TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Fakta Unik Medali 'Sampah' Olimpiade Tokyo yang Jarang Diketahui

Medali sampah ini akan berlanjut sampai Olimpiade Paris 2024

Pebulutangkis ganda Putri Indonesia Greysia Polii (Kiri) dan Apriyani Rahayu mencium medali emas yang berhasil mereka raih untuk nomor bulutangkis ganda putri Olimpiade Tokyo 2020 di Musashino Forest Sport Plaza, Tokyo, Jepang, Senin (2/8/2021). (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)

Medali tentu menjadi incaran para atlet dari seluruh dunia ketika ada perhelatan olimpiade. Bagi kontingen olimpiade, setiap keping medali emas, perak, maupun perunggu sangatlah berharga.

Namun ada fakta unik pada gelaran Olimpiade Tokyo 2020, yang ternyata semua medalinya berasal dari daur ulang sampah. Berikut fakta menarik dari medali 'sampah' Olimpiade Tokyo.

Baca Juga: 5 Perjalanan Karier dan Hobi Jonatan Christie, Pernah Main Film

Baca Juga: 7 Atlet Bali yang Meraih Medali Untuk Indonesia di Kancah Dunia

1. Medali tersebut berasal dari limbah elektronik seperti ponsel dan laptop

Pixabay/wir_sind_klein

Setiap komponen barang elektronik mengandung emas dan perak. Hal inilah yang mendasari pihak penyelenggara, Tokyo Organising Committee (TOGOC) untuk berinovasi dengan membuat medali dari limbah sampah elektronik.

Dikutip dari Wastatetodaymagazine, mereka mengumpulkan limbah elektronik tersebut dari operator seluler Jepang yang menjual ponsel seperti Docomo.

Sampah elektronik seperti ponsel sampai laptop komponennya dilebur untuk mendapatkan kandungan logam mulianya. Hasilnya berupa emas, perak dan perunggu yang dimanfaatkan sebagai medali di ajang Olimpiade Tokyo.

2. Perlu waktu dua tahun untuk mengumpulkan sampah barang elektronik menjadi medali

Pexels.com/cottonbro

Ide pembuatan medali dari limbah elektronik tersebut sudah dicetuskan TOGOC, jauh sebelum digelarnya Olimpiade Tokyo. Pihak panitia penyelenggara membutuhkan waktu dua tahun untuk mengumpulkan berbagai macam barang elektronik dari berbagai lapisan masyarakat dan institusi. Pengumpulan dilakukan di kantor pos setempat, dan instansi seperti kantor pemerintahan maupun swasta, hingga sekolah dan universitas di Jepang.

Bahkan ada beberapa posko yang tersebar di Jepang khusus untuk mengumpulkan limbah barang elektronik, dari periode April 2017 hingga Maret 2019.

3. Limbah elektronik itu menghasilkan 35 kilogram emas

Ilustrasi Emas Mulia (IDN Times/Arief Rahmat)

Pihak penyelenggara olimpiade berhasil mengumpulkan 78.985 ton perangkat elektronik termasuk 6,21 juta ponsel dari seluruh Jepang. Mereka mendapatkan logam mulia berupa 35 kilogram emas, 3.500 kilogram perak, dan 2.200 kilogram perunggu dari hasil peleburan.

Jumlah itu cukup untuk membuat lima ribu medali emas, perak, dan perunggu yang diperebutkan oleh juara Olimpiade dan Paralympics 2020.

4. Kampanye perbaikan lingkungan dan mengajak masyarakat umum berpartisipasi langsung dalam gelaran olimpiade

Ilustrasi lingkungan (IDN Times/Mardya Shakti)

Ide pembuatan medali dari kandungan logam mulia sampah elektronik di Olimpiade Tokyo, baru pertama kali dilakukan sepanjang gelaran olimpiade. Ini merupakan bagian kampanye perbaikan dan keberlanjutan lingkungan, yang dilakukan oleh TOGOC.

Upaya ini juga untuk memasyarakatkan olimpiade. Maksudnya, masyarakat bisa berpartisipasi langsung dalam event olahraga dunia dengan menyumbangkan sampah elektroniknya. Mereka berharap upaya ini dapat mengampanyekan pengelolaan sampah yang baik di setiap negara.

Berita Terkini Lainnya