Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Masyarakat Desa Petak Buang Sampah Organik di Sawah

Desa Bali
Kepala Desa Petak, AA Gde Mayun Purnama, dan istrinya Mia Rahmawati (IDN Times/Ayu Afria)

Gianyar, IDN Times - Jalan aspal yang tidak begitu lebar, hamparan sawah sepanjang jalan menandai keasrian Desa Petak di Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar. Desa yang dilalui tiga sungai besar ini terbilang sukses mengelola sampah organik. Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Desa Petak, Anak Agung Gde Mayun Purnama, saat didampingi istrinya, Mia Rahmawati, belum lama ini. Apa indikasi perubahan perilaku masyarakat Desa Petak dalam memilah sampah?

Menurut Anak Agung Gde Mayun Purnama, pemilahan sampah ini berjalan mulus setelah dikaitkan dengan programnya yang memaksimalkan pertanian desa. Sejak resmi menjabat Kepala Desa pada awal Februari 2022, ia menjaga kepercayaan masyarakat yang mayoritas bekerja sebagai petani. Desa tersebut merupakan lahan pertanian aktif, dengan hasil pertanian utama padi. Sehingga untuk menyelaraskan program penanganan sampah, ia mengaitkannya dengan sektor pertanian melalui pertanian sehat yang ramah lingkungan menuju desa wisata.

"Kenapa ramah lingkungan? Karena sampah-sampah rumah tangga yang organik kami bawa ke sawah. Kayak zaman dulu," terangnya.

1. Pengelolaan sampah di desa sudah berjalan baik, jumlah sampah minim

Desa Bali
Desa Petak, Kecamatan Gianyar (IDN Times/Ayu Afria)

Anak Agung Gde Mayun Purnama menyebutkan, desanya belum memiliki TPS. Sampah biasanya langsung dibuang ke TPS Temesi. Namun karena program pertanian sehat jalan lebih awal, sehingga pengelolan sampah di desanya juga berjalan maksimal.

Ia mengajak masyarakat untuk memilah sampah organik, anorganik, dan residu. Sampah organik seperti dedauan dan rumah tangga kemudian dibawa ke sawah masing-masing untuk dijadikan pupuk alami.

"Dalam tiga bulan itu, tenaga sampah saya suruh laporan ngangkut itu. Biar kita tahu berapa sih volume sampah setiap harinya. Volume sampah organiknya, anorganik maupun residu. Sangat kecil di sini. Sangat kecil. Satu hari itu setengah truk, kurang dari satu bak. Sampah anorganik residunya kecil di sini," terangnya.

Ia menilai, kecilnya volume sampah ini karena petani desa setempat bersedia melakukan pertanian sehat sesuai yang disosialisasikan. Bahkan sampah dedaunan yang terkumpul dari halaman warga dibawa ke sawah, dan terbukti menekan sampah organik yang masuk ke TPS. Desa yang memiliki enam banjar dinas dan lima desa adat ini hanya memiliki satu bank sampah.

"Mudah-mudahan tahun depan bisa terbangun TPS3R. Nanti semua sampah organik itu kami cacah, masukkan karung. Kami mungkin sebarkan ke petani. Itu lebih memudahkan sehingga tenaganya yang di TPS nanti bisa tergaji," katanya.

2. Desa Petak fokus pertanian sehat yang ramah lingkungan

Desa Bali
Desa Petak, Kecamatan Gianyar (IDN Times/Ayu Afria)

Pertanian di Desa Petak menggunakan teknologi konsorsium mol. Mol sendiri adalah mikroba organisme lokal yang menggunakan bahan dasar kotoran sapi kemudian difermentasi. Kotoran sapi diperoleh dari kelompok Simantri di desa dan masyarakat. Ia juga melarang penggunaan bahan kimia, dan menggantinya dengan dekomposer Bio Petak Jayanti Sari (BPJS) sebagai pengurai, dan elektrolit sebagai penambah nutrisi serta penguatan batang hingga daun. Desa ini telah siap memajukan sektor pertanian melalui pertanian sehat yang ramah lingkungan menuju desa wisata.

Mantan staf Dinas PUPR Kabupaten Gianyar tersebut mengakui geliat program pengelolaan sampah dan pertanian sehat yang tidak terpisahkan tersebut semakin terlihat di tahun ketiga ia menjabat. Langkah ini juga dipermudah oleh petani di Desa Petak yang menyambut baik program tersebut. Bahkan sebagai tindak lanjut ke depannya, sepanjang jalan desa atau tejakan akan dimanfaatkan untuk kebun dengan tanaman bermanfaat, yang kemudian akan menjadi ciri khas Desa Petak itu sendiri.

"Pertama saya memperbaiki sarana dan prasarana di sawah, terutama saluran irigasi. Untuk pertama kalinya juga dibentuk pimpinan subak. Di desa ini terdapat tujuh subak atau organisasi petani," jelasnya.

3. Pararem dibuat untuk melindungi kelestarian lahan pertanian di desa

Desa Bali
Desa Petak, Kecamatan Gianyar (IDN Times/Ayu Afria)

Kendati sukses dalam program penanganan sampah dan pertanian sehat, Anak Agung Gde Mayun Purnama justru waswas dengan dua tantangan yang kerap membayangi. Pertama, terkait alih  fungsi lahan ketika nantinya desa mengembangkan desa wisata, atapun sebagai dampak perkembangan pariwisata secara umum. Untuk mencegah hal tersebut, ada pararem (aturan adat) dengan melibatkan organisasi petani agar melestarikan sawahnya. Apabila pararem tersebut dilanggar, maka akan ada sanksi dan kompensasi yang diberlakukan. Besaran kompensasi telah disepakati dan akan diberikan untuk subak tersebut sekitar 30 persen.

Kendala selanjutnya adalah regenerasi petani muda di desa. Hingga saat ini diakuinya jarang terlihat petani muda yang benar-benarr konsen terhadap sektor itu. Para generasi muda desanya lebih memilih bekerja di luar negeri seperti Jepang, dan kapal pesiar. Ia berharap dengan penataan sistem pertanian dan aksesnya akan membangkitkan minat generasi muda desanya untuk melanjutkan pertanian tersebut.

"Anak muda sendiri masih minim banget, ada mungkin satu sampai tiga orang yang ikut bertani dengan teknologi yang kami berikan. Anak-anak milih kerja keluar negeri, tidak bisa menyalahkan juga," ungkapnya.

Desa Bali
Kantor Kepala Desa Petak, Kecamatan Gianyar (IDN Times/Ayu Afria)

Selain pengelolaan pertanian, masyarakat desa juga diajak untuk menggarap potensi ekonomi lain, yakni pengelolaan potensi destinasi Desa Petak. Beberapa potensi desa di antaranya wisata spiritual Pesiraman Gunung Merta, jalur trekking, agrowisata yang tembus ke Waterfall Suwat, dan air terjun.

"Kami berencana untuk membuat kafetaria untuk menampung UMKM. Kita buat kolam renang alami dekat terasering, Swing-nya bisa di sana. Ke Selatan dikit ada hutan desanya," ungkapnya.

Bagian dari atraksi desa wisata, di Desa Petak juga direncanakan kembali memanfaatkan tenaga sapi untuk membajak sawah.

"Kami harapkan semua, itu perlu proses," terangnya.

Share
Topics
Editorial Team
Irma Yudistirani
EditorIrma Yudistirani
Follow Us