TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Tradisi Bali Berkaitan Makanan yang Dilestarikan

Dari mempersiapkan makanan hingga makan bersama

Tradisi Megibung di Bali (IDN Times/Irma Yudistirani)

Membahas kuliner Bali tidak ada habis-habisnya. Tidak melulu soal jenis kuliner atau makanan khas, setiap daerah di Bali juga memiliki tradisi-tradisi unik yang berkaitan dengan itu.

Tradisi masyarakat Bali yang berkaitan dengan makanan ini terdapat di berbagai daerah Bali. Tradisi ini tidak setiap bisa disaksikan, karena dilaksanakan pada saat upacara adat atau agama tertentu saja. Berikut ini deretan tradisi Bali berkaitan makanan yang masih dilestarikan.

Baca Juga: Mengenal Tugas Mancagera, Sebutan Juru Masak di Hindu Bali

Baca Juga: 7 Fakta Kuliner Bali yang Gak Banyak Diketahui Publik

1. Megibung

Megibung adalah tradisi di Bali, di mana warga menyantap makan bersama dalam suatu acara atau kegiatan. Tradisi Megibung berasal dari Kabupaten Karangasem. Namun Megibung kini juga merambah ke kabupaten atau kota seperti Klungkung, Tabanan, Buleleng, dan lainnya.

Megibung dilakukan secara berkelompok. Dalam satu kelompok terdapat 6 hingga 8 orang. Hidangan yang disuguhkan adalah nasi putih, kuah, berbagai jenis lawar tergantung daerahnya, beragam lauk babi, dan sambal. Megibung dilakukan tidak sembarangan. Ada tata caranya, tergantung dari daerah tempat mengadakan Megibung tersebut.

Jika sudah kenyang, seseorang boleh berhenti makan, namun tidak boleh meninggalkan kelompoknya sebelum semuanya selesai makan. Megibung ini adalah simbol kebersamaan, kedisiplinan, dan kesetaraan.

2. Ngejot

Makanan yang digunakan dalam tradisi ngejot. (instagram.com/yogacelebrity)

Ngejot merupakan tradisi berbagi makanan kepada tetangga di hari raya tertentu, termasuk umat lain. Untuk umat muslim, Ngejot dilakukan pada saat Hari Raya Idul Fitri maupun Idul Adha. Umat muslim akan berbagi makanan kepada tetangganya yang beragama Hindu. Begitu juga sebaliknya, pada saat perayaan Galungan dan Kuningan, umat Hindu berbagi makanan dengan tetangga yang beragama muslim. Hal ini juga dilakukan oleh umat agama lainnya di Bali.

Tradisi ini sebagai wujud toleransi dan rasa persaudaraan sesama umat beragama di Bali. Rasa persaudaraan ini telah ada sejak dahulu, terutama hubungan antara Islam dan Hindu. Konsep ini disebut 'menyama brama' di Bali.

3. Memunjung

Tradisi memunjung di kuburan. (instagram.com/gede_from_bali)

Memunjung adalah tradisi umat Hindu di Bali dengan membawa persembahan ke setra atau kuburan tempat sanak keluarga yang masih dikubur. Memunjung biasanya dilakukan pada Hari Raya Galungan, Kuningan, maupun Pagerwesi. Namun Tradisi Memunjung untuk Hari Raya Pagerwesi biasanya dilaksanakan di Kabupaten Buleleng.

Umat Hindu percaya, ketika seseorang meninggal dunia dan masih dikubur di setra desa setempat, maka rohnya masih dalam kekuasaan Sang Hyang Prajapati. Dengan kata lain, rohnya masih berada di sekitar tempat dikubur. Karena itulah umat Hindu di Bali menjalankan Tradisi Memunjung dengan membawakan sejumlah persembahan berupa makanan, dan diletakkan di atas kuburan keluarga yang telah meninggal. Uniknya, persembahan yang dibawa berupa makanan maupun minuman kesukaan orang yang telah meninggal tersebut.

Tradisi Mamunjung dilaksanakan sebagai bentuk penghormatan kepada keluarga yang sudah meninggal. Selain itu, Memunjung juga bisa menjadi ajang silaturahmi keluarga selama hari raya.

4. Nyakan Diwang

Nyakan Diwang kalau diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia artinya memasak di depan halaman rumah. Tradisi Nyakan Diwang dilaksanakan oleh warga Desa Dencarik, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng pada Hari Ngembak Geni, sehari setelah Nyepi.

Warga Desa Dencarik akan memasak makanan yang mereka inginkan. Mereka memasaknya menggunakan tungku kayu bakar yang terbuat dari bata atau batako, lalu ditaruh di pinggir jalan depan rumah masing-masing.

Warga mulai melaksanakan tradisi ini pada dini hari begitu suara kulkul dibunyikan. Suara kulkul ini menjadi penanda bahwa pelaksanaan Catur Brata Penyepian telah berakhir. Setelah selesai dimasak, warga akan saling berbagi makanan dan menyantapnya bersama-sama. Tradisi yang merupakan warisan leluhur Desa Dencarik ini bertujuan untuk menjaga rasa kekeluargaan dan silaturahmi antarwarga Desa Dencarik.

Verified Writer

Ari Budiadnyana

Menulis dengan senang hati

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya