TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Fakta Hari Pegatwakan, Pencabutan Penjor di Bali

Penjor harus dicabut dan dibakar #Bali

Prosesi membakar hiasan penjor. (instagram.com/yudhine)

Umat Hindu di Bali melaksanakan Pegatwakan, hari ini (13/7/2022). Perayaan yang bertepatan pada hari Rabu (Budha) Kliwon wuku Pahang, ini juga sebagai pertanda berakhirnya Hari Raya Galungan dan Kuningan.

Biasanya pada Hari Pegatwakan, umat Hindu akan mencabut penjor yang telah ditancapkan selama 35 hari. Seperti apakah makna dan pelaksanaannya?

Baca Juga: Bedanya Hari Raya Kuningan dan Galungan di Bali

Baca Juga: Makna Tradisi Ngelawang di Bali, Biasa Digelar Setelah Galungan

1. Makna Hari Pegatwakan

Ilustrasi upacara agama di Bali. (unsplash.com/Ruben Hutabarat)

Berdasarkan buku karya IB Putu Sudarsana MBAMM berjudul Ajaran Agama Hindu, Acara Agama, Pegatwakan berasal dari dua kata, yaitu pegat dan wakan. Pegat diartikan sebagai putus. Kata putus memiliki makna pelepasan atau pengelebaran. Sedangkan wakan berasal dari kata wakya yang memiliki arti sabda. Dengan demikian, Pegatwakan adalah hari melepaskan tapa yang dilakukan selama 35 hari setelah perayaan suci Galungan.

Setelah melaksanakan upacara Hari Pegatwakan, barulah umat Hindu boleh melaksanakan upacara keagamaan seperti pernikahan, potong gigi, ngaben, dan upacara-upacara manusia yadnya maupun pitra yadnya lainnya.

Baca Juga: 5 Sarana Wajib yang Ada di Penjor Galungan, Gak Harus Mewah

2. Sarana upacara yang digunakan pada Hari Pegatwakan

Ilustrasi, sarana upacara. (unsplash.com/Jeremy Bezanger)

Ada beberapa sarana upacara yang dibuat oleh umat Hindu untuk melaksanakan Pegatwakan. Yaitu:

  • Menghaturkan banten soda pada setiap pelinggih
  • Menghaturkan segehan putih kuning di hadapan pelinggih kemulan
  • Segehan abang di hadapan pelinggih Catu Mujung (bertumpang)
  • Segehan kuning dihadapan pelinggih Catu Meres
  • Segehan putih kuning di hadapan pelinggih Gunung Agung
  • Segehan putih kuning di hadapan pelinggih Pesaren
  • Segehan manca warna di hadapan pelinggih Panglurah
  • Segehan manca warna di hadapan pelinggih Taksu
  • Segehan putih kuning di hadapan pelinggih Sanggah Natah atau Siwa Reka
  • Segehan nasi sasah dan segehan sliwah di Lebuh
  • Segehan manca warna dan segehan poleng di pelinggih Penunggun Karang.

3. Mencabut penjor

Prosesi membakar hiasan penjor. (instagram.com/info.ungasan)

Umat Hindu mencabut penjor Galungan di Hari Pegatwakan. Sebelum mencabutnya, umat Hindu melakukan beberapa prosesi terlebih dahulu.

Setelah selesai melakukan persembahyangan dan mengaturkan segehan, mereka mulai mencabut penjor, yang diawali dengan menggoyang-goyangkannya (mengosok) sebagai simbol penjor telah selesai digunakan. Penjor tersebut kemudian dicabut, dan hiasan-hiasannya dilepas.

Hiasan-hiasan tersebut dikumpulkan, diperciki tirta (air suci), dihaturkan segehan abang (merah), dan dibakar. Abunya lalu ditanam di pekarangan rumah. Setelah melewati prosesi pembakaran, maka selesailah pelaksanaan upacara Hari Pegatwakan.

4. Piodalan yang jatuh pada Hari Pegatwakan

Ilustrasi upacara agama di Bali. (unsplash.com/Ruben Hutabarat)

Beberapa pura di Bali memiliki hari piodalan yang jatuh pada Hari Pegatwakan, di antaranya:

  • Piodalan Ida Bhatara Anom di Pura Dalem Penunggekan, Desa Kawan, Kabupaten Bangli
  • Piodalan di Pura Luhur Puseh Bedha, Desa Bongan, Kabupaten Tabanan
  • Piodalan Pura Luhur Pucak Padang Dawa, Desa Bangli, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan.

Verified Writer

Ari Budiadnyana

Menulis dengan senang hati

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya