Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Lembu Putih Keturunan Sapi Bali yang Tidak Tahan Matahari

Lembu Putih di Desa Taro. (IDN Times/Yuko Utami)

Lembu Putih di Desa Taro, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar termasuk satwa endemik yang dilestarikan keberadaannya. Hewan yang lebih dikenal dengan sebutan Sapi Taro secara penampilan fisik memiliki beberapa kesamaan dengan Sapi Bali pada umumnya.

Namun yang membedakan adalah pigmen Lembu Putih yang berwarna putih, kulit albino, iris mata dan kuku berwarna pucat atau bening. Warna tanduk dan teracak Lembu Putih lebih pucat daripada Sapi Bali biasa. Mereka juga tidak tahan dengan paparan sinar Matahari secara langsung. Maka jika datang ke lokasi Objek Wisata Lembu Putih di Desa Taro, satwa ini memiliki kandang khusus yang atapnya tertutup rapat.

1. Keturunan Sapi Bali dengan sifat albino

Lembu Putih (IDN Times/Yuko Utami)

Selain ciri-ciri khas di atas, Sapi Taro memiliki ciri khas yang sama dengan Sapi Bali. Ciri tersebut berupa warna putih berbentuk oval yang khas di bagian pantat dan tungkai bagian bawahnya. Menurut ciri fenotip yang sama itulah, diperkirakan Sapi Taro atau Lembu Putih merupakan keturunan dari ras Sapi Bali yang mengandung sifat-sifat albino.

Menurut Huitema dalam tulisannya Peternakan di Daerah Tropis Arti Ekonomi dan Kemampuannya, bahwa keturunan albino (Lembu Putih) yang dibiarkan hidup terlepas dan bebas dianggap ancaman bagi kemurnian Sapi Bali. Sapi Bali merupakan jenis sapi asli Indonesia (turunan banteng) dengan beberapa kelebihan.

Adapun kelebihan tersebut seperti fertilitas baik, karena mampu bereproduksi setiap tahun; relatif sedikit mengonsumsi makanan dan kondisinya cepat pulih setelah melewati masa sulit, seperti musim kemarau yang panjang dan musim bercocok tanam; kualitas daging dan kulit cukup baik; serta sapi jantan umumnya mencapai berat standar untuk diekspor.

2. Menjaga kemurnian sifat Lembu Putih

Objek Wisata Lembu Putih. (IDN Times/Yuko Utami)

Pemeliharaan Lembu Putih secara intensif dan terpusat melalui pemagaran di sekeliling kandang. Kecil kemungkinan terjadinya kontak seksual antara Lembu Putih dengan ternak sapi peliharaan penduduk.

Keterbatasan kontak seksual hanya dengan sesama jenis. Misalnya antara Sapi Bali dengan sesamanya, dan Lembu Putih dengan sesamanya. Ini dilakukan untuk mewujudkan pemurnian masing-masing jenis sapi. Pemurnian sifat-sifat turunan dari masing-masing jenis sapi lebih terjamin.

3. Kepercayaan menjaga Lembu Putih

Pura Nandini sebagai kepercayaan terhadap Lembu Putih. (IDN Times/Yuko Utami)

Menjaga kemurnian tiap-tiap jenis ini karena adanya peran dari warga sekitar. Legitimasi warga melalui konsepsi keyakinan warga terhadap sapi albino, secara tidak langsung telah melestarikan sapi albino itu sendiri. Kelahiran sapi albino dari sapi peliharaan penduduk dari hasil perkawinan antarintra maupun antarjenis, dianggap sebagai sapi titipan dewa (kepapetang dewa).

Sebab itulah anak sapi tersebut tidak boleh dipelihara selayaknya ternak milik sendiri. Namun, warga harus menyerahkan anak sapi tersebut kepada desa adat untuk dipelihara bersama para Lembu Putih lainnya.

Berdasarkan jurnal ilmiah berjudul Kearifan Lokal di balik Mitos Lembu Putih di Desa Taro, Gianyar bahwa kepercayaan warga Desa Taro terhadap kelahiran Lembu Putih adalah mekanisme kontrol yang cukup efektif terhadap kemungkinan menurunnya gen albino pada Sapi Bali normal yang banyak diternakkan oleh penduduk setempat. 

Jurnal yang ditulis oleh Pujaastawa dan Suwena ini menyimpulkan bahwa perlakuan terhadap sapi albino yang dianggap lahir karena titipan dewa-dewa, secara tidak langsung merupakan bentuk isolasi genetik.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ni Komang Yuko Utami
Irma Yudistirani
Ni Komang Yuko Utami
EditorNi Komang Yuko Utami
Follow Us