Ekspor Benur Bali-Vietnam Dihentikan Setelah Edhy Prabowo Ditangkap
Kantor Edhy Prabowo dijaga ketat
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Denpasar, IDN Times – Ekspor benih lobster atau benur ke Vietnam dari satu perusahaan di Bali macet, beberapa jam setelah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menangkap Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP), Edhy Prabowo, pada Rabu (25/11/2020). Penangkapan Edhy sendiri diduga berkaitan dengan ekspor benih lobster.
Pada 6 Juli 2020, Edhy menyampaikan telah menunjuk daftar 26 perusahaan yang izinnya sudah dikeluarkan. Dari jumlah itu, tiga perusahaan di antaranya berada di Provinsi Bali. Yaitu CV Setia Widara, UD Bali Sukses Mandiri, dan PT Alam Laut Agung. Ketiganya ditunjuk berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan (Permen KP) Nomor 12 Tahun 2020.
Namun satu dari tiga perusahaan itu, yaitu PT Alam Laut Agung, gagal mengekspor benih lobster ke Vietnam, pada Rabu (25/11/2020). Hal tersebut disampaikan langsung oleh Direktur PT Alam Laut Agung, I Nyoman Alit Sukantara, saat dihubungi IDN Times.
“Kalau persyaratan satu pun belum dilakukan, untuk ekspor ndak (Tidak) bisa. Kami, Alam Agung izin dikeluarkan setiap tahun. Kementerian langsung dari Ditjen Tangkap. Jadi kami berlaku satu tahun,” ungkapnya.
Baca Juga: Profil 3 Perusahaan di Bali yang Mendapat Izin Ekspor Benih Lobster
Baca Juga: Pengepul di Tabanan Fokus Ekspor Lobster Pasir Langsung Konsumsi
1. Perusahaan yang beralamat di Jalan Prof Mohamad Yamin, Kota Denpasar ini tidak terlalu banyak mengekspor benih lobster
Alit Sukantara mengungkapkan, selama ini perusahaannya tidak terlalu banyak mengekspor benih lobster karena mengalami kerugian. Kerugian ini dipicu oleh harga di nelayannya selalu tinggi. Sebab adanya kompetisi antara para pengekspor benih lobster.
“Kompetisi pengekspor untuk membeli bibit itu. Jadi harga di nelayan melambung tinggi,” jelasnya.
Selain itu, karena proses dari nelayan ke eksportir memerlukan waktu dua sampai tiga hari, benih-benih lobster yang diterima akhirnya dalam kondisi turun grade-nya. Lalu ketika diekspor, selisih harganya hanya Rp300-Rp500 per ekor.
“Terus akhirnya kami ekspor, kalau berubah warna, turunnya menjadi 30 persen. Jadi risikonya terlalu tinggi. Untungnya kecil.”
Baca Juga: [BREAKING] Edhy Prabowo Ditangkap Terkait Izin Ekspor Benih Lobster