7 Fakta Kuliner Bali yang Gak Banyak Diketahui Publik

Film Sarad telah menguak lebih dalam tentang kuliner #Bali

Satu di antara kekayaan tradisi dan budaya Bali adalah kuliner. Kuliner tradisional Bali dikenal unik karena kaitannya dengan cara pengolahan, jenis bumbu yang digunakan, dan orang yang mengolahnya.

Pembuatan kuliner tradisional Bali sendiri ternyata tidak sembarangan. Ada hal-hal penting yang perlu diketahui agar olahan makanannya menghasilkan rasa enak dan baik untuk tubuh.

Berikut ini kumpulan fakta kuliner Bali yang wajib kamu ketahui, dikutip dari buku dan dokumenter web series "Jangkep: Warisan Cita Rasa Bali" karya Komunitas Film Sarad.

Baca Juga: Sejarah Canggu, Desa Wisata yang Super Populer di Bali

Baca Juga: Mengenal Dharma Caruban, Lontar Khusus Olahan Makanan Bali

1. Inilah dua pemuda Bali yang membuat buku dan dokumenter web series "Jangkep: Warisan Cita Rasa Bali"

7 Fakta Kuliner Bali yang Gak Banyak Diketahui PublikNirartha Bas Diwangkara (kaus hitam) dan Anak Agung Ngurah Bagus Kesuma Yudha (berkacamata). (Dok.Film Sarad)

Dua pemuda Bali dari komunitas Film Sarad, Nirartha Bas Diwangkara dan Anak Agung Ngurah Bagus Kesuma Yudha, memandang kuliner Bali tidak sebatas lahir untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat. Lebih dari itu, kuliner Bali diolah untuk memenuhi spiritual manusia. Produser Buku dan Dokumenter Web Series "Jangkep: Warisan Cita Rasa Bali", Nirartha Bas Diwangkara, ingin mengajak pembaca untuk menyadari bahwa manusia adalah bagian dari ekosistem dan hirarki alam semesta.

"Buku dan dokumenter web series 'Jangkep: Warisan Cita Rasa Bali' adalah sebuah penemuan kembali mengenai arti kuliner Bali bagi masyarakatnya secara fundamental, untuk mengenal dan melihat ke dalam kenapa makanan Bali sangat penting keberadaannya dalam segala level kehidupan di hidup kami sebagai orang Bali yang penuh dengan simbol spiritual," kata Nirartha.

Kuliner Bali, menurut sang Sutradara, Anak Agung Ngurah Bagus Kesuma Yudha, turut berkontribusi terhadap tata cara masyarakat menjalani adat dan budayanya selama ini. Untuk itu, ia bersama komunitas Film Sarad menciptakan karya ini sebagai media pemetaan dalam pergerakan serta penggunaan kuliner Bali yang autentik dalam kehidupan sehari-hari.

"Karya yang terdiri dari buku dan web series ini dimaksudkan untuk meneruskan pesan yang disepakati para tetua di Bali tentang pengolahan Kuliner Bali sebagaimana mestinya. Kuliner Bali tidak hanya sebagai pemuas dahaga dan lapar. Kuliner Bali turut berkontribusi terhadap tata cara masyarakat menjalani adat dan budayanya selama ini. Hal ini menjadi aktual tatkala Bali berdiri sebagai arena persinggungan budaya dunia serta memicu berbagai perubahan yang cepat nan masif," ujar Gung Yudha, sapaannya.

2. Mengenal nama belawa atau berawa, sebutan untuk orang yang mengolah bahan makanan tradisional Bali

7 Fakta Kuliner Bali yang Gak Banyak Diketahui PublikBuku 'Jangkep: Warisan Cita Rasa Bali'. (dok.Film Sarad)

Belawa atau berawa merupakan pekerjaan dalam kuliner tradisional Bali yang berhubungan dengan pengolahan bahan makanan seperti mencincang daging, mengolah darah, hingga mengolah bahan-bahan alami menjadi suatu hidangan yang nikmat. Seperti diungkapkan oleh Pegiat Lontar di Bali, Putu Eka Guna Yasa, belawa bertugas untuk mengubah sesuatu yang barangkali menjijikkan bagi sebagian orang, menjadi masakan yang nikmat.

Pada zaman dahulu, belawa bertugas untuk mengolah atau meramu masakan untuk seorang raja maupun keluarga kerajaan. Jadi, posisi belawa pada zaman kerajaan kala itu sangatlah penting.

"Tidak jarang juga, demi meruntuhkan suatu kerajaan, ada racun yang dimasukkan dalam makanan. Jadi perlu orang-orang tepercaya untuk mengolah kuliner menjadi kebutuhan fisik seorang raja, yang tentunya berpengaruh juga terhadap mental dan spiritual sang raja," ungkap Guna Yasa dalam video tersebut.

3. Pengolahan kuliner tradisional Bali berdasarkan naskah sastra kuno

7 Fakta Kuliner Bali yang Gak Banyak Diketahui PublikBuku 'Jangkep: Warisan Cita Rasa Bali'. (dok.Film Sarad)

Kuliner tradisional Bali faktanya tidak dibuat sembarangan. Masakannya dibuat berdasarkan naskah-naskah sastra kuno yang disebut dengan nama lontar.

Bali sendiri memiliki banyak lontar hasil cetusan pikiran leluhur-leluhur yang adiluhung. Termasuk lontar yang khusus mengulas pengetahuan tentang kuliner tradisional Bali. Beberapa naskah sastra atau lontar tersebut antara lain:

  • Lontar Dharma Caruban. Berasal dari kata Dharma yang berarti tata cara, dan Carub berarti mencampur. Sehingga lontar ini memuat tata cara pengolahan makanan yang disukai oleh para dewa
  • Kakawin Dharma Sawita atau Abdi Kebenaran. Merupakan satu-satunya kakawin (puisi berbahasa Jawa kuno) yang membahas tentang 17 bumbu rempah
  • Purincining Ebatan atau rincian ebatan. Berisi tentang rincian bahan untuk membuat basa genep (bumbu genap) dan takarannya.

Para leluhur menulis lontar ini agar umat manusia bisa merawat fisik dengan berbagai sarana dan ramuannya, termasuk juga menjadikan kuliner ini sebagai sarana persembahan. Fisik sangat menentukan kesehatan jiwa setiap manusia.

4. Basa genep merupakan gabungan 6 rasa

7 Fakta Kuliner Bali yang Gak Banyak Diketahui PublikBuku 'Jangkep: Warisan Cita Rasa Bali'. (dok.Film Sarad)

Basa genep merupakan bumbu tradisionalnya Bali. Basa genep inilah yang menjadi dasar dalam pembuatan segala masakan atau kuliner tradisional Bali seperti lawar, sate, urutan, timbungan, dan lainnya.

Disebut basa genep, karena terdiri dari 6 rasa atau sad rasa. Sad rasa dalam bumbu genap terdiri dari:

  • Rasa asin atau lawana
  • Rasa pedas atau ketuka
  • Rasa sepert atau kesaya
  • Rasa pahit atau tikta
  • Rasa manis atau madhura
  • Rasa masam atau amla.

5. Basa genep sebagai simbol dewa penjaga arah mata angin

7 Fakta Kuliner Bali yang Gak Banyak Diketahui PublikBuku 'Jangkep: Warisan Cita Rasa Bali'. (dok.Film Sarad)

Dalam ajaran Agama Hindu, setiap mata angin memiliki warna dan dewa penjaganya. Karena itulah, kata Guna Yasa, selain sebagai simbol sad rasa, basa genep merupakan persembahan yang memiliki simbol-simbol lima arah mata angin, yaitu:

  • Kunyit berwarna kuning, sebagai lambang Dewa Mahadewa yang menempati arah barat
  • Jahe berwarna putih, sebagai lambang Dewa Iswara yang menempati arah timur
  • Bawang merah dan rempah-rempah berwarna merah, sebagai lambang Dewa Brahma yang menempati arah selatan
  • Lengkuas memiliki unsur hitam, sebagai lambang Dewa Wisnu yang menempati arah utara
  • Bahan atau bumbu yang memiliki warna gabungan dari warna-warna di atas, sebagai lambang Dewa Siwa yang berada di tengah-tengah.

6. Basa genep merupakan dasar dari obat alami

7 Fakta Kuliner Bali yang Gak Banyak Diketahui PublikBuku 'Jangkep: Warisan Cita Rasa Bali'. (dok.Film Sarad)

Pegiat Kuliner dari Desa Sanur Kaja, Kota Denpasar, I Ketut Wijaya, menyebutkan basa genep merupakan dasar dari obat alami atau obat herbal. Sebab bahan-bahan bumbunya terdiri dari:

  • Isen untuk obat batuk, dengan cara diparut dan diseduh air hangat
  • Jahe untuk penghangat badan, dengan cara dipotong-potong dan diseduh air hangat
  • Kunyit sebagai obat luka
  • Cekuh atau kencur dicampur beras untuk obat batuk anak kecil, dan lainnya.

Pada zaman dahulu, masyarakat menanam tanaman yang menjadi bahan utama basa genep di area belakang rumahnya (teba).

7. Mengenal base kele, bumbu penyedapnya kuliner tradisional Bali

7 Fakta Kuliner Bali yang Gak Banyak Diketahui PublikBasa Kele. (dok.Film Sarad)

Selain basa genep, dalam pengetahuan kuliner tradisional Bali juga mengenal bumbu atau basa kele. Dinamakan kele, karena warnanya hitam seperti lebah madu trigona atau di Bali disebut dengan nama kele-kele. Basa kele juga sering disebut dengan basa penyanggluh atau bumbu penyedap rasa.

Basa kele-kele menggunakan bahan utama kulit kelapa (batok kelapa) yang dibakar hingga hangus (puun) berwarna hitam. Kulit kelapa tersebut dikupas atau diiris tipis-tipis, lalu dicampur bersama lada hitam, dan dirajang hingga halus. Menurut I Ketut Wijaya, penggunaan arang dari kulit kelapa ini berguna untuk menetralisir kuliner lawar agar orang yang menyantapnya tidak diare.

Siapa nih penggemar kuliner tradisional Bali? Dijamin, kamu pasti baru tahu tentang pengetahuan ini. Makanya warisan leluhur yang adiluhung ini patut dilestarikan. Masih banyak hal-hal menarik lainnya yang tertuang dalam buku dan dokumenter web series  berjudul "Jangkep: Warisan Cita Rasa Bali" karya Film Sarad. Jangan lupa menonton dan membaca bukunya di Filmsarad.com/warisan-cita-rasa-bali.

Ari Budiadnyana Photo Community Writer Ari Budiadnyana

Menulis dengan senang hati

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya