Memotret Kondisi Terkini Tanggul di Pantai Karangdadi

Klungkung, IDN Times - “Niki samian jebol (ini semuanya jebol)," ujar Mangku Rindi sambil menunjuk sederet tanggul yang menyusup ke bawah, Sabtu (14/12/2024) siang. Tanggul yang ditunjuk pekak (kakek) tersebut merupakan pengaman pantai untuk mengatasi abrasi.
Tanggul ini merupakan proyek penanganan abrasi di pesisir Pantai Sidayu hingga Kusamba, termasuk Pantai Karangdadi, dengan total panjang 10,64 kilometer. Proyek tahun 2022 ini dikerjakan oleh Pemerintah Pusat melalui Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali-Penida. Anggarannya sebesar Rp43 miliar. Kini, tanggul ini sebagian kondisinya ambruk.
1. Mengenang sawah tergenang

Siang begitu terik, matahari tiada ampun menyergap kulit dengan sinarnya. Wajar saja, kala IDN Times menyusuri Pantai Karangdadi, Sabtu siang (14/12/2024), waktu menunjukkan pukul 11.29 Wita. Menyusuri pasir Pantai Karangdadi penuh dengan bebatuan dari ukuran kecil, sedang, hingga besar. IDN Times tidak berani berjalan di atas tanggul. Sebab sebagian tanggulnya berongga hingga terlihat isian materialnya seperti pasir, batu, dan lainnya.
Dari kejauhan terlihat sepasang lansia (kakek dan nenek) tengah menyusuri pantai. Seorang kakek yang diketahui bernama Mangku Rindi, warga Desa Kusamba, menceritakan bagaimana dampak akibat gelombang tinggi yang menerjang sawahnya. Sawah sang kakek hancur terkena ombak. Sedangkan kerabatnya yang tinggal di dekat pesisir harus mengungsi karena rumahnya juga terdampak.
“Petani ten nyidang bergerak napi (Petani tidak bisa bergerak apa-apa), mati total,” kata Rindi saat ditemui di Pantai Karangdadi.
2. Belum ada tanda-tanda perbaikan

Bebatuan yang terhampar di daratan Pantai Karangdadi seperti foto di atas adalah hasil dari material tanggul yang ambruk akibat abrasi. Warga yang bermukim di pesisir Pantai Karangdadi, Listya, hanya bisa pasrah dengan kondisi yang terjadi. Perempuan asal Kabupaten Tabanan yang menikah ke Desa Kusamba ini mengaku gelombang air laut tinggi kerap terjadi.
Gelombang tinggi ini berlangsung dari Sabtu (5/12/2024) hingga Minggu (6/12/2024) lalu. Ia bersama ketiga anaknya memilih diam saja di rumah, meskipun air laut masuk sampai halaman rumahnya.
“Dari jam 10 pagi sampai di atas jam 12 malam gelombang tinggi. Setelah ombak naik, baru hujan angin dan badai,” jelas Listya di kediamannya, pada Sabtu (14/12/2024).
3. Warga pasrah

Rindi tidak tahu pasti kapan tanggul ini jebol, dan sejumlah kerusakan akan ditangani. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, selain bertani, Rindi menjadi buruh borongan. Proyek yang pernah dikerjakannya adalah pembangunan tanggul.
“Saya dulu ikut kerja di sini buat tanggul, buruh borongannya,” jelasnya.
Kini tanggul yang digarapnya telah hancur akibat abrasi beberapa minggu lalu.