[OPINI] Kenaikan Harga Buku Fisik Menghambat Minat Literasi

Harga buku melonjak, minat baca masyarakat terkikis

Keterampilan, kebijakan, kepandaian, kemapanan, dan kecerdikan dapat diperoleh dalam cara yang sangat sederhana, yaitu membaca buku. Sayangnya tak banyak individu yang mengetahui dan meyakini hal tersebut. Berdasarkan data dari UNESCO, hanya 0,1 persen masyarakat Indonesia yang berminat membaca buku. Rendahnya tingkat literasi masyarakat Indonesia ini sangat memprihatinkan. Jika terus-menerus dibiarkan, kualitas sumber daya manusia Indonesia akan turut menurun drastis.

Manusia merupakan makhluk yang haus akan pengetahuan, dan buku ada untuk memfasilitasi hal itu. Buku adalah hal krusial yang selalu dibutuhkan oleh manusia dari berbagai golongan masyarakat. Anak kecil, murid sekolah, mahasiswa, hingga orangtua pun butuh buku dalam hidupnya. Tanpa buku, hidup seseorang akan terjebak dalam kegelapan yang dinamakan kebodohan.

[OPINI] Kenaikan Harga Buku Fisik Menghambat Minat Literasifoto hanya ilustrasi (Pixabay.com/pexels)

Bagaikan jendela kehidupan, membaca buku sama saja seperti mengintip ke dalam kehidupan yang tak pernah terlihat sebelumnya. Pengetahuan-pengetahuan itu mulai menginvasi wilayah pikiran saat membaca bab pertamanya. Tak peduli apa pun jenis buku yang dibaca, buku tak pernah gagal dalam memberikan pengetahuan baru, bahkan nasihat untuk pembacanya. Inilah kekayaan yang sebenarnya harus dikejar oleh setiap orang, bukan kekayaan material semata.

Buku lebih dari sekadar benda mati yang kodratnya teronggok berdebu di pojok lemari. Substansi-substansi dari isi buku sanggup mengubah seisi dunia menjadi emas, bahkan dapat membuat kura-kura memiliki sayap. Bahkan buku komik dan fiksi pun membawa arti yang bermakna bagi kelangsungan hidup manusia. Permasalahannya terdapat pada siapa yang ingin membacanya, dan siapa yang dapat memanfaatkannya sebaik mungkin. 

[OPINI] Kenaikan Harga Buku Fisik Menghambat Minat Literasifoto hanya ilustrasi (Pexels.com/Negative Space)

Dari sekian banyak faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat literasi masyarakat Indonesia, harga jual buku menjadi pemicunya. Terdapat banyak keluhan dari book lovers mengenai harga jual buku yang kian hari kian melonjak. Setidaknya Rp60.000 harus dikeluarkan untuk membeli buku dengan jumlah halaman kurang dari 400 halaman. Perilaku konsumen yang cenderung membandingkan kuantitas barang yang dapat dibeli dengan harga serupa, tentu mereka akan berpikir dua kali untuk membeli sebuah buku.

Hal yang sama terjadi pada buku digital. Masih banyak buku digital yang memiliki akses berbayar, bisa dikatakan cukup mahal, dengan durasi pinjam beberapa bulan saja. Terlebih, tak semua buku tersedia secara daring untuk dibaca. Bahkan segelintir orang enggan membaca buku digital dengan alasan buku fisik memiliki visual yang lebih menarik dan lebih memuaskan, karena dapat dibaca berulang kali tanpa batasan waktu. Lagi-lagi harga buku yang tergolong mahal membatasi masyarakat dalam melakukan literasi.

Padahal minat membaca dapat berawal dari hal kecil seperti membaca komik, novel, maupun majalah. Dari aktivitas sederhana tersebut, dalam waktu tertentu pembaca akan menyukai kegiatan membaca buku. Selain itu, pembaca juga akan terbiasa membaca dengan efektif dan efisien. Hal ini tentu dapat mengurangi tingkat masyarakat yang minim literasi. Tingginya harga jual buku hanya akan menghambat masyarakat untuk meningkatkan minat membacanya.

Saat ini masyarakat Indonesia cenderung memilih untuk menonton tayangan singkat mengenai suatu peristiwa, dibandingkan membaca beritanya secara langsung. Informasi yang didapatkannya itu dicerna mentah-mentah tanpa memeriksa kebenaran informasi terlebih dahulu. Hoaks yang beredar di Indonesia dapat dengan mudah menemukan mangsanya. Sangat jelas, bahwa kurangnya minat literasi ini dapat mengantarkan masyarakat ke dalam bahaya besar.

[OPINI] Kenaikan Harga Buku Fisik Menghambat Minat Literasifreepik.com/freepik

Dalam kondisi harga buku yang terus melonjak serta minat baca masyarakat yang kian hari semakin terkikis, perpustakaan umum merupakan solusinya. Dengan adanya fasilitas perpustakaan yang terbuka untuk umum, masyarakat dapat leluasa mengakses berbagai macam buku untuk dibaca dengan gratis. Saat ini, sudah ada beberapa perpustakaan umum yang memungkinkan pengunjungnya untuk membaca dengan nyaman dan tenang. Namun jumlahnya diperkirakan belum cukup banyak dan eksistensinya belum banyak diketahui masyarakat.

Jika perpustakaan umum ada di berbagai daerah, masalah kurangnya minat baca masyarakat Indonesia dapat sedikit terselesaikan. Karena dengan fasilitas tersebut, Indonesia tak akan kehilangan orang-orang yang masih memiliki minat baca yang tinggi. Hal tersebut juga dapat menjadi efek domino agar masyarakat yang sebelumnya memiliki minat baca rendah, perlahan-lahan akan berminat untuk membaca kembali.

Baca Juga: [OPINI] Demokrasi dan Fenomena Elite Capture

Baca Juga: Melihat Relasi Kuasa dalam Dating Violence Usia Remaja

Queeny Dyah Photo Community Writer Queeny Dyah

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya