Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Renungan Para Pemuka Agama di Bali, Rawat Bumi Bagian dari Ibadah

ilustrasi merawat bumi (unsplash.com/@tiagoaleixo)
ilustrasi merawat bumi (unsplash.com/@tiagoaleixo)

Badung, IDN Times - Lantunan doa memohon perlindungan alam saling berpadu di Puja Mandala, Benoa, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung Sabtu lalu, 20 September 2025. Doa ini dipanjatkan sebagai respon atas krisis iklim dan bencana yang melanda Bali. Lima pemimpin agama dari Masjid Agung Ibnu Batutah, Gereja Katolik Maria Bunda Segala Bangsa, Vihara Buddha Guna, GKPB Bukit Doa, dan Pura Jagatnatha menyuarakan kepedulian serta komitmen perlindungan bumi dalam acara Dialog Lintas Iman bertajuk Draw The Line Bali.

Kegiatan ini adalah rangkaian dari aksi global menghadapi Minggu Iklim dan UN General Assembly yang berlangsung pada 15-22 September 2025 di New York. Agenda tersebut menekankan pentingnya komitmen seluruh negara menahan laju kenaikan suhu bumi. Sementara, secara spesifik, doa bersama di Puja Mandala mengangkat tema Merawat Bumi sebagai Ibadah. Para pemuka agama berbagi perspektif ajaran masing-masing tentang kewajiban merawat lingkungan sebagai bagian dari ibadah dan tanggung jawab moral.

1. Kuasa manusia atas alam tidak mutlak, memahami arti hidup berdampingan

Ilustrasi manusia dan alam (pixabay.com/EvgeniT)
Ilustrasi manusia dan alam (pixabay.com/EvgeniT)

Berbagai nasihat keagamaan, mengingatkan kita atas betapa beragam dan mulia ajaran agama yang menuntun manusia agar eling dan bakti terhadap alam. KH Ibnu Subhan dari Masjid Agung Ibnu Batutah mengatakan, manusia tidak dapat dinasihati dengan ucapan, manusia akan dinasihati oleh keadaan.

“Nabi Muhammad mengajarkan, jika terjadi hari kiamat, sementara di tangan kalian ada sebuah tunas atau biji, maka jika ia mampu sebelum terjadi hari kiamat untuk menanamnya, maka tanamlah,” kata Ibnu Subhan.

Sementara, Alexander Sani Kelen mewakili Gereja Katolik Maria Bunda Segala Bangsa menyebutkan kuasa manusia atas alam tidak mutlak. Gereja memahami dirinya sebagai bagian dari dunia, dan mendorong pertobatan ekologis. Baginya, gereja harus membawa pemahaman bahwa bumi adalah rumah bersama dan saling terkoneksi satu sama lain.

“Krisis lingkungan juga merupakan krisis sosial. Kita mengkritisi budaya konsumerisme yang boros dan tidak bertanggung jawab, serta paradigma teknokratis bahwa teknologi dapat memecahkan semua masalah," tutur Sani Kelen.

Pandita Nyoman Setiabudi dari Vihara Buddha Guna menjelaskan, manusia dan alam sejajar, bumi rusak karena keserakahan. Menurutnya, Bali sebagai pusat spiritual telah memperlihatkan tanda karma kolektif sebagai akibat dari pengelolaan lingkungan yang tidak seimbang. Ia meminta manusia harus mulai hidup sederhana, penuh cinta kasih, dan menanam karma baik kolektif untuk generasi mendatang.

“Buddha mengajarkan larangan untuk menyakiti makhluk lain dan hidup berdampingan secara simbiosis, semua saling bergantung. Kita menolak ajaran keserakahan yang melampaui kebutuhan," katanya.

2. Menjaga kesucian laut, lingkungan, dan menjaga alam

ilustrasi laut yang tercemar oleh sampah plastik (pexels.com/Ron Lach)
ilustrasi laut yang tercemar oleh sampah plastik (pexels.com/Ron Lach)

Sementara Pendeta Wisesa dari GKPB Bukit Doa menyampaikan bahwa bumi adalah milik bersama. Baginya, masyarakat perlu mendukung kebijakan pro lingkungan, mendorong zero waste, dan menghindari konsumerisme.

“Dalam iman Kristen, kita memahami konsep satu tubuh Kristus-setiap anggota memiliki peranan penting. Kita saling membutuhkan dan harus memiliki visi bersama untuk merawat rumah bersama," kata Wisesa.

Jero Ketut Subianta dari Pura Jagatnatha berkata, nilai kesucian dan kebersihan laut harus dijaga serta dilestarikan melalui berbagai jenis ritual.

“Dalam Hindu, kita melasti ke tepi laut. Laut merupakan sumber, melebur dan menghanyutkan segala bentuk kekotoran, jasmani dan rohani,” tuturnya.

Kegiatan berlangsung interaktif melibatkan penanggap Ida Bagus K Susena, Ketua Umum Puskor Hindunesia, yang memperkuat urgensi pelestarian lingkungan dari sudut kebudayaan lokal. Ia berpendapat, saat ini hutan dibabat, sawah dikonversi, dan pembangunan vila di tempat yang tidak pantas terjadi secara masif.

"Nilai kearifan lokal dalam menjaga alam sangat penting. Bali sudah tidak lagi ditata dengan konsep keseimbangan,” jawabnya.

Bali seharusnya menjadi barometer penyelamatan lingkungan di dunia. Menurutnya, masyarakat perlu kembali pada prinsip Catur Hita Karana-hubungan harmoni dengan semua makhluk. Setelah saling berbagi perspektif, lantunan doa bersama lintas iman dan deklarasi komitmen menjaga bumi sebagai amanah Tuhan hadir sebagai penutup rangkaian acara.

3. Menebar pesan damai sekaligus menjaga semesta

ilustrasi Bumi mengelilingi Matahari (pexels.com/Zelch Csaba)
ilustrasi Bumi mengelilingi Matahari (pexels.com/Zelch Csaba)

Sementara itu Indonesia Team Leader 350.org Indonesia, Sisilia Nurmala Dewi, menyampaikan bahwa sudah saatnya untuk berhenti bertindak sewenang-wenang terhadap sesama dan alam ciptaan. Puja Mandala, perbedaan dipandang sebagai rahmat dan keberagaman sebagai kekuatan.

“Seruan ini ditegaskan kepada semua pihak agar berdiri di garis yang benar—bersama menjaga bumi, bersama menolak kehancuran,” ujar Sisilia.

Deklarasi Puja Mandala adalah momen lintas agama yang menyerukan bahwa suara iman adalah suara alam. Hal tersebut disampaikan oleh Hening Parlan, Direktur Greenfaith Indonesia. Hening mengatakan, iman kepada Tuhan dari agama apa pun merupakan cerminan kasih Tuhan pada ciptaannya.

“Oleh karena itu, iman secara tegas mengambil jalan kebaikan dengan berbuat baik dan mencegah kerusakan,” kata Hening.

Sementara, Climate Rangers Bali yang diketuai oleh Paskah Toga menegaskan, bahwa generasinya tidak akan berhenti menyuarakan pentingnya melawan krisis iklim dengan berbagai cara. Termasuk melalui mimbar-mimbar keagamaan yang berperan dalam kehidupan kolektif anak muda.

“Kami tidak bisa menunggu, aksi iklim yang ambisius harus diambil pemerintah sekarang, di berbagai level, sebelum terlambat,” tegasnya.

Share
Topics
Editorial Team
Irma Yudistirani
EditorIrma Yudistirani
Follow Us

Latest News Bali

See More

Satpol PP Buleleng Tertibkan Anak Punk, Diduga Ganggu Kenyamanan Warga

21 Sep 2025, 13:22 WIBNews