[OPINI] Aku Mencintai-Mu dengan Caraku yang Paling Sederhana

Aku tersindir saat muslim Resimuka berjamaah di garasi

Dulunya aku dekat dengan-Mu Ya Allah, bahkan sejengkal langkah menjauh dari-Mu menjadi beban yang sangat berat di hatiku. Kemudian ketidakberuntungan dan masalah yang bertubi-tubi menguji hidupku membuatku lemah. Aku mencintai-Mu dari jarak yang paling jauh. Namun pada Ramadan 1445 Hijriah ini aku tersindir, saat aku melihat umat-Mu membalut imannya dalam kesederhanaan.

Denpasar, IDN Times – Beberapa hari sebelumnya saya menghubungi temanku, Hasan. Aku menanyakan bagaimana muslim di Bali merayakan Nuzulul Quran pada Ramadan 1445 Hijriah. Hasan aktif di berbagai komunitas, seperti Masuisani Bali, dan juga Komunitas Cak Nun. Dia bukan provider, namun jaringannya cukup luas. Aku menggambarkannya sebagai sosok sederhana dan rendah hati, begitu juga dengan orang-orang yang aku temui di Jalan Resimuka Barat Gang VIII, Kecamatan Denpasar Barat pada 27 Maret 2024 malam.

[OPINI] Aku Mencintai-Mu dengan Caraku yang Paling SederhanaWarga muslim pendatang mengaji di garasi mobil (IDN Times/Ayu Afria)

Ini kali pertama bagiku setelah 8 tahun lebih aku merantau ke Bali. Timbul rasanya ingin mengetahui aktivitas muslim di Bali. Terutama dari organisasi Nahdlatul Ulama (NU), Hasan membawaku menemui mereka malam Nuzulul Quran itu. Kami langsung bertemu di lokasi sekitar pukul 19.30 Wita.

Jalannya tidak terlalu rumit tapi cukup padat. Sesungguhnya aku tidak yakin menuju titik yang ditentukan. Karena sepanjang jalan umat muslim memakai pakaian muslim berbondong-bondong menuju masjid untuk salat Isya dan Tarawih. Aku malu memakai dress hitam, dan berkendara dirtbike menuju lokasi. Sehingga aku menepikan sepeda motor untuk beberapa menit dan menghubungi Hasan lagi

“Abang, apakah ini lokasi masjid atau musala? Aku gak pakai kerudung,” ungkapku.

“Garasi biasa. Gak apa santai,” balas Hasan.

[OPINI] Aku Mencintai-Mu dengan Caraku yang Paling SederhanaWarga muslim pendatang mengaji di garasi mobil (IDN Times/Ayu Afria)

Kami sampai di lokasi beriringan, aku sampai lebih dulu dan masih tetap ragu untuk berhenti. Di ujung gang terlihat orang-orang sedang berjamaah. Aku kebingungan mencari parkiran. Sementara Hasan sudah berada di belakangku dan menyapa “Ayu, lanjut saja.” Sepertinya ia menangkap keraguanku.

Kami duduk di depan warung kecil sekitar lokasi, menunggu teman yang lain datang sambil memesan kopi. Kami akan bertamu ke rumah Ketua Rijalul Ansor Denpasar Barat, Mas Rohim. Malam itu Mas Rohim masih sibuk di bengkelnya.

Sementara di seberang warung, jemaah semakin khusyuk. Terdengar lantunan ayat-ayat Al Qur'an. Hal yang menarik di mataku, mereka salat bukan di masjid yang megah. Juga bukan di musala yang adem. Tempat salat hanya sebagian tertutup papan, dan di samping sebuah mobil. Hasan sepertinya menangkap rasa penasaranku, hingga ia menjelaskan bahwa lokasi itu merupakan garasi mobil parkir di siang hari, dan ketika malam tiba akan dijadikan tempat salat bagi warga muslim pendatang.

[OPINI] Aku Mencintai-Mu dengan Caraku yang Paling SederhanaGP Ansor Denpasar Barat (IDN Times/Ayu Afria)

Hatiku terenyuh mendengar kata warga muslim pendatang, lalu melihat mereka beribadah di garasi, memperingati Nuzulul Quran dengan cara yang sederhana. Juga suguhan kacang rebus, kurma, dan buah langsat. Tidak ada yang mewah, namun mereka mampu mencintai Tuhan-Nya dalam kondisi apa pun, dan di mana pun. Lantas membuatku kembali meminta penjelasan kepada Hasan. Ia mengatakan, warga yang salat di garasi tersebut dari berbagai latar belakang pekerjaan di Bali.

Hal ini dibenarkan PAC GP Ansor Denpasar Barat, Munawir, bahwa ada 5 lokasi untuk beribadah tarawih warga NU di Banjar Manut Negara, Tegal Kertha, Kecamatan Denpasar Barat. Yakni dua lokasi di Gang 5, serta masing-masing satu lokasi di Gang 7, 8, dan 9.

“Di sini walaupun bukan musala, ya Alhamdulillah masyarakat dan juga pesepun kompak mengadakan salat Tarawih dan Tadarus. Sebetulnya dipakai untuk garasi mobil, karena lama gak ke pakai sama hak milik bisa digunakan untuk tempat ibadah,” ungkapnya.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya