TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Makna Tarian Sufi di Ground Zero Bali, Lambang Kematian Egosentris

Ditampilkan saat peringatan Bom Bali I

Tarian Sufi di Ground Zero untuk memperingati 20 tahun kejadian bom Bali I. (IDN Times/Ayu Afria)

Badung, IDN Times – Peringatan 20 tahun kejadian Bom Bali I yang diperingati pada 12 Oktober 2022 lalu dimaknai oleh tiga pihak terkait. Perayaan pertama diselenggarakan oleh Densus 88 Anti Teror di Nusa Dua, Kabupaten Badung. Kedua, dilakukan oleh LPM Kuta dan penyintas di Ground Zero.

Pada malam hari, peringatan di Ground Zero oleh kepolisian bersama Densus 88 Anti Teror, Rabu (12/10/2022). Rangkaian kegiatan peringatan yang dilakukan di antaranya doa lintas agama, penyalaan lilin, pelepasan tukik dan merpati, serta tarian-tarian.

Baca Juga: 20 Tahun Bom Bali, Merawat Kehidupan dan Nilai Kebebasan

Baca Juga: 13 Potret Tragedi Bom Bali, 202 Orang Meninggal Dunia

1. Puluhan orang menyalakan lilin dan melakukan doa bersama lintas keyakinan

Situasi Ground Zero saat memperingati 20 tahun kejadian bom Bali I. (IDN Times/Ayu Afria)

Peringatan 20 tahun tragedi Bom Bali I pada Rabu (12/10/2022), dilakukan pukul 23.15 Wita. Dalam kesempatan itu para masyarakat dan wisatawan berkerumun di depan Ground Zero dengan menyalakan lilin. Beberapa menit kemudian, acara dilanjutkan dengan doa lintas agama, meletakkan karangan bunga, menikmati sejumlah penghiburan tarian, dan nyanyian.

Acara tersebut dihadiri oleh Kapolri, Kadensus, Pangdam, sejumlah pejabat dari kementerian, pejabat daerah, kejaksaan, tokoh masyarakat, hingga perwakilan konsulat yang ada di Bali. 

2. Tarian Sufi khusus didatangkan dari Semarang, Jawa Tengah

Tarian Sufi di Ground Zero untuk memperingati 20 tahun kejadian bom Bali I. (IDN Times/Ayu Afria)

Pemaknaan menarik untuk memperingati peristiwa Bom Bali I adalah tarian sufi. Pemimpin tarian yang dipanggil Kyai Budi ini mengungkapkan berangkat dari Semarang bersama 16 santrinya dengan menggunakan busa. Mereka tampil atas permintaan dari Kadensus 88 Anti Teror untuk menyampaikan pesan cinta kepada manusia. Kyai Budi mengatakan bahwa Tuhan di bumi dikenal karena cinta dan cinta berbagi pada setiap hati.

“Ya kami diminta Kadensus untuk berbicara tentang cinta ya. Di mana cinta itu punya ciri hal yang paradoks. Bisa kita pandang sebagai kesatuan. Maka kalimat singkatnya kau adalah aku yang lain. Kau adalah aku dalam sejiwa, lain hanya bentuk rupa dan aroma,” ungkapnya.

Keindahan cinta di bumi ini ia katakan diwujudkan dalam seni. Jadi, manusia harus menawarkan keindahan, baik dalam berperilaku atau pandangan-padangan tentang keindahan alam. Ia mengakui sudah beberapa kali terlibat dalam acara yang diselenggarakan oleh Densus 88.

“Kemarin mantan teroris banyak yang nangis. Banyak yang nangis. Iya (lihat tarian) dan narasi,” terangnya.

3. Narasi Tarian Sufi di Ground Zero soal kematian

Situasi Ground Zero saat memperingati 20 tahun kejadian bom Bali I. (IDN Times/Ayu Afria)

Tarian sufi yang ia tampilkan ini berasal dari Negara Turki. Pakaian atau atribut dimaknai sebagai kematian. Para penari menggunakan pakaian serba putih yang ia sampaikan sebagai layaknya kain kafan. Dan peci sufi yang tinggi menggambarkan batu nisan. Lalu mengapa tarian kematian ini ditampilkan dalam acara peringatan Bom Bali I?

Kyai Budi dalam keterangannya mengatakan bahwa atribut kematian yang dipakai dalam tarian sufi ini menggambarkan kematian egosentrisitas manusia, bukan kematian jasad. Di mana sebagai manusia tidak boleh bersifat suprematif karena itu akan melahirkan kesombongan. Namun sikap rendah hatilah yang harus ditanamkan sehingga bisa saling berbagi.

“Kita berduka atas duka saudara. Itu yang harus kita tanamkan, termasuk kita harus bergembira atas gembira saudara. Dua hal ini kan dianyam di dalam masyarakat kita, sudah jadi dalam bentuk peradaban. Ini kita jaga. Hal seperti ini bagi saya harus mendapat apresiasi penuh supaya kita ingin dunia damai, negara damai,” ungkapnya.

Berita Terkini Lainnya