Makna Tradisi Rerajahan Yamaraja Khas Desa Bugbug Bali

Mereka melakukannya pada malam purnama untuk melindungi desa

Karangasem adalah Kabupaten di Bali yang kaya akan tradisi sakralnya sesuai khas desa masing-masing. Satu di antaranya Tradisi Rerajahan Yamaraja yang ada di Desa Bugbug, Kecamatan Karangasem.

Tradisi ini dilaksanakan setahun sekali, tepatnya pada Purnama Kasa (bulan pertama dalam kalender Bali). Tradisi ini dikenal cukup unik dalam pelaksanaannya. Seperti apa keunikan dan kesakralannya?

1. Makna Tradisi Rerajahan Yamaraja

Makna Tradisi Rerajahan Yamaraja Khas Desa Bugbug BaliProsesi menggambar Rerajahan Yamaraja di Desa Bugbug. (YouTube.com/Good Day in Bali)

Dikutip dari jurnal berjudul Rerajahan Yamaraja dalam Upacara Usaba Manggung Achi Sumbu di Desa Pakraman Bugbug yang ditulis oleh I Kadek Sumadiyasa dan I Wayan Arissusila, Rerajahan Yamaraja merupakan karya seni rupa Hindu yang berbentuk suratan gambaran rerajahan berwujud Dewa Yamaraja. Yamaraja merupakan manifestasi Bhatara Ratu Gede Sakti yang dipuja di Pura Desa Bugbug. Pembuatan Rerajahan Yamaraja ini berdasarkan pada ajaran Siwa Sidanta. Sedangkan tata cara pembuatannya mengacu pada Lontar Yama Purana Tatwa, yang berisikan ajaran memuja Dewa Yama sebagai pencipta serta penolak wabah penyakit.

Tradisi sakral ini dilaksanakan secara turun temurun. Tujuan dari pelaksanaan tradisi ini adalah memohon Bhatara Yamaraja menggunakan kekuatannya agar Desa Bugbug terbebas dan terhindar dari bahaya dan wabah penyakit. Tradisi Rerajahan Yamaraja dilaksanakan bersamaan dengan Usaba Manggung Aci Sumbu, yang merupakan upacara besar di Desa Bugbug.

2. Pembuatan Rerajahan Yamaraja sangat unik

Makna Tradisi Rerajahan Yamaraja Khas Desa Bugbug BaliProsesi menggambar Rerajahan Yamaraja di Desa Bugbug. (YouTube.com/Good Day in Bali)

Keunikan dari Tradisi Rerajahan Yamaraja ini adalah pada proses pembuatannya. Ukuran rerajahannya sangat besar sesuai ukuran halaman Pura Desa Bugbug. Proses pembuatannya dikerjakan oleh warga Desa Bugbug pada tengah malam Purnama Kasa atau istilahnya saat jegjeg bulan.

Selama pembuatan rerajahan ini, tidak boleh ada penghapusan garis maupun bentuk lainnya yang telah dibuat. Pembuatannya harus diselesaikan pada tengah malam itu juga. Prosesnya dimulai dari pembuatan sketsa gambar Yamaraja, kemudian membuat detail masing-masing bagian, setelah itu baru dilakukan proses penebalan.

3. Bahan yang digunakan untuk membuat rerajahan

Makna Tradisi Rerajahan Yamaraja Khas Desa Bugbug BaliProsesi menggambar Rerajahan Yamaraja di Desa Bugbug. (YouTube.com/Good Day in Bali)

Rerajahan ini menggunakan beberapa bahan dan peralatan. Bahan utama yang digunakan adalah pamor atau kapur sirih putih. Pamor ini digunakan untuk menebalkan garis bentuk dan detail rerajahan sehingga terlihat dengan jelas. Serbuk pamor ini dicampurkan dengan air sebelum digunakan.

Untuk membuat sketsa dan bentuk detailnya menggunakan potongan tangkai kayu Pohon Dapdap. Ujung potongan kayu ini dibentuk runcing seperti ujung pensil. Ukurannya dibuat bervariasi, tergantung keperluan pembuatan sketsa dan bentuk detail rerajahannya.

4. Bagian Rerajahan Yamaraja

Makna Tradisi Rerajahan Yamaraja Khas Desa Bugbug BaliProsesi menggambar Rerajahan Yamaraja di Desa Bugbug. (YouTube.com/Good Day in Bali)

Rerajahan Yamaraja berbentuk seperti raksasa. Rerajahan ini memiliki bagian kepala, badan, dan kaki. Berikut masing-masing bagian Rerajahan Yamaraja:

  • Bagian kepala berwujud raksasa, mulut terbuka lebar, dan memakai mahkota seperti seorang raja lengkap dengan hiasannya
  • Pada bagian badan digambarkan menggunakan perhiasan lengkap di bagian leher, dada, dan pinggang. Tangannya dibuat seperti menari simbol Bhatara Yamaraja sebagai penghalang dan pelebur malapetaka dan wabah penyakit
  • Pada pergelangan kaki juga terdapat perhiasan. Kaki digambarkan dengan sikap dwi pada, yaitu satu kaki diangkat sedikit.

Bentuk dan perhiasan dari Rerajahan Yamaraja mengambil bentuk-bentuk karakter wayang dari Bali. Pada rerajahan ini terdapat beberapa senjata seperti senjata Gada, Nagapasa, Cakra, Moksala, Trisula, dan Dupa.

Prosesi Tradisi Rerajahan Yamaraja ini selalu menarik perhatian warga setempat hingga luar desa. Tradisi ini juga sering disebut dengan nama Wongwongan Yamaraja (orang-orangan berbentuk Yamaraja).

Ari Budiadnyana Photo Community Writer Ari Budiadnyana

Menulis dengan senang hati

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya