TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

[OPINI] Pemicu Berita Perselingkuhan Bikin Skeptis

Respon skeptikal bikin ragu bina hubungan

unsplash.com/Nik Shuliahin

Satu reaksi yang menarik perhatian saya saat membaca kolom komentar sebuah akun gosip adalah ungkapan “Mau percaya sama siapa lagi?”,Gw jomblo seumur hidup aja deh” atau “Lelaki semua saja aja.”

Respon semacam ini pasti kerap ditemukan di antara sebagian besar respon kemarahan, dan penghakiman netizen ke pelaku perselingkuhan. Reaksi skeptikal seperti ini kemudian mengundang tanya dalam benak. Bagaimana mungkin perilaku negatif yang dilakukan oleh satu orang akan otomatis terjadi ke semua orang?

Baca Juga: Melihat Relasi Kuasa dalam Dating Violence Usia Remaja

Baca Juga: Sisi Misoginis di Balik Kemegahan Musik Opera

1. Gampang terpancing dan merespon berita perselingkuhan

unsplash.com/JESHOOTS.COM

Peluang untuk diselingkuhi itu jelas ada, namun bukan berarti pasti terjadi di dalam hubungan kita, kan? Saya menduga bahwa jangan-jangan reaksi skeptis ini, bermula dari seringnya kita terpapar dengan berita gosip di media sosial (medsos). Awalnya mungkin tanpa sengaja melihat cuplikan pasangan yang digebrek oleh pasangan sahnya, kemudian berlanjut mengikuti rangkaian proses perceraian yang menjelimet penuh tangis yang mengundang iba.

Dari perasaan iba, kita menjadi gampang terpancing, kemudian tanpa sengaja merespon berita perselingkuhan ini. Respon pun secara otomatis disimpan oleh algoritma platform medsos, yang berakibat pada tampilnya jenis berita serupa secara berulang-ulang. Akhirnya, sampai kepada titik di mana berpengaruh pada tindakan yang akan kita ambil.

2. Paparan berita negatif dalam kurun waktu yang cukup lama membuat tubuh stres

unsplash.com/Elisa Ventur

Dilansir dari National Library of Medicine, paparan berita negatif diterima seseorang dalam kurun waktu yang cukup lama akan membuat tubuh melepaskan hormon stres. Tubuh akan gampang capek, gampang khawatir bahkan memicu depresi.

Di beberapa penelitian juga menjelaskan, kebiasaan konsumsi berita negatif dibiarkan terus menerus dan tidak dikontrol maka akan mengakibatkan perubahan persepsi. Jadi bisa disimpulkan bahwa ungkapan “semua laki-laki sama saja” mengindikasikan bahwa seseorang mulai mengalami perubahan persepsi. Pola pikir semacam ini ditakutkan akan berimplikasi pada cara seseorang dalam mengambil keputusan atau tindakannya. Termasuk memutuskan untuk skeptis atau ragu membina hubungan.

3. Kita perlu memahami apa sebenarnya penyebab perselingkuhan

Pixabay.com/DanaTentis

Lantas, adakah tindakan yang dapat dilakukan?

Menurut Arlin Cuncic, seorang psikolog yang fokus pada penanganan mental health, untuk mengubah sebuah persepsi negatif, seseorang perlu berefleksi terhadap apa yang dipahaminya. Dengan kata lain, kita perlu memahami apa sebenarnya penyebab perselingkuhan.

Ketidakjujuran adalah penyebab awal perselingkuhan. Pasangan cenderung mengurungkan niatnya untuk mengatakan sesuatu demi menghindari perdebatan dalam hubungannya. Banyak yang bilang, perselingkuhan terjadi karena ketidakpuasan seseorang kepada pasangannya. Tetap saja hal ini berawal dari ketidakjujuran. Jika dari awal sudah mengatakan bahwa ada hal yang membuat tidak puas dari pasangan, lekas-lekas mengatakannya agar masing-masing instrospeksi dan belajar memperbaiki. Namun, jika diawal sudah jujur namun tetap tidak merasa puas, setidaknya hubungan kandas bukan karena perselingkuhan, kan?  

Lisa Firestone PhD, peneliti hubungan manusia asal Amerika, mengungkapkan bahwa kejujuran memegang peranan penting dalam membina sebuah hubungan yang sehat. Pasangan yang memutuskan untuk tidak berbohong cenderung memiliki komunikasi yang lebih lancar, dan hubungan yang lebih awet dibanding pasangan yang sering berbohong. Keterbukaan kepada pasangan adalah salah satu indikator sebuah hubungan yang kuat dan dewasa.

4. Pemahaman menimbulkan kesepakatan mengenai batasan wajar

unsplash.com/Cytonn Photography

Melalui komunikasi yang jujur, kedua belah pihak menjadi paham satu sama lain. Pemahaman melahirkan kesepakatan. Kesepakatan itu dapat mencakup batasan-batasan yang boleh dilakukan saat berinteraksi dengan lawan jenis. Kesepakatan ini nantinya dijalankan bersama dengan komitmen dan tanggung jawab.

Selingkuh adalah perilaku yang tidak baik karena pelakunya melakukan hal yang sangat menyakitkan. Namun sang mantan tidak bertanggung jawab terhadap bagaimana kamu menyikapi perselingkuhan. Jika memutuskan untuk jomblo seumur hidup, hal itu jelas bukan tanggung jawab mantanmu. Kamu sendirilah yang bertanggung jawab atas sikapmu, termasuk jika kamu memilih untuk membuka diri akan hubungan baru yang sehat.

Verified Writer

Tri Kurnia Kristiani Waruwu

Senang membaca dan senang menulis

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya