Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Susiawan Pamerkan Karya dalam Bridges of Light Di Sanur

Lukisan 'Pencerahan' karya Susiawan di Sudakara ArtSpace, Sudamala Resort Sanur (IDN Times/Ayu Afria)
Intinya sih...
  • Pelukis Sukma Susiawan kembali menggelar pameran seni rupa di Sudakara ArtSpace, Sudamala Resort Sanur.
  • Susiawan mengalami sakit stroke pada 2015 dan dalam pameran tersebut ada satu karya lukis yang dibuat saat kondisi pemulihan stroke.
  • Bridges of Light dalam pameran ini dimaknai sebagai inspirasi yang penuh cahaya, disimpulkan dari kisah Susiawan sendiri yang sejak kecil melihat cahaya lilin.

Denpasar, IDN Times - Pelukis Sukma Susiawan kembali menggelar pameran seni rupa di Sudakara ArtSpace, Sudamala Resort Sanur. Pameran karya seni ini menjadi pameran kali keempat di tahun 2024 di hotel tersebut, dan akan dibuka hingga 5 Februari 2025.

Susiawan didampingi sang istri Susan Allen, hadir di tengah-tengah pembukaan acaranya pada Jumat (27/12/2024). Ia tampak kurang sehat setelah mengalami sakit stroke pada 2015 dan mengalami kendala dalam berkomunikasi.

Mendampingi Susiawan, Susan juga menjelaskan pameran karya seni tersebut kepada pengunjung. Menurut dia, dalam pameran tersebut ada satu karya lukis yang dibuat pertama kali saat kondisi Susiawan dalam pemulihan stroke. Karya lukis itu berjudul Pencerahan, yang dilukis menggunakan akrilik dan kanvas ukuran 150x120 sentimeter.

"Ketika dia pulang dari rumah sakit, dia itu dengan cepat meminta tolong seseorang naik motor ke toko seni. Dan dia minta kanvas sama kayu. Dia mulai melukis. Ada lukisan itu di sini. Dan dia terharu sendiri dengan lukisan itu. Dia bilang 'Lukisan ini yang paling di luar logika. Saya suka sekali'," terang Susan.

1. Bridges of Light merupakan kesimpulan kisah sang pelukis

Pameran seni rupa pelukis Susiawan di Sudakara ArtSpace, Sudamala Resort Sanur (IDN Times/Ayu Afria)

Bridges of Light dalam pameran ini dimaknai sebagai inspirasi yang penuh cahaya. Pameran itu disimpulkan dari kisah Susiawan sendiri yang sejak kecil melihat cahaya lilin.

Saat sang pelukis masih kecil memang memiliki kegemaran menggambar, begitu juga keempat saudara laki-lakinya. Kemudian, dia melanjutkan pendidikan di Seni Rupa ITB. Saat-saat itulah menjadi momen penting dalam hidup Susiawan. 

Pada satu titik hidupnya, dia melihat anak-anak kampung. Hal i tu menginspirasinya untuk memulai kegiatan seni berbekal cat bekas yang telah dibuang teman-temannya di kampus.

"Semangat sekali dia. Dia menggali bagaimana seni rupa dapat dipakai untuk alat untuk pendidikan," terangnya.

Kegiatan seni ini juga menggugah seniman lainnya, kemudian mereka berkumpul dan membentuk Yayasan Anak Merdeka, yang di dalamnya mempraktikkan segala macam bentuk seni untuk alat pendidikan.

2. Setelah sakit, Susiawan melukis untuk ekspresi diri

Pameran seni rupa pelukis Susiawan di Sudakara ArtSpace, Sudamala Resort Sanur (IDN Times/Ayu Afria)

Lebih lanjut, pelukis kelahiran 16 Juli 1955 yang awalnya berprinsip bahwa seni rupa sebagai alat pendidikan. Semenjak pemulihan dari sakit, ia kemudian melukis untuk mengekspresikan diri.

Ia lalu memulai melukis dengan satu ingatan saat masa kecil di Jawa, yakni ingatan tentang Kanda Pat. Dalam proses tersebut, Susiawan kemudian teringat salah seorang anak jalanan yang ia temui, Kopral.

Susiawan kemudian meminta anak tersebut membantunya mendaur ulang kertas bekas yang kemudian dijadikan sebagai media melukisnya.

"Ia lihat satu lilin yang tidak pernah dimatikan di belakang salah satu rumah. Dia tanya neneknya ini apa. Ceritanya tentang Kanda Pat," terangnya.

3. Konsep memahami seni rupa, menempatkan lukisan bukan sebagai objek

Pameran seni rupa pelukis Susiawan di Sudakara ArtSpace, Sudamala Resort Sanur (IDN Times/Ayu Afria)

Susan mengatakan dalam pameran ini, Susiawan merayakan ekpresinya di wayang. Lebih dari 300 unit wayang yang telah dibuat hingga saat ini yang didominasi dari bahan kardus bekas dan plastik bekas.

Susiawan, kata dia, mengajak penikmat seni untuk merasakan energi dari karya seni itu sendiri, yakni mulai dengan memandang karya seni sebagai subjek, bukan objek. Dengan begitu, penikmat seni akan mampu bergaul dengan karya tersebut.

"Saya melihat Pak Susiawan dari saat ketemu dia sampai sekarang, bahwa proses dia dengan seni dan kehidupan, dasarnya adalah kejujuran. Dengan kejujuran hati dia meluncur masuk ke dunia anak, melukis sendiri," terangnya.

Susiawan juga selalu menjunjung tinggi pola keberagaman dan kreativitas anak-anak dalam berkesenian. Begitu juga menyikapi kegagalan dan memandang kompetisi sebagai pesta atau perayaan seni.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ayu Afria Ulita Ermalia
Ita Lismawati F Malau
Ayu Afria Ulita Ermalia
EditorAyu Afria Ulita Ermalia
Follow Us