Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Makam Tertua di Makam Muslim Wanasari Denpasar, Sudah Ada Sejak 1811

Muslim Denpasar
Pemakaman muslim Wanasari, Denpasar (IDN Times/Ayu Afria)

Denpasar, IDN Times - Suasana di pemakaman muslim Wanasari di Jalan Maruti, Kota Denpasar tidak begitu ramai. Terlihat beberapa orang duduk di dekat parkiran, sedang beristirahat. Ada yang duduk santai, hingga rebahan di kursi besi panjang. Sementara itu di tengah-tengah pemakaman terlihat satu orang sedang sibuk memotong rumput menggunakan mesin, deru suaranya terdengar jelas.

Ribuan batu nisan juga berdempetan satu sama lain, menunjukkan bahwa pemakaman ini sudah sangat maksimal dimanfaatkan. Beberapa di antaranya dipasangi payung, ditaburi bunga, diberikan minuman, dan sebagainya. Pemakaman ini bisa dikatakan sebagai pemakaman terbesar umat muslim di Bali, yang tidak hanya melayani muslim ber-KTP Denpasar saja. Terkadang juga lain kabupaten, lain provinsi, mr atau mrs x, hingga WNA muslim yang menikah dengan Warga Negara Indonesia.

Muslim Denpasar
Ketua Yayasan Muslim Wanasari Maruti Tiga Belas, Abdul Halim (IDN Times/Ayu Afria)

Ketua Yayasan Muslim Wanasari Maruti Tiga Belas, Abdul Hakim, saat ditemui di ruangannya pada Senin (17/11/2025) sore mengatakan, mendapat amanah tugas untuk mengurus pemakaman. Ia memiliki suka dan dukanya tersendiri. Apalagi yayasan ini bersifat sosial dengan mengandalkan donasi sukarela dari masyarakat.

Niatnya membantu umat menjadi landasan dan dorongan tersendiri baginya dalam menjalankan tugas. Misalnya dengan memberikan kemudahan bagi masyarakat yang meminta bantuan ambulans untuk menjemput jenazah, masyarakat diizinkan hanya mengganti uang bensin semampunya saja atau infak. Yayasan ini juga tidak menerapkan sewa makam kendati lahan untuk pemakaman di wilayah Denpasar terbilang lumayan sempit.

"Suka dukanya banyak ya, terutama sukanya. Kita bisa melayani umat, bisa membantu umat dalam hal ini yang membutuhkan khususnya terkait dengan kematian. Karena tidak semua umat mau diatur, ditunjuk sebagai pengurus. Apalagi sampai sebagai petugas penggali," terangnya.

1. Sisa makam terlama masih dijaga sampai saat ini

Muslim Denpasar
Pemakaman muslim Wanasari, Denpasar (IDN Times/Ayu Afria)

Menurut Ketua Yayasan Muslim Wanasari Maruti Tiga Belas, Abdul Hakim, keberadaan makam ini sudah lama. Ia menyebutkan makam tertua ditemukan sekitar tahun 1811. Namun kini makam tersebut sudah tidak ditandai lagi. Hasil penelusuran yang IDN Times lakukan dengan dipandu tukang gali kubur, Chandra Kirana, di lahan seluasĀ  32 are tersebutĀ masih terdapat makan tertua yang telah dibenahi nisannya. Di antaranya bertuliskan nama Mbah Niti yang wafat tahun 1908, Soetodiwirjo yang meninggal tahun 1926, Soebandi wafat tahun 1930, dan Soejoed tahun 1932. Keempat makam tersebut berdampingan.

Laki-laki kelahiran bulan November dan bertugas di Pengadilan Agama Badung tersebut mengatakan, selain makam tertua, di tengah kuburan tersebut juga terdapat makam yang dikecualikan. Makam tersebut dikelilingi pagar dan diberi tulisan Makam Habib Zein Al-Gadri. Habib Zein Al-Gadri adalah tokoh masyarakat yang menyebarkan Islam di wilayah tersebut. Para keturunannya pun masih bermukim di Wanasari.

"Mereka ini tokoh masyarakat, tokoh yang dituakan, tokoh yang berilmu. Jadi orang-orang tua dulu ketika belajar agama di Habib ini," terangnya.

2. Petugas penggali kubur turun temurun dan harus terbiasa

Muslim Denpasar
Pemakaman muslim Wanasari, Denpasar (IDN Times/Ayu Afria)

Sementara itu pemilihan petugas penggali kubur tidak sembarangan, mereka dipilih dengan pertimbangan tertentu. Tercatat sebanyak empat nama penggali kubur di antaranya Syahrudi, Muslim, Toyib, dan Chandra Kirana. Sebanyak tiga orang petugas penggali kubur merupakan turun temurun, sehingga sudah terbiasa menghadapi situasi tersebut. Sedangkan satu petugas lainnya karena telah terbiasa sejak dari kecil melihat kegiatan penggalian kubur.

Dengan latar belakang terbiasa melihat dan mengikuti penggalian liang lahat tersebutlah, para petugas gali kubur ini memiliki keberanian untuk melayani umat. Pun upahnya sekitar Rp600 ribu hingga Rp1 juta, yang merupakan hasil infak jasa dari umat.

Selain itu, tidak banyak orang yang bisa menghadapi berbagai macam kondisi mayat, baik sebelum dimandikan maupun akan dikubur. Karena terbatasnya lahan saat melakukan penggalian, mereka kadang menemukan tulang, tengkorak dan sebagainya.

"Untuk penggali (kubur) kami agak susah ya. Karena tidak semua orang berani ya. Walaupun dia ahli bangunan sudah biasa menggali sumur tapi beda ketika menggali makam. Kadang dia masih takut trauma apakah mayat itu bisa mencari saya malam-malam. Itu banyak. Termasuk yang memandikan juga," jelasnya.

3. Lokasi pemakaman sudah dilakukan pelebaran

Muslim Denpasar
Lokasi pemakaman baru di pemakaman muslim Wanasari, Denpasar (IDN Times/Ayu Afria)

Abdul Hakim mengakui dengan keterbatasan tempat untuk penguburan tidak sebanding dengan volume orang yang meninggal. Kadang pula satu lubang kubur berisi 5 hingga 10 mayat, sehingga batu nisannya pun berdempetan. Di pemakaman muslim Wanasari ini, pihaknya mengupayakan tidak melakukan penolakan jenazah yang akan dikuburkan. Ia bersyukur sudah sekitar dua tahunan ini, wilayah makam bertambah luas sebanyak 12 are. Tambahan lokasi makam baru yang berdampingan tepat berada di pinggir sungai, diperuntukkan sebagai alternatif jika pemakaman utama terbatas.

Sementara itu, untuk memudahkan mengenali lokasi makam, maka digunakan sistem kekerabatan, artinya mereka yang masih ada hubungan keluarga maka akan dijadikan satu. Sedangkan bagi yang tidak memiliki keluarga dan tidak diketahui identitasnya juga dipilihkan tempat sendiri.

"Walapun lahan terbatas. Seberapa yang meninggal tetap kami bisa tampung," katanya.

Share
Topics
Editorial Team
Irma Yudistirani
EditorIrma Yudistirani
Follow Us

Latest News Bali

See More

Ada Pujawali, Warga Diimbau Tidak Mendaki Gunung Batukaru

18 Nov 2025, 15:49 WIBNews