TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Keunikan Pura Pusering Jagat di Gianyar Bali

Jokowi melakukan Ritual Kendi Nusantara di IKN

Pura Pusering Jagat di Kabupaten Gianyar. (YouTube.com/Welcome Tomodachi | Instagram.com/pemprov_bali)

Penulis: Community Writer, Ari Budiadnyana

Presiden Joko Widodo melaksanakan sebuah ritual bernama Ritual Kendi Nusantara di titik nol lokasi pembangunan Ibu Kota Negara (IKN), Kalimantan Timur, pada Senin (14/3/2022). Masing-masing provinsi di Indonesia membawa dua kilogram tanah dan satu liter air yang dimasukkan ke dalam Kendi Nusantara. Tanah dan air tersebut dituangkan di lokasi tempat berlangsungnya acara tersebut.

Dari 34 provinsi, Pemerintah Provinsi Bali diwakili oleh Wakil Gubernur Bali Tjok Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace). Tanah dan air yang dibawa Cok Ace diambil dari Pura Pusering Jagat, Desa Pejeng, Tampak Siring, Kabupaten Gianyar.

Kenapa tanah dan airnya diambil dari pura ini? Yuk simak fakta-fakta tentang Pura Pusering Jagat.

Baca Juga: Bunuh Diri dalam Hindu dan Cara Pengabenannya

Baca Juga: Sejarah Kabupaten Gianyar, Jepang Pernah Terapkan Sistem Kerja Paksa

1. Pusering Jagat memiliki arti pusat dunia

Utama Mandala Pura Pusering Jagat. (YouTube.com/Welcome Tomodachi)

Makna dari Pusering Jagat sendiri adalah pusat semesta. Pura Pusering Jagat disebut berada di pusat kosmologi dunia sebagai cikal bakal terbentuknya dunia dan segala kehidupan di dalamnya.

Selain sebagai pusering jagat, pura ini juga diyakini sebagai Pusering Tasik atau pusatnya samudra. Karena itulah mengapa Bali mengambil tanah dan air di sini dalam Ritual Kendi Nusantara.

Tujuannya agar IKN tidak hanya sebagai pusat pemerintahan Republik Indonesia saja, tetapi sekaligus sebagai tempat cikal bakalnya kemajuan dan kesejahteraan bangsa serta negara Indonesia.

Baca Juga: Tanah dan Air Suci Pura Pusering Jagat Dibawa ke IKN

2. Pura Pusering Jagat merupakan pusat Kerajaan Bali Kuna

Utama Mandala Pura Pusering Jagat. (YouTube.com/Welcome Tomodachi)

Pura Pusering Jagat terletak di Desa Pejeng. Konon, kata pejeng sendiri berasal dari pajeng atau payung. Dapat diartikan, bahwa di tempat inilah para raja zaman dulu memayungi rakyatnya. Sehingga, Pura Pusering Jagat pada masa lampau sering disebut sebagai pusat dari Kerajaan Bali Kuna.

Kata Pejeng juga disebut berasal dari kata pajang yang dalam Bahasa Jawa Kuno berarti sinar. Sehingga tempat ini muncul sinar suci yang dapat memberikan kekuatan kepada rakyatnya.

Baca Juga: Ciri-ciri Pekarangan Rumah Aura Positif Versi Bali

3. Terdapat simbol-simbol alat reproduksi manusia di area Utama Mandala

Lingga Yoni di Gedong Purusa. (YouTube.com/Kadek Sumiasa)

Pura Pusering Jagat dikatakan sebagai awal kehidupan, karena terdapat arca dengan simbol-simbol alat reproduksi manusia. Pada pelinggih Gedong Purusa terdapat Arca Lingga dan Yoni, yang merupakan simbol alat kelamin laki-laki dan perempuan.

Arca Lingga dan Yoni diwujudkan dengan sangat vulgar, yaitu langsung berupa phalus (Alat kelamin laki-laki) dan vulva (Alat kelamin perempuan).

Makna dari adanya Arca Lingga Yoni di lokasi ini adalah sebagai penghormatan kepada Purusa dan Pradana agar dapat bersatu. Sehingga dapat memberikan kesuburan dan kehidupan bagi seluruh makhluk yang ada di muka bumi.

Baca Juga: 10 Ciri-ciri Pekarangan Rumah Aura Negatif Versi Bali

4. Pluralisme ajaran agama di Pura Pusering Jagat pada masa Kerajaan Bali Kuna

Arca Sangku Sudamala di Pura Pusering Jagat. (YouTube.com/Welcome Tomodachi)

Mengutip karya jurnal I Gusti Ayu Agung Nerawati dari Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar berjudul Filsafat Sanjiwani Volume 11 Nomor 1 terbitan Maret 2020, Pura Pusering Jagat banyak ditemukan bentuk pluralisme dari peninggalan-peninggalan sejarah yang mencirikan suatu sekte.

Pengaruh sekte Ganesha cukup tinggi di pura ini. Hal itu terlihat dari adanya temuan empat arca Ganesha berbagai ukuran dan bhawa (Atribut) yang dikenakan.

Arca Pancuran atau Angga Tirta dan Sangku Sudamala (Simbol air yang memberikan kesuburan dan pemeliharaan umat manusia) dijadikan sebagai pemujaan Dewa Wisnu oleh sekte Waisnawa. Terdapat pula dua buah Arca Caturkaya, yaitu arca yang memiliki empat buah wajah dalam satu wujud atau dikenal dengan Catur Muka, sebagai simbol pemujaan terhadap Dewa Brahma.

Sedangkan Arca Lingga Yoni yang sudah dijelaskan sebelumnya, adalah simbol pemujaan oleh Sekte Pasupata. Selain itu, juga terdapat Arca Durga Mahisasura Mardhini dan Arca Penjaga sebagai simbol pemujaan oleh sekte Bhairawa Tantra.

Berita Terkini Lainnya