5 Alasan Tidak Menutup Polis saat Premi Asuransi Naik

Jika kamu memiliki polis asuransi, pasti akan menerima pemberitahuan kenaikan premi dari perusahaan asuransi. Kenaikan premi asuransi ini sebagai imbas dari kenaikan inflasi medis yang terjadi saat ini. Dikutip dari halaman Aaji.or.id, kenaikan inflasi medis mencapai 13,6 persen. Satu di antara penyebabnya adalah pandemik COVID-19.
Kenaikan premi asuransi pastinya akan mengejutkan para nasabah perusahaan asuransi. Lalu, apakah kamu harus menutup polis asuransi tersebut? Menurut Luh Ella, Associate Director Brondiva Agency, sebaiknya nasabah tidak perlu langsung mengambil keputusan untuk menutup polisnya. Berikut 5 alasan yang bisa menjadi pertimbangan kamu saat akan menutup polis asuransi.
1. Risiko bisa datang kapan saja

Seperti diketahui, tidak ada seorang pun yang bisa mengetahui kapan risiko itu datang. Dengan kata lain, tidak ada yang bisa mengetahui dengan pasti kapan dirinya tertimpa musibah, seperti sakit, kecelakaan, dan lainnya. Menurut Ella, saat seseorang sakit dan dirawat di rumah sakit, ia harus menyediakan dana sendiri untuk biaya perawatannya.
Jika orang tersebut tetap memiliki asuransi, tentunya biaya perawatan akan dibayarkan oleh perusahaan asuransi. Tabungan atau dana cadangan akan tetap utuh, dan bisa digunakan untuk keperluan lainnya. Ibu rumah tangga yang sudah terjun di dunia asuransi lebih dari 15 tahun ini bercerita, bahwa beberapa nasabahnya berencana untuk menutup polis asuransinya.
"Ada cerita menarik. Ada nasabah saya mempertimbangkan untuk menutup polis karena kenaikan premi asuransinya. Dia meminta waktu untuk memberikan keputusan tersebut," ujar Ella saat ditemui di kantornya, Senin (7/10/2024).
Beberapa hari kemudian, istri nasabahnya mengabarkan bahwa sang suami terkena serangan jantung dan memerlukan biaya Rp137 juta.
"Itu yang saya maksud, risiko itu tidak ada yang tahu dengan pasti kapan datangnya. Saya merasa bersyukur, nasabah saya itu tidak jadi menutup polisnya. Sehingga ia bisa merasakan manfaat dari polis asuransi yang ia miliki," ungkapnya.
2. Biaya perawatan medis mengalami kenaikan yang signifikan

Kenaikan inflasi medis memicu kenaikan biaya perawatan medis seperti obat-obatan, rawat inap rumah sakit, hingga biaya jasa dokter atau tim medis. Kenaikan biaya perawatan medis sangat signifikan, mengingat kenaikan inflasi medis hingga dua digit. Biaya kenaikan perawatan medis ini tentunya jauh lebih tinggi dari biaya kenaikan premi asuransi.
Menurut Ella, sah-sah saja memilih untuk menutup polis ketimbang tetap membayar premi yang telah mengalami penyesuaian tarif. Namun, nasabah juga harus sudah memikirkan kenaikan biaya perawatan medis saat menutup polis asuransinya. Biaya perawatan medis selama ini selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya.
"Yang perlu dipertimbangkan terkait kenaikan biaya perawatan medis adalah harga rawat inap di rumah sakit tidak pernah turun, dan sangat jarang mengeluarkan diskon atau promo potongan harga," terangnya.
3. Berpotensi bangkrut saat terkena sakit kritis jika tanpa asuransi

Kenaikan premi asuransi tidak membuat seseorang menjadi bangkrut. Justru, terkena sakit kritis saat tutup polis akan berpotensi menjadi bangkrut. Kenapa? Ella menilai, biaya perawatan sakit kritis seperti sakit jantung, stroke, kanker, diabetes, dan lainnya cukup tinggi. Tak hanya saat rawat inap, perawatan pascarawat inap juga memerlukan biaya yang tidak sedikit.
Selain itu, seseorang bisa kehilangan penghasilan saat dirinya terkena sakit kritis. Otomatis, kondisi ini dapat membuat seseorang jatuh bangkrut.
"Apalagi yang terkena sakit kritis adalah kepala keluarga atau tulang punggung keluarga. Pastinya, selain harus menanggung biaya perawatan, keluarga akan kehilangan sumber penghasilan," imbuh Ella.
Situasi akan menjadi berbeda jika orang tersebut tidak menutup polis. Saat terkena sakit kritis, biaya perawatan akan ditanggung pihak asuransi. Bahkan, beberapa perusahaan asuransi menawarkan manfaat penggantian penghasilan saat nasabahnya divonis sakit kritis.
4. Tetap bisa punya warisan

Kamu harus tahu, bahwa asuransi termasuk cara untuk membuat warisan dengan lebih murah dan efisien. Dalam hal ini, produk asuransinya berupa asuransi jiwa. Tak jarang, beberapa produk asuransi juga melengkapinya dengan manfaat yang sama dengan asuransi jiwa. Jadi saat nasabah meninggal, orang yang tercatat sebagai pihak tertanggung akan mendapatkan sejumlah uang pertanggungan (UP) yang bisa dikatakan sebagai warisan.
Bayangkan, saat kamu memilih untuk menutup polis. Kamu sebagai kepala keluarga atau tulang punggung keluarga tiba-tiba harus dipanggil Tuhan atau meninggal. Bagaimana dengan keluarga yang ditinggalkan? Dari mana mereka mendapatkan biaya untuk kebutuhan sehari-harinya?
Tentu, situasi berbeda akan terjadi saat kamu masih memiliki polis asuransi. Keluarga yang ditinggalkan akan mendapatkan UP yang bisa digunakan untuk biaya kebutuhan sehari-hari maupun masa depan mereka.
"UP ini bisa langsung digunakan. Biasanya memerlukan waktu minimal 14 hari untuk proses pencairan UP kepada orang yang tercatat sebagai tertanggung," jelas Ella.
5. Tidak setiap orang bisa memiliki asuransi

Untuk memiliki asuransi, setiap orang harus menjalani beberapa pemeriksaan sesuai dengan ketentuan masing-masing perusahaan asuransi. Ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang ditolak untuk bisa memiliki asuransi. Seperti, sudah memiliki riwayat sakit tertentu, pernah rawat inap, dan faktor usia.
Saat akan memilih untuk menutup polis asuransi, kamu perlu memperhitungkan faktor-faktor tersebut. Ella mengungkapkan, saat seseorang menutup polis, maka jika orang tersebut memutuskan untuk kembali memiliki asuransi, maka ia harus mengulangi tahap verifikasi seperti awal lagi. Jika dihitung secara ekonomi, ini menjadi kerugian bagi orang tersebut apabila menutup polisnya.
"Saat kamu menutup polis dengan kondisi sebelumnya sudah pernah klaim dan sudah lanjut usia, bisa dipastikan kamu akan susah untuk memiliki asuransi kembali," tandas ibu dua anak ini.
Semoga lima hal di atas bisa menjadi pertimbangan saat kamu menentukan akan menutup polis ketika ada kenaikan pembayaran premi asuransi. Pastikan keputusan yang kamu ambil tidak merugikanmu di masa mendatang.