3 Penyakit Penyebab Gagal Ginjal Kronis

Akibat pola hidup yang tidak sehat

Tabanan, IDNTimes- Penyakit gagal ginjal kronis adalah suatu kondisi dimana fungsi ginjal menurun secara bertahap akibat kerusakan jaringan ginjal. Jika sudah mengalami gagal ginjal, membutuhkan tindakan terapi substitusi dengan biaya yang besar. Salah satu tindakan terapi substitusi yang umum dijalani pasien gagal ginjal adalah hemodialisis atau cuci darah. Dalam lima tahun, satu pasien gagal ginjal mengabiskan biaya sekitar Rp480 juta untuk jalani hemodialisis.

Di sisi lain, gagal ginjal kronis tidak langsung terjadi begitu saja. Penyakit ini  muncul karena dipicu penyakit kronis lainnya  yaitu hipertensi, diabetes dan kencing batu. Sehingga orang-orang dengan tiga penyakit ini, harus waspada agar tidak sampai mengalami gagal ginjal. Berikut penjelasan dokter spesialis penyakit dalam Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Singasana, Tabanan, dr. I Gede Risnawan Suastika Ardanayasa, SpPD mengenai penyakit gagal ginjal kronis dan cara pencegahannya.

Baca Juga: 5 Makanan Khas Jembrana Bali, Ada Bendu Hingga Kondo

Baca Juga: Bali Stop Impor Benih Bunga, Gemitir Bali Sudamala Gantinya

1. Tiga penyakit penyebab gagal ginjal karena pola hidup tidak sehat

3 Penyakit Penyebab Gagal Ginjal KronisHalodoc

Menurut Risnawan gagal ginjal tidak begitu saja terjadi. Kemunculannya biasanya dilatarbelakangi adanya penyakit lain sebagai pemicu. Adapun tiga penyakit yang bisa mengarah ke gagal ginjal jika tidak ditangani sejak dini adalah hipertensi, diabetes dan kencing batu. 

Dijelaskannya, ketiga penyakit ini rata-rata dikarenakan pola hidup yang tidak sehat. Hipertensi selain karena faktor umur juga karena pola hidup yang tidak sehat seperti mengkonsumsi garam berlebih, konsumsi alkohol, berat badan berlebih hingga kurang aktifitis fisik. "Begitu juga dengan diabetes. Penyebab diabetes karena genetik hanya 10 persen sisanya karena pola hidup tidak sehat. Untuk kencing batu biasanya  karena kurang minum sehingga mengalami dehidrasi berat berkepanjangan," jelasnya.

2. Penyakit ginjal dibagi atas 5 stadium

3 Penyakit Penyebab Gagal Ginjal Kronisilustrasi ginjal (unsplash.com/Robina Weermeijer)

Risnawan menjelaskan gagal ginjal kronis membutuhkan proses. Menurutnya dalam menentukan kesehatan ginjal ada yang dinamakan laju filtrasi glomerulus (LFG) atau kecepatan filtrasi volume plasma melalui ginjal per unit waktu per luas permukaan tubuh (LPB). LFG  merupakan salah satu indikator utama untuk pemantauan fungsi ginjal. "Secara alami nilai LFG menurun satu poin setiap tahunnya seiring penambahan usia. Namun jika ada pemicu, LFG bisa turun lebih cepat dan menyebabkan penurunan fungsi ginjal," ujar Risnawan.

Penyakit ginjal kronis terdiri dari lima stadium yaitu:

  • Stadium 1: Lfg 90 atau lebih 
  • Stadium 2: Lfg antara 60 hingga 89
  • Stadium 3: Lfg antara 30-59
  • Stadium 4: Lfg antara 15-29
  • Stadium 5: Lfg dibawah 15

Menurut Risnawan, penyakit ginjal kronis mulai terlihat gejalanya saat memasuki stadium tiga. Adapun gejalanya seperti hipertensi, anemia hingga bengkak. "Gagal ginjal terjadi ketika memasuki stadium lima," ujar Risnawan.

3. Pengobatan gagal ginjal membutuhkan biaya besar

3 Penyakit Penyebab Gagal Ginjal Kronisilustrasi terapi CAPD (nkc.org.np)

Risnawan mengatakan pembiayaan dalam pengobatan gagal ginjal ini besar  sehingga pemerintah melakukan langkah pencegahan dengan mendeteksi dini tiga penyakit dasar yang menyebabkan gagal ginjal. "Jadi deteksi dini hipertensi, diabetes dan kencing batu bisa mencegah untuk menjadi gagal ginjal. Apabila tertangani dengan baik dan penyakit ini bisa dikendalikan maka bisa mencegah terjadinya gagal ginjal," ujar Risnawan.

Tindakan hemodialisis juga menjadi pembiayan terbesar dalam tanggungan BPJS Kesehatan. Dimana dalam lima tahun satu pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisis memerlukan biaya sebanyak Rp480 juta. Untuk di Tabanan sendiri menurut Risnawan ada sekitar 200 pasien yang rutin menjalani hemodialisis. "Saat ini pemerintah sedang menggalakkan terapi substitusi CAPD untuk pasien gagal ginjal. Terapi ini selain lebih efisien dalam hal pembiayaan, juga lebih praktis bagi pasien," ujarnya.

CAPD (continuous ambulatory peritoneal dialysis) merupakan metode cuci darah yang dilakukan lewat perut. Metode ini memanfaatkan selaput dalam rongga perut (peritoneum), yang memiliki permukaan luas dan banyak jaringan pembuluh darah sebagai filter alami ketika dilewati oleh zat sisa. 

Pasien akan dipasang tabung lunak yang disebut kateter di rongga perut. Setelah itu, kateter dapat mengalirkan larutan dialisis yang ada di dalam rongga perut. Larutan dialisis ini akan mengangkut limbah tubuh dalam aliran darah yang kemudian dikeluarkan dari tubuh. "Sayangnya CPAD itu ada kekurangannya. Pasien yang menjalani terapi CAPD harus memperhatikan kebersihan. Jika tidak maka akan berpotensi mengalami infeksi," jelas Risnawan.

Topik:

  • Silfa Humairah Utami

Berita Terkini Lainnya