Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Mengintip Kerajinan Kertas Bekas dari Buleleng, Masih Eksis

Produk kerajinan dari kertas bekas (Dok.IDNTimes/Istimewa)
Intinya sih...
  • Kerajinan dari kertas bekas masih eksis di Buleleng, Bali
  • Luh Rusmiati mampu menyulap kertas bekas menjadi suvernir seperti gantungan kunci dan tas
  • Harga kerajinan dari Rp5 ribu hingga Rp150 ribu, dengan pesanan hingga ke Jakarta

Buleleng, IDN Times - Kerajinan dari kertas bekas maupun koran ternyata masih eksis saat ini di tengah gempuran sulitnya mencari bahan baku, terutama koran bekas. Salah satu pengrajin kertas bekas dari Kecamatan Buleleng, Luh Rusmiati, mengaku punya cara jitu untuk persoalan bahan baku ini. 

Warga Banjar Dinas Ceblong, Desa Sudaji, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng itu mengaku masih gampang mendapatkan bahan baku kertas bekas, utamanya koran karena bekerja sama dengan salah satu penerbitan korban di Bali. Lewat mendaur ulang kertas bekas ini, Luh Rusmiati mampu menyulapnya menjadi produk suvernir seperti gantungan kunci, tas, hingga bokor.

1. Usaha Luh Rusmiati berawal dari mengikuti pelatihan pembuatan kerajinan dari kertas bekas

Proses pembuatan produk kerajinan kertas bekas (Dok.IDNTimes/Istimewa)

Luh Rusmiati mengatakan pada tahun 2016, ia mengikuti pelatihan membuat kerajinan dari kertas bekas. "Awalnya cuma hobi dan belum kepikiran menjadikannya bisnis,"  katanya pada Kamis (10/10/2024).

Dia baru mulai menekuni hobi itu sebagai bisnis setelah dia mendapat pesanan tahun 2017. Sejak itu, dia pun serius menekuni bisnis kerajinan itu.

Di awal-awal membuka bisnis kerajinan kertas bekas, Luh Rusmiati baru bisa membuat bokor yang terbuat dari lintingan koran atau kertas bekas. Seiring berjalannya waktu,  tekniknya dalam membuat kerajinan dari kertas ini meningkat menjadi teknik menganyam.

"Sekarang ini dari lintingan kertas bekas ini saya terapkan sistem menganyam hingga bisa menjadi tas, keranjang hingga gantungan kunci," ujarnya.

2. Permintaan kerajinan hasil karya Luh Rusmiati, hingga ke Jakarta

Tas dari kertas bekas (Dok.IDNTimes/Istimewa)

Luh Rusmiati mengatakan pesanannya setiap bulan saat ini tidak menentu dari segi jumlah, namun setiap bulan selalu ada permintaan bahkan hingga ke Jakarta. Dia mengaku bekerja sama dengan sebuah toko buah di Singaraja dan selalu memasok keranjang untuk parsel buah.

"Tiap bulan itu pesanannya sekitar 20 pcs hingga 50 pcs. Tiap bulan juga mengirim 20 pcs tas ke Jakarta," ujar Luh Rusmiati.

Selain menerima pesanan, Luh Rusmiati juga menyiapkan barang kerajinan siap jual di rumahnya. "Jadi kalau ada yang ingin beli yang sudah ready. Tetapi ada juga yang preorder terlebih dahulu. Kalau masyarakat Bali pada umumnya membeli bokor karena untuk sembahyang atau kondangan," katanya.

Adapun harga yang diberikan untuk kerajinan dari harga Rp5 ribu hingga Rp150 ribu. "Harga paling murah itu gantungan kunci. Kalau  yang mahal itu tas," paparnya.

3. Luh Rusmiati tidak pelit berbagi ilmu

Mengajari siswa mengolah kertas bekas menjadi produk kerajinan (Dok.IDNTimes/Istimewa)

Sukses menjalankan bisnis kerajinan daur ulang, tidak lantas membuat Luh Rusmiati pelit berbagi ilmu. Ia kerap mendapatkan undangan untuk memberikan pelatihan.

"Baru-baru ini saya diminta untuk memberikan pelatihan untuk anak sekolah. Saya siap membagi ilmu jika diminta," ujarnya.

Selain tidak pelit ilmu, lewat bisnis kerajinan kertas bekasnya ini ia juga membuka lapangan pekerjaan. Menurut Luh Rusmiati, saat pesanannya sedang banyak maka ia akan merekrut pekerja untuk membantunya melinting kertas sebelum dirangkai menjadi produk kerajinan.

"Untuk tas juga saya kerja sama dengan penjahit untuk memasang kainnya," ujarnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ni Ketut Wira Sanjiwani
Ita Lismawati F Malau
Ni Ketut Wira Sanjiwani
EditorNi Ketut Wira Sanjiwani
Follow Us