TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Ini Dia Ogoh-ogoh Terbaik di Denpasar, Berbahan Korek Api Hingga Jeruk

Sumpah, ini keren bingitzz!

Ogoh-ogoh dari Banjar Dukuh Mertajati, Sidakarya, Denpasar Selatan: "Sang Bhuta Wingkara". (Instagram.com/ogohogohdenpasar)

Denpasar, IDN Times - Seperti tahun-tahun sebelumnya, para pemuda di Sekaa Teruna (ST) di Bali membuat ogoh-ogoh jauh-jauh hari sebelum mendekati Hari Raya Nyepi. Namun kali ini ogoh-ogoh yang dibuat para pemuda tersebut dilombakan. Seperti yang terjadi di Kota Denpasar.

Melalui Dinas Kebudayaan, Kota Denpasar mengadakan perlombaan ogoh-ogoh terbaik yang dinilai di empat Kecamatan, Kamis (27/2) lalu. Ada 32 nominasi yang berhak menerima hadiah sejumlah Rp10 juta.

Berdasarkan catatannya, ada 163 ogoh-ogoh yang ikut dilombakan dan sudah dinilai. Di antara ratusan ogoh-ogoh itu, Banjar Dukuh Mertajati dari Kelurahan Sidakarya; dan Banjar Mertha Rauh Kaja dari Desa Dangin Puri Kaja mendapatkan nilai tertinggi yang sama-sama sebesar 90,625.

Dari dua banjar tersebut, IDN Times memilih mendatangi Banjar Dukuh Mertajati di Kelurahan Sidakarya. Ogoh-ogohnya murni dari bahan-bahan ramah lingkungan seperti batang korek api, rumput laut, hingga kulit jeruk. Seperti apa keunikannya? Simak ulasannya berikut ini:

Baca Juga: Hanya di Bali! Bandara Ngurah Rai Hentikan Operasional Selama Nyepi

1. Warga banyak yang berhenti dan mengabadikan foto ogoh-ogoh ini

IDN Times/Imam Rosidin

Tahun ini, Disbud Kota Denpasar telah menetapkan 32 nominator ogoh-ogoh dengan nilai terbaik, Jumat (1/3) lalu. Dari jumlah tersebut, ada dua ogoh-ogoh meraih poin tertinggi. Keduanya adalah Banjar Dukuh Mertajati Kelurahan Sidakarya dan Banjar Mertha Rauh Kaja Desa Dangin Puri Kaja. Nilai yang berhasil dikumpulkan sebesar 90,625.

Terik matahari sangat menyengat di Kota Denpasar kala IDN Times mengunjungi Banjar Dukuh Mertajati, Minggu (3/3). Sejumlah warga tak mengindahkan panasnya matahari, dan memilih berhenti untuk melihat serta  mengabadikan ogoh-ogoh "Shang Bhuta Wingkara" (Anyiksa atmaning aboros) buatan ST Tunas Muda Banjar Dukuh Mertajati, Kelurahan Sidakarya.

Sama seperti IDN Times, warga tampaknya takjub melihat ogoh-ogoh ini dari dekat.

2. Ketua ST Tunas Muda Banjar Dukuh Mertajati tak menyangka dapat nilai tertinggi

IDN Times/Imam Rosidin

Ketua ST Tunas Muda Banjar Dukuh Mertajati, I Made Wahyu Sanjaya, tak menyangka atas raihan nilai tertinggi yang mereka peroleh tahun ini. Sebab menurutnya, hampir semua ogoh-ogoh di Kota Denpasar yang dibuat sangat bagus dan layak menjadi yang terbaik.

Ia lalu berasumsi, jika ogoh-ogohnya bisa mendapatkan nilai tertinggi karena bahan baku yang digunakan. Ya, 100 persen bahan yang mereka gunakan alami atau ramah lingkungan.

"Kita mungkin di sini punya nilai plus dengan menggunakan 100 persen bahan alam. Mungkin itu yang membuat nilai kita tertinggi. Semoga tahun berikutnya lebih semangat lagi dan teman-teman STT lain bisa lebih kreatif lagi," katanya.

3. Proses pembuatan ogoh-ogoh ini melibatkan senior yang ahli di bidang seni

IDN Times/Imam Rosidin

Ia lalu menceritakan proses pembuatan ogoh-ogoh ini. Mulanya, ia bersama teman-teman dan para seniornya berkumpul untuk membicarakan ogoh-ogoh yang akan dilombakan. Seniornya yang ahli di bidang seni lantas mencentuskan untuk membuat konsep dan desain ogoh-ogohnya.

"Dia yang mengonsep sendiri bahan dan bentuknya," terangnya.

4. Melibatkan 180 pemuda untuk membuat ogoh-ogoh butha kala menyiksa roh manusia yang suka menyiksa binatang

IDN Times/Imam Rosidin

Setelah menemukan konsep dan desain, ia bersama 180 anggota ST lainnya mulai mengerjakannya. Mereka membuat ogoh-ogoh butha kala yang sedang menyiksa para atma atau roh yang ada di alam baka, dan ada seekor naga di sampingnya.

"Roh-roh ini semasa hidupnya sering menyiksa binatang dan raksasa ini yang menghukum mereka di dunia lain," jelasnya.

5. Kulit raksasa dibuat dari 1000 batang korek api

Dok.IDN Times/Istimewa

Pertama, mereka membuat kerangkanya dari bahan dasar bambu. Setelah itu anatomi tubuhnya dibuat dari koran bekas. Setelah terbentuk rupa yang diinginkan, selanjutnya menghiasi anatomi tersebut menggunakan berbagai macam ornamen.

Ia mengklaim, seluruh bahan pembuatannya mulai dari kepala hingga ujung bawah menggunakan bahan alami. Rambut misalnya. Mereka menggunakan rumput laut yang dikeringankan. Sebagian besar bahan-bahan ini dicari di pinggiran pantai, dan sisanya beli di pasar.

Sementara itu, kulit dari raksasa dibuat dari batang korek api. Batang kore tersebut dibentuk seperti kipas, kemudian dilem dan ditempelkan di tubuh raksasa. Untuk membuat kulit raksasa, mereka menghabiskan 1000 batang korek api.

Baca Juga: Internet di Bali Dimatikan Selama Nyepi, Tinggal Menunggu Surat Resmi

Berita Terkini Lainnya