Kisah Nakes di Klungkung: Silaturahmi Lewat Video Call Sudah Cukup

Momen belajar ikhlas dan menekan ego

Klungkung, IDNTimes - Masa pandemik COVID-19 menjadi pengalaman tersendiri bagi tenaga kesehatan (nakes) maupun para pekerja lainnya yang tidak dapat merayakan Hari Raya Idul Fitri bersama keluarga tercinta. Tidak hanya karena kebijakan larangan mudik yang dikeluarkan pemerintah, tapi juga karena tugas dan tanggung jawab yang harus mereka laksanakan sebagai pelayan publik.

Berikut cerita beberapa pelayan publik yang tetap bertugas selama masa pandemik tanpa mengenal hari raya.

Baca Juga: Catatan Kecil Nakes Muslim di Tabanan, Tetap Bertugas Hingga Tak Mudik

1. Nia sudah 2 tahun tidak bisa pulang ke kampung halaman demi merawat pasien Covid-19

Kisah Nakes di Klungkung: Silaturahmi Lewat Video Call Sudah CukupIlustrasi nakes memeriksa pasien. (ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi)

Lebaran tahun ini menjadi momen kedua kalinya yang dilewati Nia Septiana (31) dengan bertugas sebagai tenaga kesehatan COVID-19 di Kabupaten Klungkung. Sebagai anak rantauan, ia juga sudah 2 tahun tidak mudik ke kampung halamannya di Surabaya untuk menikmati libur lebaran. Selain karena pemerintah melarang untuk mudik, pandemik COVID-19 juga menjadi alasan utama kenapa ia memilih tidak merayakan lebaran di kampung halaman.

"Saya kan nakes yang menangani COVID-19. Khawatir saja nanti saya membawa virus ini ke keluarga di kampung halaman. Kondisi tahun lalu juga seperti ini. Jadi bisa ditunda dulu lah," ungkap Nia, Senin (10/5) petang.

Nia mengaku sebenarnya tidak begitu sulit untuk mendapatkan libur saat lebaran di tempatnya bekerja. Apalagi rekan-rekannya sesama nakes COVID-19 sudah bisa saling memahami dan bisa mengatur jadwal kerja. Hanya saja Nia memilih tetap bekerja karena dirinya tidak pulang kampung.

"Temen-temen kan sebenarnya banyak yang beda keyakinan, jadi sebenarnya kalau mau libur saat Lebaran, bisa-bisa saja. Tapi karena tidak bisa mudik, buat apa juga cari libur. Saya tetap tugas seperti biasa, nanti paling silaturahminya lewat video call sudah cukup," ungkapnya.

Meskipun demikian, Nia tetap berharap pandemik segera berakhir dan semua kembali normal. "Kangen keluarga di kampung tentu, semoga tahun depan bisa lah pulang," harapnya.

2. Meskipun rindu keluarga, tugas harus tetap jalan

Kisah Nakes di Klungkung: Silaturahmi Lewat Video Call Sudah CukupFoto hanya ilustrasi. IDN Times/Khaerul Anwar

Tidak jauh berbeda dengan yang dialami Irwan Irawan (35) yang bertugas sebagai polisi di Klungkung. Ia juga sudah 2 tahun tidak pulang ke kampung halamanya di Solo. Selain karena memang larangan mudik, tahun ini Irwan bergabung dalam Operasi Ketupat Agung 2021 sehingga ia tetap bertugas saat hari raya.

"Tahun ini tugasnya justru lebih karena ada penyekatan sebelum hari raya. Tidak sekadar berjaga. Walaupun rindu suasana kampung saat Lebaran, tapi tugas harus tetap jalan kan," ungkap Irwan.

Irwan mengaku sedikit sedih karena tahun ini kembali tidak bisa mengantar anak-anaknya untuk bertemu kakek dan nenek saat Lebaran. Apalagi sudah 2 tahun dirinya sama sekali tidak pulang ke kampung.

"Paling cuma nitip sedikit bekal hari raya saja untuk keluarga di rumah. Lagian saat ini zaman sudah berkembang, silaturahmi bisa lewat handphone. Orangtua di kampung juga pasti sudah mengerti situasi pandemik seperti ini," jelasnya.

3. Pandemik jadi pembelajaran untuk ikhlas dan bisa melawan ego

Kisah Nakes di Klungkung: Silaturahmi Lewat Video Call Sudah CukupIlustrasi Idul Fitri (IDN Times/Sukma Shakti)

Irwan Irawan juga mengungkapkan bahwa pandemik COVID-19 dan kebijakan larangan mudik seharunya bisa menjadi pembelajaran bagi masyarakat untuk bisa melawan ego dan tetap bersabar. Apalagi dengan berkembanganya teknologi, komunikasi dengan keluarga bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja.

"Idul Fitri adalah hari yang suci. Jadikan kondisi pandemik ini untuk belajar ikhlas menerima keadaan dan menekan ego kita. Ini semua juga demi keluarga di kampung halaman," ucapnya.

Topik:

  • Ni Ketut Sudiani

Berita Terkini Lainnya