TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Fakta Gangguan Bipolar yang Dialami Model Tori Hunter di Bali

Ia sempat viral karena merasa diperas pengacara dan polisi

Instagram.com/torz_lyla

Denpasar, IDN Times - Seorang model asal Adelaide, Australia, bernama Tori Ann Lyla Hunter menarik perhatian sejumlah netizen beberapa waktu lalu. Sebab ia mengunggah postingan video di Instagram pribadinya, mengaku diperas oleh pengacara dan anggota kepolisian sebesar 39.600 dolar Australia atau setara Rp382 juta di Bali. Saat berita ini dibuat, postingan tersebut telah dihapus.

IDN Times lalu mencoba konfirmasi ke pihak terkait kebenaran postingan tersebut. Hasilnya, Tori sempat ditahan selama empat hari dan terancam hukuman lima tahun penjara karena kepemilikan obat-obatan pribadi, yang kandungannya dilarang masuk ke Indonesia.

Kepolisian Daerah (Polda) Bali lantas mengungkap hasil pemeriksaan kesehatannya. Ia diketahui menderita bipolar.

Baca Juga: Bawa Obat Jenis Narkotika, Model Australia Mengaku Diperas di Bali

1. Pandangan matanya tidak tertuju pada pemeriksa dan agak gelisah

Dok. IDN Times/ Istimewa

Kasubdit I Ditresnarkoba Polda Bali, AKBP Debby Asri Nugroho, mengatakan Tori menjalani pemeriksan kesehatan di Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Bhayangkara, Rabu (7/8) lalu. Tori diperiksa karena sebelumnya diamankan oleh Bea Cukai Ngurah Rai karena membawa obat-obatan pribadi yang mengandung narkotika (dexamphetamine) dan psikotropika (diazepam).

"Klien duduk di hadapan pemeriksa dengan pandangan tidak tertuju kepada pemeriksa dan terlihat agak gelisah," kata dia, Jumat (16/8).

2. Tori mengaku sulit tidur dan konsentrasi

Foto hanya ilustrasi. (sleepsugar.com)

Saat dilakukan pemeriksaan, Tori menjawab benar asal negaranya. Namun saat ditanya apa masalahnya, kata Debby, ia hanya terdiam. Lalu pihak pengacara yang mendampinginya menjelaskan dan Tori mengiyakan. Dalam penjelasannya, Tori menyatakan sering mengalami sulit tidur dan tidak bisa berkonsentrasi.

Ia juga mengaku mengonsumsi obat tersebut sejak tiga tahun lalu dan rutin meminumnya tiap hari. Obat tersebut membantunya untuk beraktivitas secara normal dan bisa mengasuh anaknya yang masih berusia lima tahun.

"Mengaku mengalami penyakit ini sejak remaja. Di mana kondisi perasaannya sering berubah-ubah dan sering merasa kesal oleh karena masalah sepele," lanjutnya.

3. Pola berpikirnya logis, namun terkadang sulit untuk fokus

Foto hanya ilustrasi. (womenshealthmag.com)

Gejala lainnya adalah Tori terkadang merasa gembira saat perasaannya baik dan seketika berubah tak bersemangat. Keadaan ini membuat aktivitas sehari-harinya terganggu.

"Kadang juga ia sangat susah untuk fokus, dan ia bisa menyelesaikan studinya sampai tingkat SMA," ujar dia.

Hasil pemeriksaannya menunjukkan Tori berpenampilan wajar, dan kontak masih kooperatif dengan motorik yang gelisah. Kesadarannya juga baik, pola berpikirnya logis dan pembicaraannya Koheren (Bisa merespon pembicaraan).

4. Ia mengalami bipolar sejak usia 13 tahun

herramientaprl.org

Dari dokumen medis yang dibawa dari negara asalnya, Tori memiliki riwayat penyakit gangguan bipolar atau gangguan suasana perasaan sejak usia 13 tahun. Tiga tahun lalu, ia didiagnosa menderita Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau gangguan pemusatan perhatian yang terjadi pada masa dewasa.

Maka, oleh dokter psikiater yang merawatnya, Dr Edward Kokoaung, Tori diberikan obat quetiapine 209 miligram (Mg) per hari, dexamphetamine 30 mg per hari, dan diazepam 5 mg per hari jika diperlukan.

Kesimpulannya, obat-obat yang dibawa tersebut sesuai untuk pengobatan penyakit yang diderita yakni gangguan bipolar.

Sekadar diketahui, bipolar merupakan penyakit gangguan perasaan disertai emosi yang meningkat. Kemudian diikuti perasaan yang kadang tak wajar, depresi dan munculnya ide untuk bunuh diri.

Baca Juga: Dinilai Tak Beretika, Regulasi Khusus Turis Asing di Bali Akan Dibuat

Berita Terkini Lainnya