Festival Layang-layang Tradisi Bali , 5 Faktanya!
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sebagai bentuk pelestarian tradisi layang-layang Bali, setiap setahun sekali diadakan festival layang-layang yang bertempat di Pantai Padang Galak Sanur atau Pantai Mertasari Sanur. Kegiatan utama dalam festival ini adalah lomba layang-layang, yang diikuti oleh anak-anak hingga orang dewasa dari seluruh penjuru Bali. Layang-layang yang sudah didaftarkan, diukur terlebih dahulu sebelum diterbangkan saat perlombaan dimulai.
Serunya lagi, festival ini terbuka untuk umum dan kamu bisa menyaksikan langsung. Berdasarkan kalender kegiatan Dinas Pariwisata Bali, tanggal 22 - 23 Juli 2023 akan ada Gianyar Layang-layang Festival Kabupaten Gianyar, serta Festival Layang-layang Denpasar yang akan berlangsung juga di bulan Juli. Berikut tentang fakta layang-layang Bali yang perlu kamu ketahui.
Baca Juga: 5 Fakta Menarik Tentang Sawah Berundak di Tegallalang Bali
Baca Juga: Masyarakat Bali Dilarang Menaikkan Layang-layang selama G20
1. Berkaitan erat dengan cerita Dewa Siwa
Dirangkum dari laman Pemerintah Kabupaten Badung (www.badungkab.go.id), masyarakat Bali percaya akan kisah Rare Angon (anak gembala) atau Dewa Layang-layang. Rare Angon ini wujud penjelmaan Dewa Siwa yang berperawakan anak-anak turun ke bumi yang diiringi dengan tiupan seruling sebagai tanda untuk memanggil angin. Setelah musim panen, para petani dan anak gembala ini mempunyai waktu senggang untuk bersenang-senang. Sambil menjaga ternaknya, salah satu permainan yang sering mereka mainkan adalah layang-layang.
2. Proses pembuatannya cukup sederhana
Proses pembuatan layang-layang Bali menggunakan batang bambu tua yang dioles minyak tanah agar tidak mudah termakan oleh rayap. Kemudian memasang tapak bawah, memasang tapak atas, hingga sampai ke proses pemasangan kertas layangan serta hiasan lainnya. Biasanya para laki-laki yang membuatnya dari awal, kemudian para perempuan membantu menghiasnya.
3. Ada 3 bentuk layangan tradisional Bali
Tiga jenis bentuk layangan ini tampilannya tidak pernah berubah, sebagai wujud penghormatan kepada leluhur. Bentuk yang pertama adalah Bebean, dan bentuknya mirip seperti ikan. Layangan ini berorientasi pada arah 8 mata angin, dan terdapat sebuah titik di bagian tengahnya.
Kedua, ada Janggan, yang berbentuk seperti naga. Ciri khas layangan ini mempunyai ekor yang sangat panjang mencapai lebih dari 100 meter. Kemudian yang terakhir adalah Pecukan, yang berbentuk seperti daun. Saat diterbangkan, layangan ini akan terlihat seperti daun yang meliuk-liuk terbawa angin.
4. Butuh kerjasama untuk menerbangkannya
Perbedaan layang-layang tradisional Bali dengan jenis layang-layang tempat lain adalah proses saat terbang. Sebagian besar layang-layang Bali berukuran besar, sehingga dibutuhkan kerjasama sebuah tim untuk menerbangkannya. Dalam istilah Bali disebut juga dengan Menyama Braya, atau filosofi gotong royong yang turun temurun dari leluhur.
5. Tradisi rutin setahun sekali
Bermain layang-layang atau disebut juga dengan Melayangan di Bali masih sering dilakukan hingga sekarang. Kegiatan ini merupakan sebuah tradisi, yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat Pulau Dewata. Tradisi sudah dilakukan bertahun-tahun dan menjadi daya tarik turis mancanegara dan wisatawan.
Sekitar bulan Mei hingga Oktober, tepatnya saat panen raya di sawah berakhir, kamu akan menjumpai langit Bali yang penuh akan layang-layang. Yuk cobain liburan ke Bali sambil seru-seruan liat layang-layang tradisi Bali. Kamu bisa lihat langsung di acara festival layang-layang yang sudah dijadwalkan.
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.