Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Menjelang Hari Suci Galungan, umat Hindu di Bali akan melaksanakan beberapa tradisi yang sudah diadakan sejak dahulu kala. Tradisi ini tergantung dari masing-masing daerah yang merayakan Galungan setiap 210 hari tersebut. Berikut ini tradisi unik Galungan di Bali, yang wajib kamu ketahui.
Baca Juga: 5 Hari Suci Sebelum Perayaan Galungan di Bali
Baca Juga: 5 Sarana Wajib yang Ada di Penjor Galungan, Gak Harus Mewah
1. Mepatung
Tradisi mepatung. (instagram.com/adie.dev) Mepatung adalah tradisi bergotong royong untuk menyembelih atau memotong babi. Kelompok atau sekeha taruna secara bersama-sama mengeluarkan sejumlah dana yang sama, untuk dibelikan seekor babi yang siap disembelih.
Masing-masing orang dalam kelompok tersebut akan mendapatkan jatah daging babi sama rata. Selain memupuk semangat kebersamaan, tradisi ini juga meringankan biaya yang diperlukan untuk membeli daging babi sebagai bahan masakan saat Penampahan Galungan.
2. Mebat atau ngelawar
Tradisi mebat atau ngelawar. (instagram.com/savetuakjaka) Mebat atau sering disebut dengan ngelawar adalah tradisi yang populer untuk menyambut Hari Raya Galungan. Tradisi ini dilaksanakan pada Hari Penampahan atau sehari sebelum Galungan.
Tradisi ini terkenal di seluruh wilayah desa Bali. Mebat dilaksanakan secara bersama-sama dalam suatu kelompok, sehingga menimbulkan rasa kebersamaan di antara anggota atau keluarga.
3. Ngejot
Makanan yang digunakan dalam tradisi ngejot. (instagram.com/yogacelebrity) Tradisi ngejot biasanya dilaksanakan sebelum Hari Raya Galungan. Ngejot memiliki arti memberi. Jadi tradisi ini adalah kegiatan memberikan makanan kepada orang lain, dalam hal ini tetangga di sekitar rumah untuk menjalin silaturahmi.
Ngejot juga biasa dilakukan oleh umat beragama lain yang berada di sekitar rumah mereka, sebagai bentuk kekeluargaan dan menjaga kerukunan antar umat yang berbeda keyakinan.
4. Memunjung
Tradisi memunjung di kuburan. (instagram.com/gede_from_bali) Secara sederhana, memunjung dapat diartikan sebagai tradisi untuk menghaturkan makanan atau hidangan kepada sanak keluarga yang telah meninggal dunia. Memunjung ini dilakukan di kuburan, tempat sanak keluarga tersebut dikubur.
Memunjung biasanya dilakukan pada Hari Galungan atau Kuningan. Walaupun orang tersebut sudah meninggal, namun jika belum dilakukan upacara Ngaben, umat Hindu percaya kalau roh atau arwah orang tersebut masih berada di bawah kendali Sang Hyang Prajapati, yang menguasai area kuburan.
Selama memunjung, keluarga membawakan makanan yang disukai oleh sanak keluarga yang telah meninggal tersebut. Makanan tersebut ditaruh di atas kuburannya sembari menghaturkan untuk 'menikmati' hidangan tersebut.
5. Tradisi Ngelawang di Desa Adat Tegal
Tradisi Ngelawang di Desa Adat Tegal. (youtube.com/Oka Tokex) Ngelawang dapat diartikan sebagai pertunjukan keliling dari satu tempat ke tempat lainnya dalam suatu desa. Tradisi ini menggunakan barong maupun rangda sebagai media hiburannya. Ngelawang sendiri, selain sebagai media hiburan, juga merupakan suatu tradisi yang sangat sakral.
Desa Adat Tegal di Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung termasuk wilayah yang masih memegang teguh tradisi warisan para pendahulunya. Tradisi ini biasanya dilakukan sebanyak enam kali. Yaitu pada saat Galungan, Manis Galungan, Paing Galungan, Penampahan Kuningan, Kuningan, dan Manis Kuningan.
Ngelawang adalah tradisi sakral yang memiliki tujuan sebagai penolak bala atau menetralisir kekuatan negatif di desa, menggunakan kekuatan Ida Sesuhunan berupa barong. Ngelawang dilakukan mulai pukul 14.30 Wita hingga 18.30 Wita.