Potret Museum Gedong Kirtya Buleleng, Mengoleksi 2064 Lontar

Buleleng, IDN Times - Ada beberapa museum di Bali sebagai titik pelestarian manuskrip lontar, misalnya Museum Gedong Kirtya. Museum ini beralamat di Jalan Veteran Nomor 20, Kelurahan Paket Agung, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng.
Museum Gedong Kirtya resmi dibuka untuk umum pada tanggal 14 September 1928. Artinya, museum ini sudah buka selama 97 tahun. Kepala Museum Gedong Kirtya, Dewa Ayu Susilawati, menjelaskan ada 2.141 orang mengunjungi museum ini sejak Januari 2025.
“Kunjungan ke Gedong Kirtya menurut kami cukup bagus ya, sampai saat ini sudah kurang lebih 2.141 pengunjung. Semoga ke depan akan bertambah lagi,” kata Susilawati saat dihubungi IDN Times, Selasa (20/5/2025).
1. Pengunjung mancanegara lebih banyak

Susilawati memperkirakan, pengunjung Museum Gedong Kirtya lebih banyak mancanegara. Harga tiket masuk Museum Gedong Kirtya untuk wisatawan mancanegara sebesar Rp25 ribu per orang. Sedangkan wisatawan domestik Rp10 ribu. Harga tiket masuk untuk pengunjung yang masih usia anak sebesar Rp5 ribu.
Saat ditanyai soal rencana renovasi museum, Susilawati mengatakan pihaknya belum merencanakan hal tersebut.
2. Merawat lontar dengan bahan alami

Museum Gedong Kirtya mengoleksi 2.064 cakep lontar. Pihaknye melakukan perawatan lontar menggunakan metode tradisional dan bahan alami.
“Kami melakukan perawatan dengan menggunakan bahan tradisional berupa minyak sereh, dan untuk memperjelas tulisan, kami gunakan kemiri bakar,” ujar Susilawati.
Lontar tersebut tersimpan dalam kotak penyimpanan lontar, yang orang Bali menyebutnya dengan istilah keropak. Kata Susilawati, keropak tersebut berisi kapur barus, tujuannya agar lontar tidak dimangsa rayap dan serangga lainnya.
Susilawati berkata, keberadaan lontar maupun arsip lama di Museum Gedong Kirtya menjadi destinasi untuk mengingatkan pengunjung terhadap sumber pengetahuan lama berbasis tradisi Bali.
“Mengingat pengetahuan yang tersurat dalam lontar tersebut merupakan pengetahuan tradisi ataupun kearifan lokal masyarakat,” kata dia.
3. Berharap Gedong Kirtya menjadi icon Kabupaten Buleleng

Susilawati berharap, Gedung Kirtya dapat menjadi icon Kabupaten Buleleng, selain Lovina. Menurutnya, sinergi dari sederet stakeholder mampu terlibat dalam upaya pelestarian lontar.
“Semoga ada sinergi yang baik antara pemerintah, stakeholder, dan masyarakat lainnya untuk bersama melindungi, melestarikan lontar yang dimiliki. Sehingga mudah-mudahan dapat dimanfaatkan maksimal oleh masyarakat,” kata Susilawati.