Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Ogoh-ogoh Mini di Denpasar ini Unik, dari Kulit Salak Hingga Jagung

Ogoh-ogoh miniatur. (IDN Times/Imam Rosidin)
Ogoh-ogoh miniatur. (IDN Times/Imam Rosidin)

Denpasar, IDN Times - Selama ini, ogoh-ogoh dibuat dari bahan styrofoam yang justru berbahaya bagi lingkungan. Lalu dalam beberapa tahun terakhir, penggunaan styrofoam dilarang dan harus kembali lagi menggunakan bahan baku, yang sebenarnya sudah dipakai sejak dulu, yaitu anyaman bambu.

Tapi kali ini ada yang berbeda nih di Banjar Sawah, Pedungan, Denpasar. Ogoh-ogohnya dibuat dari bahan kulit salak. Seperti yang dilakukan Komang Ayung (40) saat mengikuti lomba ogoh-ogoh mini di Banjar Sawah, Sabtu (2/3) siang.

1. Ia sengaja mengumpulkan buah salak untuk diambil kulitnya

IDN Times/Imam Rosidin
IDN Times/Imam Rosidin

Ayung yang mewakili Gamang Art mengaku menghabiskan waktu dua minggu untuk menyelesaikan ogoh-ogoh mininya ini. Ia sengaja mengumpulkan banyak buah salak untuk diambil kulitnya. Kulit-kulit salak tersebut kemudian ditempelkan pada bidang ogoh-ogoh yang sudah dibuat sebelumnya.

"Kami memang sudah fokus dengan pembuatan ogoh-ogoh ramah lingkungan," katanya.

2. Ogoh-ogoh salak ini mengambil tema pertarungan Krishna dengan Kaliya

IDN Times/Imam Rosidin
IDN Times/Imam Rosidin

Ia membuat ogoh-ogoh bertema Krishna yang menaklukkan Kaliya. Ceritanya, Krishna saat itu sedang bermain ke hutan bersama kawan-kawannya. Tak terasa, mereka telah sampai di tepian lokasi yang sangat berbahaya, yaitu di Danau Madu.

Konon, di danau tersebut tinggal seekor ular kobra raksasa berkepala lima. Dikisahkan, racun dari ular itu bahkan sudah mencemari Sungai Yamuna yang mengaliri Kota Hastinapura. Singkat cerita, terjadilah pertempuran sengit antara Krishna dengan ular tersebut. Khrisna berhasil mengalahkan Kaliya dengan menginjak kepalanya.

3. Lomba ogoh-ogoh ini sengaja digelar setiap tahunnya supaya generasi muda tidak lupa sama budayanya

IDN Times/Imam Rosidin
IDN Times/Imam Rosidin

Sementara itu Ketua Panitia, I Made Sulaksana, mengatakan lomba ini sengaja digelar untuk melestarikan budaya Bali agar tetap eksis setiap tahunnya. Harapannya, supaya generasi muda tidak lupa untuk akan budayanya dan tetap melestarikan.

"Kita di Bali biar tak termakan budaya luar, biar tak kalah sama politik untuk melestarikan budaya ini. Ke depannya kami harap lomba ini lebih besar lagi," ucapnya.

4. Selain kulit salak, ada ogoh-ogoh dari bahan kulit jagung dan kayu sisa

IDN Times/Imam Rosidin
IDN Times/Imam Rosidin

Ada dua kategori yang dilombakan di sini. Yaitu ramah lingkungan, dan yang biasa atau dari bahan apapun. Ada 52 ogoh-ogoh yang dinilai. Masing-masing 29 ogoh-ogoh ramah lingkungan dan sisanya adalah ogoh-ogoh dari bahan bebas.

"Mengapa ramah lingkungan? Karena kami menekankan untuk mendaur ulang agar bahan styrofoam lebih berkurang. Mereka ada yang memakai bahan-bahan alam seperti kulit jagung, dan kayu yang tak digunakan lagi," jelasnya.

5. "Harus mengikuti aturan menggunakan bahan-bahan yang ramah lingkungan sesuai misi Kota Denpasar"

IDN Times/Imam Rosidin
IDN Times/Imam Rosidin

Kepala Dinas Kebudayaan Kota Denpasar, IB Mataram, yang turut hadir saat perlombaan, mengatakan sangat mendukung dengan adanya kegiatan ini. Menurutnya, lomba ogoh-ogoh ini merupakan bentuk kreativitas anak muda dan bagian dari pelestarian budaya Bali. Ia juga mendukung penggunaan bahan ramah lingkungan dalam pembuatan ogoh-ogoh ini.

"Penggunaan dari ogoh-ogoh ini harus menggunakan bahan lingkungan. Harus mengikuti aturan menggunakan bahan-bahan yang ramah lingkungan sesuai misi Kota Denpasar," ucapnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Imam Rosidin
EditorImam Rosidin
Follow Us