Tradisi Sakral Kuno Bali Bakal Digelar di Desa Gelgel Desember ini

Tradisi ini terakhir kali digelar sekitar 500 tahun lalu lho

Siapa yang saat ini sedang merencanakan liburan di Bali pada bulan Desember? Selain mencari tempat untuk menikmati tahun baru, kamu juga bisa datang ke acara adat yang ada di Klungkung lho. Tepatnya di Desa Prakaman Gelgel.

Di sini bakalan ada upacara besar yang sangat jarang digelar. Berdasarkan catatan sejarah, upacara tingkatan utamaning utama (Paling besar), ini diadakan di Pura Dasar Bhuana Gelgel. Upacara itu berupa Homa Yadnya, yang terakhir kali digelar sekitar 500 tahun lalu, atau pada masa keemasan Kerajaan Gelgel.

Mengulangi sejarah itu, Desa Pakraman Gelgel akan menggelar upacara serupa bulan Desember 2018 nanti, namun dengan sarana dan bentuk yadnya yang berbeda. Bagaimana fakta unik dari upacara langka tersebut?

1. Upacara ini terakhir kali digelar lima abad lalu

Tradisi Sakral Kuno Bali Bakal Digelar di Desa Gelgel Desember iniIDN Times/Wayan Antara

Baca Juga: Mural di Pasar Mentigi Viral di Medsos! Hilangkan Kesan Kumuh

Pura Dasar Bhuana di Desa Gelgel merupakan satu di antara pura Khayangan Jagat milik umat Hindu di Indonesia. Rujukan upacara ini, diawali dari sumber tertulis yang menceritakan digelarnya upacara tingkatan utama (Besar), dan biasa disebut sebagai Homa Yadnya di Kerajaan Gelgel.

Upacara itu terakhir digelar pada masa keemasan Kerajaan Gelgel, yang dipimpin Dalem Waturenggong sekitar abad ke-15 lalu. Upacara ini dipuput oleh dua orang tokoh agama Hindu yang termasyhur pada masanya. Yakni Dang Hyang Niratha dan Dang Hyang Astapaka.

Dari catatan sejarah itu, Bendesa Pakraman Gelgel, Putu Arimbawa dan penglingsir (Tokoh adat) di Pakraman Gelgel, memohon petunjuk kepada sulinggih (Orang suci di Bali). Saat itulah Pakraman Gelgel mendapat petunjuk untuk melaksanakan utamaning utama (Mautama).

Yakni Karya Agung Memungkah, Nubung Pedagingan, Ngenteg Linggih, Pedudusan Agung, Tawur Panca Wali Krama, Mahayu Jagat, Marisuda Gumi. Upacara ini serupa dengan Homa Yadnya.

2. Digelar untuk menjaga kekuatan spiritual di Bali

Tradisi Sakral Kuno Bali Bakal Digelar di Desa Gelgel Desember iniIDN Times/Wayan Antara

Puncak dari upacara ini akan dilaksanakan hari Senin tanggal 31 Desember 2018. Meski demikian, persiapan ini sudah dikerjakan sejak tahun 2017 lalu lho, dan secara resmi nuasen karya (Memulai pekerjaan) yang dilaksanakan 24 oktober 2018.

Terkait persiapannya saja, upacara ini sudah melibatkan warga di 28 banjar dari tiga desa dinas, yakni Desa Tojan, Desa Gelgel dan Desa Kamasan.

"Semua persiapan dikerjakan secara gotong royong dan bergiliran oleh warga kami,” imbuh Wakil Bendesa Gelgel, Wayan Suandi.

Tujuan utama dari upacara ini, secara umum untuk menjaga keajegan atau keutuhan Bali secara keseluruhan melalui jalur Niskala (Gaib), serta menjaga kekuatan spiritual dari Pura Dasar Bhuana Gelgel sebagai Kahyangan Jagat di Bali.

"Ini Pura milik seluruh masyarakat Hindu se Nusantara. Diharapkan masyarakat Hindu Dharma se Nusantara bisa memaknai ini secara positif, dan diharapkan ikut tangkil (Bersembahyang) saat puncak upacara," jelas Sugiana, seorang tokoh masyarakat di Pakraman Gelgel.

3. Haturkan kurban kerbau hingga menjangan (Kijang)

Tradisi Sakral Kuno Bali Bakal Digelar di Desa Gelgel Desember iniIDN Times/Wayan Antara

Saat pelaksanaannya nanti, Karya Agung Memungkah, Nubung Pedagingan, Ngenteg Linggih, Pedudusan Agung, Tawur Panca Wali Krama, Mahayu Jagat, dan Marisuda Gumi ini akan menggunakan sarana upakara pekelem (Kurban), berupa 13 kerbau cemeng (Kerbau berwarna hitam), kerbau sebulu (Berwarna putih), Petu (Kera), lubak (Musang), dan menjangan (Kijang).

Selain itu, upacara besar ini juga akan melibatkan 38 sulinggih dari seluruh penjuru Nusantara.

4. Upacara ini diperkirakan menghabiskan anggaran hingga Rp6 miliar

Tradisi Sakral Kuno Bali Bakal Digelar di Desa Gelgel Desember iniIDN Times/Wayan Antara

Baca Juga: 6 Keistimewaan Toyapakeh, Desa Berpenduduk Muslim di Nusa Penida

Tidak tanggung-tanggung. Untuk menggelar upacara sebesar ini, diperkirakan akan menelan anggaran hingga Rp6 miliar.

Namun warga Desa Pakraman Gelgel yang jumlahnya sekitar 3 ribu Kepala Keluarga (KK), hanya dikenakan iuran sebesar Rp200 ribu per KK. Selebihnya dana itu akan diambilkan dari kas Desa Pakraman Gelgel.

Jadi, jangan lewatkan acara ini ya.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya