Mengenal Ritual Nyepi ala Suku Dayak Iban Kalimantan Barat

Nyepi Suku Dayak ini dinamakan Ritual Ngampun

Indonesia merupakan Negara yang memiliki keragaman suku adat dan budaya. Ritus atau upacara adat menjadi bagian yang paling fundamental dalam kehidupan masyarakat Indonesia. upacara adat menjadi sarana masyarakat menjaga hubungan antarsesama, hubungan  dengan alam, dan hubungan dengan Tuhan. Satu ritus atau upacara adat yang sering dilakukan adalah ruwatan.

Dalam Bahasa Jawa, kata ruwat atau luwar memiliki arti terbebas atau terlepas. Sehingga ruwatan sendiri berarti upacara yang diselenggarakan agar seseorang atau komunitas masyarakat terbebas dari bahaya. Jika di Bali satu ruwatan yang terkenal adalah Ritual Nyepi, maka di Provinsi Kalimantan Barat dikenal dengan Ritual Ngampun.

1. Makna Ritual Ngampun

Mengenal Ritual Nyepi ala Suku Dayak Iban Kalimantan BaratPenyimpanan sesajen ke Langkau Ampun (Dok.Pribadi/Atre Senudin)

Ritual Ngampun atau Nyepi merupakan tradisi yang dilakukan oleh komunitas Adat di Dayak Iban, Sungai Utik, Kalimantan Barat. Secara etimologi, Ngampun berasal dari Bahasa Iban yang berarti pengampunan. Ngampun sendiri merupakan ritual untuk menolak bala.  Ritual ini dapat diadakan 2 sampai 3 kali dalam setahun dengan dasar musim pohon buah berbunga, satu anggota keluarga di rumah betang atau long house bermimpi buruk, terjadi bencana atau kematian secara beruntun, dan  penutup dari rangkaian perayaan Gawa’ (ungkapan rasa syukur atas hasil panen selama satu masa tanam).

Apai Janggut, sebagai Tuai Rumah Betang, mengatakan Ritual Ngampun merupakan ritual penutup dari rangkaian perayaan Gawa’ (Gawai) yaitu perayaan syukur atas hasil panen dalam satu masa tanam.

Ketika perayaan Gawa’, jiwa para leluhur dipanggil untuk ikut hadir dan merayakan pesta syukur melalui sesajian (pedara’), serta tabuhan gendang yang meriah pada malam sebelum Gawa’.

“Ketika Ritual Gawa’, roh-roh leluhur dan orang khayangan (Panggau) diundang untuk turut hadir dalam perayaan tersebut. Kemudian melalui rangkaian  Ritual Ngampun, roh-roh tersebut diantar kembali pulang,” jelasnya.

Masyarakat Dayak Iban percaya, bahwa manusia dan roh hidup leluhur (petara’) hidup secara berdampingan. Hubungan yang harmonis ini jika tidak dijaga, akan menimbulkan bencana. Ritual Ngampun dimaksudkan untuk memberi makan kepada leluhur sehingga tidak murka dan membahayakan manusia.

2. Waktu pelaksanaan Ritual Ngampun

Mengenal Ritual Nyepi ala Suku Dayak Iban Kalimantan BaratProses dioleskannya air Batu Engkrabun (Dok.Pribadi/Atre Senudin)

Waktu pelaksanaan ritual Ngampun didasarkan pada musyawarah bersama masyarakat rumah betang. Dua hari sebelum Ritual Ngampun diadakan, biasanya masyarakat berkumpul, berdiskusi mengenai hari pelaksanaan, dan durasi ruwatan Ngampun. 

Ritual Ngampun diadakan pada malam hari ketika seluruh anggota rumah betang berkumpul.

3. Prosesi Ritual Ngampun

Mengenal Ritual Nyepi ala Suku Dayak Iban Kalimantan BaratSuasana ritual Nyepi di Provinsi Kalimantan Barat. (Dok.Pribadi/Atre Senudin)

Ritual ini diawali dengan meletakkan sesajen di dalam capan (wadah dari anyaman tumbuhan senggang), dan teresang (wadah dari anyaman bambu). Dalam ritual ini, capan berjumlah 3 buah dan teresang berjumlah 7 buah. Isi dari sesajen adalah telur ayam, rokok, sirih pinang, gambir, pulut, tumpe, dan rendai. Seluruh isi tersebut diletakkan ke dalam capan maupun teresang, kemudian dibiau (dikibaskan) dengan ayam jantan sembari tetua adat membacakan ayat-ayat permohonan (sampi).

Setelahnya ayam tersebut disembelih, dan darahnya dioleskan ke dahi seluruh masyarakat rumah betang. Secara simbolis, tujuannya adalah sebagai tanda bahwa manusia tersebut bukanlah korban sehingga selamat dari hal-hal buruk.

Setelah sampi dilakukan, masyarakat akan makan dan minum bersama. Makanan yang disuguhkan adalah pulut, beras ketan yang dimasak di dalam bambu; tumpe, terbuat dari tepung ketan yang dibentuk menjadi pipih; dan rendai, beras ketan yang disangrai menjadi poprice. Sedangkan untuk minumannya sendiri adalah tuak beram, yaitu nasi ketan yang difermentasi.

Sembari makan dan minum, masyarakat yang telah berkumpul di rumah betang diusap oleh air dan batu engkrabun. Batu engkrabun atau batu perlindungan merupakan batu yang berusia ratusan tahun. Masyarakat suku Dayak Iban percaya, bahwa dengan mengoleskan batu dan air engkrabun ini dapat melindungi mereka dari segala mara bahaya. Masyarakat berbondong-bondong mengambil air batu engkarabun menggunakan botol untuk disimpan.

Proses terakhir adalah sesajen diantarkan ke Langkau Ampun, yaitu tempat penyimpanan sesajian. Untuk sesajian di dalam capan diletakkan di tiga tempat yakni hilir sungai, tempat pemandian masyarakat (tengah), dan hulu bagian pintu gerbang. Sedangkan untuk sesajian di dalam teresang digantung di beberapa pohon yang dinilai sakral.

Ketika proses pengantaran sesajian dilakukan, masyarakat yang tadinya berkumpul kembali ke bilik masing-masing. Setelah pengantaran sesajen, hal yang dilakukan selanjutnya adalah memasang dedaunan di gerbang dusun dan tangga rumah betang sebagai pertanda bahwa tidak boleh ada yang memasuki daerah dusun tersebut dalam kurun waktu sehari atau 12 jam sesuai dengan kesepakatan masyarakat rumah betang. Selama Ritual Ngampun ini dilaksanakan, masyarakat menutup akses terhadap dunia luar.

_atre senudin Photo Community Writer _atre senudin

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya