bersemayamnya Hyang Saci dengan Dewi Saraswati) sebagai puncak rasa utama atau kenikmatan seksual. Posisi di bawah (bersemayamnya Dewi Panngegesangan) harus memperhatikan lamanya waktu melakukan hubungan seks.

Posisi sebelah kanan (bersemayamnya bidadari Wilotama), maka kaki kanan sang istri harus dilipat. Posisi di atas (bersemayamnya Hyang Smara Wadhu) dengan cara mempertemukan gempol pantat sang suami dan sang istri. Posisi sebelah kiri (bersemayam Dewi Supraba) kaki kiri istri harus dilipat dan meletakkan bantal di punggung istri.

3. Konsep Sastra Aji Pangguli Tiga dan Aji Smaragama

Ilustrasi kelahiran bayi. (unsplash.com/Christian Bowen)

Dua konsep lainnya adalah konsep Sastra Aji Pangguli Tiga dan Aji Smaragama. Konsep Sastra Aji Pangguli Tiga mengajarkan tata cara untuk mendapatkan anak laki-laki atau perempuan. Aji Smaragama berasal dari kata Aji yang berarti teks suci, dan smaragama yang berarti bersenggama. Aji Smaragama memiliki arti sebuah teks suci yang membahas mengenai bersenggama atau melakukan hubungan seks.

Konsep Aji Smaragama juga mengajarkan cara untuk mendapatkan anak laki-laki atau perempuan bagi pasangan suami istri. Untuk mendapatkan anak laki-laki adalah dengan menutup lubang hidung bagian kiri dengan kapas, dan bernapas melalui hidung bagian kanan. Sedangkan untuk mendapatkan anak perempuan bisa melakukan hal sebaliknya.

4. Hubungan seks pasangan suami istri dipandang sebagai sesuatu yang suci

Ilustrasi cinta kasih. (unsplash.com/Tyler Nix)

Lontar Tingkahing Sarasmi memandang hubungan seks suami istri sebagai sesuatu yang suci. Hubungan seks yang dilakukan oleh pasangan suami istri sebagai cara untuk memuja Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau bisa disamakan dengan melakukan yoga. Oleh karenanya, saat melakukan hubungan seks, suami atau istri tidak boleh memiliki pikiran yang buruk.

Selain itu, hubungan seks dianggap suci karena dalam setiap bagian tubuh manusia terdapat lingga atau tempat bersemayamnya pada dewa/dewi. Saat pasangan suami istri melakukan hubungan seks, akan melibatkan dewa-dewi yang bersemayam di bagian-bagian tubuh manusia. Saat pasangan suami istri akan melakukan hubungan, ada baiknya berdoa terlebih dahulu agar bisa mencapai kebahagiaan saat berhubungan seks.

Ada hal unik lain yang diungkap dalam Lontar Tingkahing Sarasmi. Secara umum, perawanan ditujukan untuk perempuan yang belum pernah melakukan hubungan seks. Jika sudah melakukan, maka dianggap sudah tidak perawan lagi. Dalam Lontar Tingkahing Sarasmi memiliki pemahaman berbeda mengenai keperawanan. Terdapat konsep Aji Suksma Jahinang yang berarti seseorang selalu perawan atau memiliki keperawanan yang abadi.

Secara umum, Lontar Tingkahing Sarasmi mengajak pasangan suami istri untuk memiliki kehidupan seks yang bahagia. Karena hal ini akan menambah keharmonisan hubungan suami istri. Saat melakukan hubungan seks, tidak boleh didasarkan atas paksaan. Masing-masing harus melakukannya secara tulus.

Share
Topics
Editorial Team
Ari Budiadnyana
EditorAri Budiadnyana