TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

[OPINI] 5 Hal yang Mungkin Terjadi bila Manusia Bertelur

Perdagangan telur jadi kejahatan kelas tinggi

illustrasi manusia dan telur (unsplash.com/hannahtasker)

Indonesia tuh pernah digegerkan oleh fenomena bertelurnya seorang bocah di Gowa, Sulawesi Selatan, pada tahun 2020. Layaknya unggas, dua buah telur bersemayam di dalam tubuhnya. Namun secara medis, ia mengalami corpus alienium, yakni kemunculan benda asing dalam tubuh manusia. Pada akhir cerita, diketahui bahwa ia mengalami disabilitas intelektual. Alih-alih menghakiminya telah berbohong, lebih baik memahami latar belakang tindakan dan merangkulnya agar lekas pulih.

Terjadi tak sekali dua kali, fenomena manusia bertelur memang sesuatu yang sulit diterima nalar karena bertentangan dengan sains. Namun, bolehlah sejenak kita melepas diri dari nilai-nilai yang terlanjur mapan. Mari membebaskan fantasi barang sekejap.

Apa jadinya kalau kamu, aku, dan seluruh manusia betul-betul bertelur? Berikut 5 hal yang mungkin terjadi bila manusia bertelur:

Baca Juga: 10 Chat yang Endingnya Plot Twist, Bikin Ngakak Abis!

Baca Juga: 5 Bahaya yang Mengintai Bila Aktivitas Seksual Kamu Direkam    

1. Tak ada kasus aborsi

illustrasi bayi hasil hubungan gelap (unsplash.com/flaviagava)

Seks pra nikah merupakan tindakan yang menyalahi moral, baik agama maupun masyarakat. Namun, moralitas pada dasarnya bersumber dari nurani dan bukan didekte. Oleh karena itu, sebagian individu memilih untuk menjebol dinding yang disebut norma agar hasratnya terpenuhi.

Sayangnya, kenekatan menjebol norma tak diiringi keberanian menghadapi konsekuensi dan merangkul tanggung jawab, sehingga aborsi dipilih sebagai jalan menyembunyikan aib.

Kasus aborsi tak akan ditemukan jika manusia bertelur, sebab telur lebih mudah disembunyikan. Manusia dapat memilih untuk tidak menetaskan telur. Telur dapat pula didadar, dibalado, atau dibikin martabak untuk menyembunyikan aib. Tentu, tindakan demikian sangat bertentangan dengan nilai-nilai yang berlaku dalam peradaban manusia.

2. Pembagian peran suami dan istri akan lebih kompleks

illustrasi peran suami dan istri sebagai orang tua (unsplash.com/kellysikkema)

Peran suami dan istri dalam ranah domestik akan lebih kompleks. Pembagian tugas tidak hanya terbatas pada giliran menjaga anak, tetapi juga mengerami telur. Tanggung jawab agar telur menetas dengan baik tidak dipikul istri sendirian, melainkan kewajiban bersama. Oleh karena itu, suami harus turut menyertai istri dalam proses pengeraman.

Biarpun tampak sepele, pengeraman telur tidak sesederhana kelihatannya. Mengerami akan menjadi aktivitas yang monoton dan menjemukan. Jika tak berhati-hati, cangkang telur bisa retak dan gagal menetas. Itulah sebabnya, pekerjaan ini layak dikompromikan oleh suami dan istri. Di samping itu, manusia akan punya dua tanggal penting sebagai identitas: tanggal lahir dan tanggal menetas.

3. Berubahnya narasi anti-natalis

illustrasi penurunan angka kelahiran akibat antinatalisme (unsplash.com/itfeelslikefilm)

“Anak tidak minta ditetaskan!”

Begitulah jadinya narasi andalan tim anti-natalis. Antinatalisme berpandangan bahwa kelahiran manusia hanya membawa penderitaan. Ideologi ini biasanya meroket di negara dengan tingkat populasi masyarakat yang tinggi. Beberapa saat lalu, seorang anak di India menyeret orangtuanya ke meja peradilan. Lelaki tersebut menuntut orangtua karena telah melahirkannya tanpa persetujuan.

Tingginya angka kelahiran memang berpengaruh pada tingkat kesejahteraan manusia. Oleh karena itu, beberapa negara mulai menerapkan program pembatasan kelahiran. Pemerintah Indonesia sendiri telah mencanangkan program Keluarga Berencana (KB) untuk mengendalikan populasi penduduk. "Dua telur lebih baik!"

4. Perkembangan aspek ekonomi digital

illustrasi ekonomi digital (unsplash.com/pickawood)

Aspek ekonomi juga tak akan lolos dari pengaruh, khususnya bagi pekerja perempuan. Para pekerja perempuan akan mendapat cuti tambahan: cuti melahirkan dan cuti mengerami. Eh, boleh jadi tugas mengerami diwakilkan oleh orang lain. Maka, muncullah jasa Pengeram Telur di samping Pengasuh Bayi. Perdagangan telur (ekspor-impor) akan menjadi kejahatan kelas tinggi sejajar dengan perdagangan manusia.

Aspek ekonomi digital juga tentu mengalami perkembangan. Lapak-lapak belanja online atau marketplace akan dipenuhi barang-barang kebutuhan pengeraman. Konten semacam “Tutorial Menetaskan Telur Anti Gagal!” akan bertebaran pada beranda YouTube. Saluran-saluran televisi tak mau kalah dengan menyiarkan judul “Telurku Ternyata Bukan Telurku” atau “Telur yang Tertukar”.

Verified Writer

Himatul Aliyah

Anak mbarep yang lahir otodidak

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya