Empat Sampai Lima Anak di Bali Jadi Pasien Kanker Leukemia per Bulan

Mereka rata-rata berusia 2 hingga 5 tahun

Denpasar, IDN TimesLeukemia atau limfoblastik akut menjadi penyakit terbanyak yang diidap pasien kanker anak di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah, Denpasar. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Departemen Ilmu Kesehatan Anak, dr Ketut Ariawati. Meski tidak menyebutkan jumlah pastinya, namun ia mengaku angka kejadian kanker yang ditangani tim medis di RSUP Sanglah banyak setiap bulannya, sampai ruangan perawatan tidak pernah kosong.

“Paling banyak pasti di mana-mana itu leukemia, limfoblastik akut namanya, dan dia memiliki prognosis yang baik. Artinya angka hidupnya banyak dibandingkan yang lain ya,” jelas dr Ketut Ariawati, saat ditemui di RSUP Sanglah, Denpasar, Rabu (19/2). Berikut ini penjelasan lengkapnya:

1. Bayi baru lahir menjadi pasien termuda leukemia. Masih belum diketahui penyebab penyakit kanker itu bisa terjadi pada usia anak-anak

Empat Sampai Lima Anak di Bali Jadi Pasien Kanker Leukemia per BulanPexels/suzukii xingfu

Rata-rata anak pengidap kanker di RSUP Sanglah berusia 2 hingga 5 tahun, dan pasien termuda adalah bayi yang baru lahir. Mereka akan dirawat di bawah Departemen Ilmu Kesehatan Anak, hingga usianya mencapai 18 tahun. Usia terbanyak kedua yaitu pasien anak laki-laki berusia 5 tahun.

“Penyebabnya sampai sekarang belum kami ketahui. Tapi secara garis besar ada kelainan gen. Ada beberapa faktor lain lingkungan seperti makanan, radiasi, obat-obat kimia gitu,” jelasnya.

“Dia (Kanker) akan muncul, tapi yang pasti dalam tubuhnya itu ada kelainan gen. Tapi kelainan gen berarti diturunkan? Ndak (Tidak). Dari dalam sisi anak itu sendiri yang mengalami kelainan gen,” lanjut dr Ketut Ariawati.

2. Empat hingga lima anak menjadi pasien kanker di RSUP Sanglah setiap bulannya

Empat Sampai Lima Anak di Bali Jadi Pasien Kanker Leukemia per BulanIDN Times

Meski tidak menjelaskan secara pasti peningkatan kasus dari tahun-tahun sebelumnya, namun dr Ketut Ariawati menegaskan bahwa empat hingga lima anak setiap bulannya menjadi pasien baru kanker.

“Saya tidak tahu, apakah peningkatan kasusnya ini apa karena ada BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan). Kalau dulu saya, sebelum ada BPJS, kasusnya memang sedikit. Apa karena memang pembiayaan kanker itu kan memang cukup tinggi. Jadi ketika ada BPJS, mulai banyak pasien datang satu-satu. Mungkin,” katanya.

Namun ia juga menduga, peningkatan pasien baru anak-anak yang mendertia kanker ini karena ada awareness (Kesadaran) kesehatan. Apalagi akses informasi melalui teknologi, memudahkan masyarakat untuk mencari tahu gejala sakit yang dialaminya.

“Jadi awareness mereka meningkat, juga pembiayaan sudah ditanggung pemerintah. Sehingga mereka tidak berpikir lagi,” jelasnya.

Selain itu, sekarang banyak yayasan-yayasan kanker yang membuat rumah singgah untuk mereka. Mengingat perawatan dan pengobatan kanker tidak selamanya diam di rumah sakit saja.

“Kalau dulu tiga bulan belum tentu dapat satu. Sekarang sebulan bisa sampai empat sampai lima kasus baru. Kasus baru ini. Kalau pasien sehari-hari ini full terus 25 bed. Kalau kasus baru sudah mulai meningkat. Kalau dulu jarang ya dan jenisnya berbeda beda,” terangnya.

3. Retinoblastoma atau kanker mata juga banyak diderita oleh anak-anak. Padahal orangtua bisa mendeteksinya dengan mudah

Empat Sampai Lima Anak di Bali Jadi Pasien Kanker Leukemia per Bulangarlandandpendant.com

Selain leukemia, kanker urutan kedua yang banyak diidap anak-anak adalah retinoblastoma. Sebenarnya orangtua bisa mendeteksi penyakit ini dengan mudah. Yaitu ketika melihat mata anaknya dalam kegelapan. Mata penderita kanker retinoblastoma pada fase awal, biasanya akan menyala seperti mata kucing di malam hari.

“Risiko kanker ya kematian. Kedua, kalau kecacatan ya tentu sesuai organnya,” ujar dr Ketut Ariawati.

Durasi pengobatan jenis kanker sendiri juga berbeda-beda, tergantung pada kasusnya. Misalkan leukemia. Pengobatannya memakan waktu dua tahun atau 115 minggu. Sedangkan penanganan kanker retinoblastoma, kanker ginjal, dan kanker tulang rata-rata siklusnya enam sampai 10 minggu.

Namun pihaknya menyayangkan, bahwa banyak masyarakat yang datang untuk menjalani pengobatan justru ketika kanker itu sudah stadium lanjut.

4. Pengobatan mandiri kanker mencapai ratusan juta Rupiah. Itu untuk obatnya saja, belum yang lain

Empat Sampai Lima Anak di Bali Jadi Pasien Kanker Leukemia per BulanIlustrasi uang. (IDN Times/Mela Hapsari)

Dari hasil analisis dr Ketut Ariawati, pembiayaan kanker leukemia bisa mencapai Rp150 juta untuk obatnya saja selama dua tahun. Hitung-hitungan itu pun diakuinya dilakukan pada tahun 2010 lalu.

“Itu obatnya saja lho ya. Belum kamar, belum operasi, belum transpornya. Itu pun saya minta harga obat paling bawah. Saya hitung, tapi itu hanya obat kankernya. Nah, selama kanker itu kan kemungkinan ada infeksi, nah itu beda lagi,” ujarnya.

5. Akui menjelang kematian pasien dan mennyampaikan kepada keluarga pasien merupakan hal yang tidak nyaman untuknya

Empat Sampai Lima Anak di Bali Jadi Pasien Kanker Leukemia per BulanIDN Times/Ayu Afria

dr Ketut Ariawati mengaku pihaknya paling tidak nyaman menghadapi kondisi pasien menjelang kematian. Meskipun sering menangani kasus ini, namun untuk menyampaikan kondisi tersebut kepada keluarga pasien, diakuinya butuh tenaga ekstra. Termasuk ketika kanker yang diderita anak-anaknya sudah stadium lanjut.

“Siapa yang berani memutuskan 'Nggak (Tidak) bisa diapain Pak'. Fase lanjut. Bagaimana caranya ngomong bahwa ini sudah nggak bisa diapa-apain lagi. Kami butuh tenaga untuk memikirkan cara.

Baca Juga: Gejala-gejala Awal Gangguan Jantung, Waspada Buat yang Cepat Kelelahan

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya