Gedung di Bali Ini Pamerkan Bom yang Dipakai Teroris

Museum teroris pertama di Indonesia cuma ada di Bali

Denpasar, IDN Times - Kepala kepolisian Daerah (Kapolda) Bali, Irjenpol Petrus Reinhard Golose, meresmikan Gedung Prakasa Rucira Garjita senilai Rp10 miliar, Rabu (27/11) lalu. Gedung yang terletak di Jalan Wr Supratman Nomor 236 Tohpati, Kertalangu, Denpasar ini terwujud dari dana hibah Pemerintah Daerah Kabupaten Gianyar dan dibangun selesai tepat pada waktunya.

“Gedung ini kelihatan lebih bagus dan luar biasa ini merupakan pembangunan dari uang rakyat dan nanti akan dikembalikan lagi kepada masyarakat dalam bentuk pelayanan. Pelayanan dalam memberikan rasa aman dan nyaman,” ucap Golose.

Menariknya, gedung ini memamerkan sejumlah barnag bukti berupa bom yang pernah dipakai oleh para teroris. Seperti apa wujudnya? Berikut ini foto-fotonya:

1. Prakasa Rucira Garjita tak hanya untuk pameran terorisme. Tetapi juga sebagai Sport Centre

Gedung di Bali Ini Pamerkan Bom yang Dipakai TerorisIDN Times/Ayu Afria Ulita

Golose menerangkan, gedung Prakasa Rucira Garjita ini memiliki beberapa bagian. Yakni Sport Centre terletak di lantai dua yang memiliki berbagai fasilitas, dan berfungsi sebagai sarana olahraga serta latihan untuk para atlet tenis meja.

“Olahraga tenis meja adalah olahraga rakyat Bali, mulai tingkat banjar atau desa sampai tingkat kabupaten. Berkat latihan intensif selama ini, atlet tenis meja Bali telah mampu menjadi juara dalam tingkat nasional. Sehingga saya tergerak untuk terus memacu prestasi putra putri bali dalam cabang tenis meja,” ujarnya.

Selain lokasi olahraga tenis meja, dilakukan juga pembenahan lapangan tembak untuk latihan menembak pistol dan senjata laras panjang, serta pembenahan lokasi menembak reaksi. Serta di sisi lantai bawah gedung ini terdapat beberapa kantor antara lain kantor Perbakin (Persatuan Menembak Indonesia), IDPA (International Defences Pistol Association), PTMSI (Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia), PERKEMI (Persatuan Shorinji Kempo Indonesia), dan SSI (Scuba School International).

Baca Juga: Mengenang Bom Bali I, Istri Korban: Kita Memaafkan Butuh Proses

2. Prakasa Rucira Garjita sebagai Museum Penanggulangan Terorisme

Gedung di Bali Ini Pamerkan Bom yang Dipakai TerorisIDN Times/Ayu Afria Ulita

Selain Gedung Sport Centre, pada lantai satu terdapat museum penanggulangan terorisme. Museum ini dibangun untuk memberikan gambaran secara menyeluruh, tentang upaya Polri dalam mengungkap kasus teror yang terjadi di Bali.

Gedung di Bali Ini Pamerkan Bom yang Dipakai TerorisIDN Times/Ayu Afria Ulita

Adanya pameran seperti ini diharapkan para generasi muda Bali mengerti, memahami tentang aksi teror yang telah terjadi dan merugikan rakyat Bali.

“Hal tersebut dikarenakan Pulau Bali merupakan awal kebangkitan dimulainya perlawanan terhadap terorisme di Indonesia,” terang Golose.

Gedung di Bali Ini Pamerkan Bom yang Dipakai TerorisIDN Times/Ayu Afria Ulita

Museum ini terbuka untuk umum, yang bisa memberikan edukasi ilmu secara digital forensik, elektronik, analisis, dan kandungan barang-barang berbahaya. Jadi tak hanya untuk mengenang sejarahnya saja.

“Terbuka untuk umum. Datanglah dan lihatlah betapa dari Bali dari apa yang diderita oleh rakyat Bali. Kami coba jelaskan kepada Indonesia kepada dunia bahwa kami berbuat untuk negara. Dan negara itu adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia,” tegasnya.

3. Teroris adalah musuh bersama. Penegak hukum jangan berkecil hati

Gedung di Bali Ini Pamerkan Bom yang Dipakai TerorisIDN Times/Ayu Afria Ulita

Golose menginginkan semua pihak mengetahui apa yang sudah dilakukan oleh para penegak hukum untuk melawan teroris. Karena teroris adalah musuh rakyat Indonesia.

“Bahwa selalu saya katakan teroris adalah musuh rakyat Indonesia. Bukan hanya penegak hukum. Karena apa? Dengan berbagai macam dalih mereka akan mengubah dasar negara kita. Selama Negara ini berdiri, seluruh stakeholder Polri, Tentara Nasional Indonesia, intelijen dan semuanya harus bersama-sama mengenang apa yang sudah dilakukan oleh para penegak hukum. Apa yang sudah dilakukan oleh Satuan Tugas Anti Teror Detasemen Khusus 88, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan seluruh stakeholder kepolisian daerah.”

Dengan hadirnya museum ini, Golose mencoba menggambarkan secara Criminal Justice System Process, bagaimana menghadapi teroris. Mengingat banyak anggota Polri yang meninggal dan ratusan personel yang cedera.

“Sekarang mereka (Teroris) shifting atau mengubah modus operandi, mengubah dengan menyerang anggota polisi,” katanya.

Diakuinya, museum ini sebenarnya mengenang para pendahulu, termasuk anggota Polri yang gugur. termasuk juga menunjukkan bagaimana proses sebenarnya secara teknologi dan Criminal Justice System.

“Kami-kami terutama para anggota yang melakukan tugas. Pesan saya kita tidak boleh berkecil hati. Tugas kita adalah tugas Negara. Pahlawan zaman sekarang adalah Anda-Anda yang melakukan tugas untuk Negara melakukan tugas dengan baik,” terang Golose.

Baca Juga: Ibunda Kosuke Suzuki Korban Bom Bali Masih Sulit Terima Anaknya Pergi

4. Berbagai replika model bom dipamerkan di museum

Gedung di Bali Ini Pamerkan Bom yang Dipakai TerorisIDN Times/Ayu Afria Ulita

Berbagai macam replika bom dipamerkan di museum ini. Di antaranya:

  • Bom Rompi Dr Azhari Malang 2005
  • Bom Pipa Palembang 2008
  • Bom Tabung LPG 3 kilogram di Polsek Pasar Kliwon Solo tahun 2012
  • Bom Nitrogliserine di Solo 2012
  • Bom Panci Presto di Kampung Melayu 2017
  • Bom Pipa Besi di Surabaya 2018
  • Bom Rompi di Surabaya 2018
  • Bom Mug Surabaya 2018
  • Bom Panci di Lampung 2019.

Museum ini juga memampang wajah-wajah pelaku teror. Terutama peristiwa Bom Bali I dan Bom Bali II, serta kendaraan dan alat-alat yang digunakan oleh teroris.

5. Golose minta Mangku Pastika jangan lupa cari teroris

Gedung di Bali Ini Pamerkan Bom yang Dipakai TerorisIDN Times/Ayu Afria Ulita

Golose juga meminta kepada Mantan Kapolda Bali sekaligus Mantan Gubernur Bali, Komjenpol (Purn) Made Mangku Pastika, agar mencari teroris meskipun sudah menjadi anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI).

“Yang sedikit ngumpet Pak Mangku di Buleleng. Jadi beliau udah jarang ini karena sudah jadi anggota DPD. Tapi saya mau nyatakan di sini teroris juga cari Pak Made. Jangan kita-kita aja. Enak aja beliau jadi anggota DPD nggak dicarikan. So we have to fight together,” kelakarnya.

6. Golose sebut sudah ada tiga kali penyerangan teror ke Bali. Untuk yang ketiga ini berhasil digagalkan

Gedung di Bali Ini Pamerkan Bom yang Dipakai TerorisIDN Times/Ayu Afria Ulita

Dalam sambutannya, Golose membeberkan bahwa sesungguhnya Bali sudah tiga kali jadi target terorisme. Dua di antaranya tragedi Bom Bali I dan Bom Bali II yang berhasil melumpuhkan perekonomian Bali. Sementara penyerangan teroris yang ketiga kalinya berhasil digagalkan pada tahun 2012. Peristiwa ketiga inilah yang tidak diketahui oleh banyak orang.

Very important that the young generation of the law inforcement in Bali. Para penegak hukum yang lahir sesudah tahun 90-an, 2000-an, mereka sudah lupa. Bahkan tidak pernah ingat bahwa yang memengaruhi ekonomi Bali adalah bom Bali I, bom Bali II. Ingat! Ada satu lagi yang 2012. Bali ini akan diserang seperti waktu di Tunisia dulu,” jelasnya.

7. Golose beberkan tragedi Bom di Medan. Petugas tidak mencurigai intel yang mengikuti apel

Gedung di Bali Ini Pamerkan Bom yang Dipakai TerorisIDN Times/Ayu Afria Ulita

Golose juga membeberkan tragedi Bom di Medan, pada Rabu (13/11) lalu.

“Bapak-bapak dan Ibu-ibu. Lebih dari 40 orang polisi mati. Ratusan polisi. Dan sekarang teroris mengubah modus operandinya. Mereka menyerang markas-markas kepolisian, yang terakhir terjadi di Medan. Itu ada intelijen yang sekarang melaksanakan apel. Saya heran juga intel kok apel. Tapi nggak dicari, karena dia pikir ini polisi atau apa. Tidak dicari.”

8. Pelaku penusukan terhadap Wiranto sudah lima bulan ditunggu Polda Bali

Gedung di Bali Ini Pamerkan Bom yang Dipakai TerorisIDN Times/Ayu Afria Ulita

Selain itu Golose membeberkan pelaku penusukan Mantan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam), Wiranto. Bahwa pelakunya sendiri sudah ditunggu oleh Polda Bali selama lima bulan. Lantaran informasi yang didapatkan mereka akan melakukan aksinya di Bali.

“Serangan paling mematikan yang pernah terjadi di Republik ini adalah di Bali. Kami nggak boleh diam-diam. Setelah ditangkap kemarin jaringannya kaitan dengan yang menusuk Pak Wiranto. Saya bilang sudah lima bulan kami tungguin dia di sini. Lima bulan. Tapi dia belum melakukan apapun. Tapi tim kami di Bali telah memantau mereka selama lima bulan. Itu tidak gampang,” jelasnya.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya