IDN Times/Muhammad Khadafi
Endang melanjutkan, saat itu Aris berangkat kerja dari rumahnya sekitar pukul 21.00 Wita dalam kondisi sakit. Suaminya sempat minum obat sebelum berangkat kerja. Itu menjadi pertemuan terakhir baginya. Karena Endang mendapat kabar, ada ledakan bom di Sari Club dan suaminya ditemukan tewas dalam tragedi tersebut.
"Pada saat kejadian suami saya berada di dalam mobil. Jadi jenazahnya ditemukan di dalam mobil," ungkapnya.
Endang lalu mencari jenazah suaminya ke rumah sakit. Karena kabarnya semua korban bom bunuh diri dievakuasi ke rumah sakit. Pukul 11.00 Wita, ia menemukan jenazah suaminya dalam kondisi terbakar dan langsung dibawa pulang.
"Kondisi suami saya ditemukan terbakar namun (Tubuhnya) tetap utuh," katanya.
IDN Times/Muhammad Khadafi
Aris meninggalkan Endang bersama ketiga anak laki-lakinya. Perempuan yang tinggal di Pemogan, Denpasar Selatan ini kini bekerja sebagai tukang jahit untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Ia mengaku menderita secara lahir dan batin atas ulah teroris. Di tengah penderitaan itu, ia hanya berdoa dan berharap tidak ada lagi korban-korban aksi terorisme.
"Mudah-mudahan tidak ada korban lagi seperti ini. Karena perbuatan mereka (Teroris) sungguh membuat kita menderita lahir dan batin. Ini sudah 17 tahun, tapi luka yang mereka buat masih terasa bagi kami. Mungkin sulit bagi kami untuk sembuh total, tapi sebagai manusia, saya berusaha untuk memaafkan. Kita memaafkan masih butuh proses, tidak langsung bisa nerima. Kita shock, tidak gampang menerima kenyataan seperti itu. Perlu kekuatan. Anak-anak juga tidak gampang menerima. Apalagi saat itu anak-anak masih kecil, tahu-tahu Bapaknya pergi," ujar Endang.