Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Uniknya Busana Teknik Ecoprint Karya Guru dan Siswa SLB 3 Denpasar

produk slb 3.jpeg
Guru SLBN 3 Denpasar menunjukkan hasil kolaborasi bersama siswa disabilitas, berupa karya kain dan busana dengan teknik ecoprint. (IDN Times/Yuko Utami)
Intinya sih...
  • Guru dan siswa SLB 3 Denpasar menciptakan busana siap pakai dengan teknik ecoprint, menggunakan bahan alami seperti dedaunan dan bunga.
  • Produksi melibatkan 10 siswa difabel tuli dan intelektual, dengan pendampingan saat praktik untuk hasil maksimal.
  • Produk ecoprint dibanderol mulai dari Rp65 ribu hingga Rp700 ribu, diharapkan memberikan bekal keterampilan vokasional yang mumpuni bagi para siswa.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Denpasar, IDN Times - Deretan busana berwarna lembut, lengkap dengan tas tangan senada tampak tertata rapi di salah satu stan dalam acara Indonesia Cinta Disabilitas Tahun 2025 di Denpasar. Produk itu adalah hasil kreasi guru dan siswa Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri 3 Denpasar yang dibuat menggunakan teknik ecoprint.

Guru Vokasional SLB Negeri 3 Denpasar, Anisa Putri Utami, mengatakan bahwa pihaknya telah mendalami dan mengajarkan teknik ecoprint kepada para siswa selama dua tahun. Ecoprint adalah teknik mencetak motif pada kain dengan bahan alami, seperti dedaunan, bunga, dan sebagainya. Tiga bulan belakangan, Anisa mencoba teknik kukus atau steam untuk menciptakan motif, sebab teknik ini dinilai lebih menghemat energi. Bagaimana cerita Anisa membina siswa SLB 3 Denpasar dalam fesyen ramah lingkungan? Berikut ini kisah selengkapnya.

Libatkan 10 orang siswa difabel tuli dan intelektual untuk proses produksi

slb 3.jpeg
Guru Vokasional SLB Negeri 3 Denpasar, Anisa Putri Utami menjelaskan teknik ecoprint. (IDN Times/Yuko Utami)

Anisa menjelaskan, selama produksi busana dan kerajinan teknik ecoprint, pihaknya melibatkan 10 orang siswa difabel tuli maupun intelektual. “Keterlibatan muridnya, kita ajak murid disabilitas intelektual dan pendengaran, tapi untuk kondisinya mungkin yang lebih ringan dibandingkan teman-teman yang lain,” ujar Anisa saat IDN Times menemuinya langsung di stan kerajinan SLB Negeri 3 Denpasar pada Rabu (17/12/2025). 

Alasan Anisa melibatkan siswa dengan kondisi difabel ringan karena kemampuan komunikasi dan kerja tim lebih cocok untuk praktik pengerjaan ecoprint. Kesepuluh siswa tersebut selalu mendapatkan pendampingan saat praktik. Sebagai pengajar vokasional di SLB, pembuatan ecoprint butuh kesabaran ekstra. Para siswa harus dibagi ke beberapa tim agar maksimal mengerjakan bagiannya masing-masing.

“Misal ada yang di bagian mencelup cat, dia harusnya mencelup cat, mencelup cat terus. Kalau misal dia disuruh menata daun mungkin performanya tidak semaksimal murid-murid yang bagiannya menata daun,” paparnya.

Memanfaatkan dedaunan yang ada di lingkungan sekolah

produk slb 3 dps.jpeg
Busana siap pakai (ready to wear) kreasi guru dan siswa SLBN 3 Denpasar, menggunakan teknik ecoprint. (IDN Times/Yuko Utami)

Tak hanya kolaborasi guru dan siswa difabel, produksi ecoprint ini juga memanfaatkan dedaunan yang ada di lingkungan SLB Negeri 3 Denpasar. Ide ini juga berawal dari pengamatan Anisa dan guru lainnya yang melihat bahwa ada banyak tanaman di SLBN 3 Denpasar. Daun kering di sekolah adalah potensi untuk mengembangkan teknik ecoprint selama kelas vokasional.

Anisa menjabarkan berbagai jenis daun yang digunakan untuk teknik ecoprint. Mulai dari daun jarak kepyar, daun jaranan, tabebuya, daun pucuk jati muda, daun kersen, daun pakis, tanaman paku-pakuan, daun cermai, dan masih banyak lagi. 

“Kalau yang teknik kukus ini hampir semua daun itu bisa ya, mungkin warnanya saja yang beda-beda. Ada satu daun yang menghasilkan itu warna kuning, warna merah, warna hijau, warna agak coklat,” imbuh Anisa. 

Sedangkan, khusus teknik pukul hanya dapat menggunakan beberapa jenis daun agar warnanya mampu menyerap ke kain. Selain mengikuti pameran Indonesia Cinta Disabilitas, Anisa mengaku SLBN 3 Denpasar telah mengikuti rangkaian pameran dari Pesta Kesenian Bali (PKB), Denpasar Festival, dan lainnya.

Harga produk bervariasi mulai dari Rp65 ribu

produk slb 3 denpasar.jpeg
Produk tas tangan dengan teknik ecoprint dan kulit asli hasil kreasi guru dan siswa SLBN 3 Denpasar. Harga satuannya yakni Rp225 ribu. (IDN Times/Yuko Utami)

Produk ecoprint kolaborasi guru dan siswa SLB 3 Denpasar dibanderol mulai dari harga RP65 ribu hingga Rp700 ribu untuk satu set atasan dan bawahan busana siap pakai. Bagi pembeli yang tertarik, kata Anisa dapat mengunjungi langsung SLBN 3 Denpasar yang berlokasi di Jalan Maruti Nomor 10, Pemecutan Kaja, Denpasar Utara. Pihaknya juga kerap menerima pesanan produk buah tangan komunitas dan perusahaan.

Melalui pelatihan dan berbagai pameran, Anisa berharap agar para siswanya mendapatkan bekal keterampilan vokasional yang mumpuni. Keterampilan vokasional diajarkan pada siswa jenjang SMP dan SMA di SLBN 3 Denpasar, yang terdiri dari siswa difabel intelektual, mental, dan tuli. 

“Kalau sudah lulus, dia bisa mengerjakan dan punya keterampilan yang memiliki nilai jual, sebenarnya tujuan kita itu ya benar-benar untuk membekali murid,” tegas Anisa.

Selain vokasional ecoprint, SLBN 3 Denpasar juga mengajarkan sederet keterampilan lainnya. Mulai dari cuci motor, membuat manik-manik, dupa, menjahit, tata busana, tata boga, dan sablon.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Paulus Risang
EditorPaulus Risang
Follow Us

Latest News Bali

See More

Identitas Jenazah di Pantai Pengambengan Terungkap Lewat Tes DNA

17 Des 2025, 20:21 WIBNews