Pengepul di Tabanan Fokus Ekspor Lobster Pasir Langsung Konsumsi

Tabanan sulit kembangkan budidaya benih bening lobster

Tabanan, IDN Times - Tabanan menjadi Kabupaten di Provinsi Bali yang memiliki kekayaan laut berupa lobster pasir. Selain ikan, pendapatan terbesar nelayan di Tabanan adalah lobster. Semenjak ada Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan ( Permen KKP) Nomor 12 Tahun 2020, ekspor benih-bening lobster (BBL) kini jadi potensi bisnis yang menjanjikan bagi nelayan.

Meski menjanjikan, ternyata nelayan maupun pengepul lobster di Tabanan lebih fokus pada penangkapan lobster besar yang langsung dikonsumsi untuk pemenuhan ekspor.

Baca Juga: Suka Duka Nelayan Lobster di Tabanan, Ekspor Terbentur Penerbangan

1. Pengepul lobster di Tabanan memilih fokus ekspor lobster langsung konsumsi

Pengepul di Tabanan Fokus Ekspor Lobster Pasir Langsung KonsumsiIlustrasi Lobster (IDN Times/Vanny El Rahman)

Pengepul lobster di Yeh Gangga, Desa Sudimara, Kecamatan Tabanan, Dewa Gede Ada Artana, mengatakan aturan baru yang membuka peluang untuk usaha BBL lantas tak membuat pihaknya serta merta terjun ke sana (Penangkapan BBL).

"Memang sempat ada yang menawarkan. Tetapi saya lebih memilih fokus untuk usaha di lobster konsumsi dengan mengikuti aturan yang ada saat ini. Saya juga dengar dari nelayan susah untuk mengembangkan usaha penangkapan BBL ini," ujarnya, Rabu (25/1/2020).

Seperti diketahui, aturan Permen KKP Nomor 12 Tahun 2020 menyebutkan berat lobster yang boleh ditangkap untuk ekspor berubah, dari yang mulai 200 gram menjadi 150 gram. Sehingga nelayan Tabanan kembali bergairah untuk melakukan penangkapan lobster.

Baca Juga: Bali Sukses Mandiri Pengekspor Benih Lobster Lakukan Kecurangan

2. Ketika memasuki musimnya, satu jukung bisa menangkap 2-4 kilogram lobster pasir

Pengepul di Tabanan Fokus Ekspor Lobster Pasir Langsung KonsumsiIlustrasi Lobster (IDN Times/Vanny El Rahman)

Menurut Dewa Ada, bulan Oktober dan November merupakan puncaknya musim lobster pasir. Satu jukung nelayan bisa menangkap 2-4 kilogram lobster pasir.

"Saat ini lobster yang ada di kedalaman banyak keluar dan ukurannya besar-besar. Rata-rata 300 gram beratnya per ekor," ungkapnya.

Harga jual lobster kualitas ekspor di tingkat petani, kata Dewa Ada, sebesar Rp240 ribu per kilogram.

"Kalau saya di pengepul bisa mengumpulkan 50-80 kilogram lobster pasir dalam sehari," katanya.

Permintaan ekspor lobster dari ekportir masih stabil sampai sekarang. Berap pun jumlah yang ia kumpulkan masih bisa terserap.

"Di kondisi seperti saat ini, nelayan dan kami sebagai pengepul masih ada harapan menopang ekonomi dari menangkap lobster sesuai aturan," paparnya.

3. Tabanan sulit mengembangkan budidaya BBL

Pengepul di Tabanan Fokus Ekspor Lobster Pasir Langsung KonsumsiIlustrasi Lobster (Instagram.com/edhy.prabowo)

Satu syarat untuk menangkap BBL yang ditetapkan oleh pemerintah adalah hasil tangkapannya harus dibudidayakan dulu. Setelah dibudidayakan, maka sebagian BBL harus dilepasliarkan untuk memastikan keberlanjutan stoknya di alam.

Namun ternyata Tabanan cukup sulit untuk memenuhi syarat itu. Kepala Bidang Pemberdayaan Pembudidaya Ikan Dinas Perikanan dan Kelautan Tabanan, I Kade Artina, beberapa waktu lalu memaparkan saat ini belum ada usaha pembudidayaan ikan laut di Tabanan karena ombak lautnya besar.

"Laut di Tabanan ini adalah bagian pantai selatan yang ombaknya keras. Sehingga sulit untuk dikembangkan budidaya," terang Artina.

Selain itu, Tabanan juga tidak punya teluk dan topografi di pinggiran laut yang banyak tebing. Sehingga budidaya BBL sulit dilakukan di pinggir laut. Jika budidaya dengan membuat tambak atau kolam sebenarnya bisa saja dilakukan. Hanya saja perencanaannya harus baik dan modalnya besar.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya