Upacara Sakral di Klungkung Gunakan Susu Hingga Air Seni Lembu Putih
Tak lama lagi bakalan ada karya agung di Gelgel
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Menjelang Karya Agung Memungkah, Nubung Pedagingan, Ngenteg Linggih, Pedudusan Agung, Tawur Panca Wali Krama, Mahayu Jagat, Marisuda Gumi di Pura Dasar Buana yang digelar terakhir 500 tahun lalu, Desa Pakraman Gelgel menggelar prosesi Memineh Empehan dan Mekarya Minyak Catur.
Prosesi ini merupakan tahapan mengambil lima unsur utama dari lembu putih yang disakralkan masyarakat Bali. Seperti apa ritual unik dan sangat jarang terjadi ini?
Baca Juga: Tradisi Sakral Kuno Bali Bakal Digelar di Desa Gelgel Desember ini
Karya Agung Memungkah, Nubung Pedagingan, Ngenteg Linggih, Pedudusan Agung, Tawur Panca Wali Krama, Mahayu Jagat, Marisuda Gumi di Pura Dasar Buana puncaknya akan dilaksanakan 31 Desember 2018 mendatang. Upacara ini merupakan upacara terbesar, yang terakhir dilaksanakan 500 tahun lalu atau saat masa pemerintahan Dalem Waturenggong.
Prosesi Memineh Empehan dan Mekarya Minyak Catur ini merupakan prosesi ke-88 dari total 33 prosesi besar tersebut. Memineh memiliki arti memeras, sedangkan Empehan adalah susu.
Sedangkan minyak catur adalah minyak yang digunakan untuk banten catur, atau sarana upakara tertinggi dalam karya agung ini. Minyak catur itu dibuat dari bahan dasar susu perahan lembu putih yang sangat disakralkan masyarakat.
1. Prosesi ke-8 dari 33 rangkaian Karya Agung
Baca Juga: Polda Bali Diminta Tak Sentuh Pungutan Desa Pakraman, Asal Ada Syarat
Kelima unsur yang diambil dari lembu putih itu akan dicampur dengan berbagai bahan lainnya untuk dibuat minyak catur. Minyak tersebut nantinya digunakan untuk membuat banten catur, yang merupakan sarana upakara utama dalam karya agung ini.
Selain untuk banten catur, minyak itu juga digunakan untuk banten lain seperti pedudusan dan penyegjeg bumi.
"Menurut keyakinan umat Hindu di Bali, lembu merupakan wahana siwa. Perahan susu dari lembu ini juga memiliki makna toya sarining amertha, atau juga sumber kehidupan. Dalam bhagavad Gita, ini disebut Kamadhuk yang artinya memenuhi keinginan semua mahluk. Semua unsur dari lembu ini merupakan dimaknai pemberi kehidupan bagi masyarakat," jelas Koordinator bidang upakara, Dewa Soma.