Kapolri dan Panglima TNI Periksa Pasukan Pengaman KTT G20 di Bali

Denpasar, IDN Times – Kepolisian Republik Indonesia (Polri) melakukan Apel Gelar Pasukan Operasi Puri Agung 2022 dalam rangka Penanganan KTT G20. Apel tersebut diselenggarakan di Lapangan Renon, Denpasar, pada Senin (7/11/2022) pagi. Kegiatan ini melibatkan Satuan Tugas Pengamanan Wilayah Bali, Mabes Polri, TNI, hingga Bakamda.
Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo bersama Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa melakukan pemeriksaan pasukan dan penyematan pita. Pengamanan ini melibatkan 9.700 personel dan 3.669 pasukan cadangan. Masyarakat juga diminta terlibat dalam pengamanan untuk kelancaran kegiatan KTT G20 nantinya.
1.Gelar pasukan diikuti oleh tiga Kepolisian Daerah secara serentak

Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo mengungkapkan bahwa kegiatan apel pasukan Operasi Puri Agung 2022 tersebut dilakukan secara serentak di 3 kepolisian daerah, di antaranya Polda Bali, Polda Jawa Timur, dan Polda Nusa Tenggara Barat (NTB). Operasi Puri Agung 2022 Terpusat akan dilaksanakan mulai tanggal 8-17 November 2022 di tiga wilayah Polda tersebut.
“Sebagai bentuk pengecekan akhir kesiapan pelaksanaan pengamanan. Baik kepada aspek personel maupun sarana prasarana serta keterlibatan unsur terkait, seperti TNI, pemerintah daerah, BPBD, dan mitra Kamtibmas lainnya,” jelasnya.
Operasi kepolisian akan menjadi etalase Polri di mata internasional dengan melibatkan 9.700 personel dan 3.669 pasukan cadangan yang ada di Mako Brimob. Selain itu diterjunkan 11 Sat Brimobda dengan dukungan kemampuan khusus dan teknologi modern yang terintegrasi melalui command center.
“Dalam operasi ini terdapat pembatasan komando dan pengendalian pada masing-masing ring pengamanan. Paspampres bertanggung jawab pada ring 1, TNI bertanggung jawab pada ring 2 dan Polri bertanggung jawab pada ring 3,” ungkapnya.
2.Personel diharapkan mampu mereduksi potensi ancaman yang ada

Pengamanan di ring 3 ini diungkapkan oleh Kapolri merupakan tanggung jawab lapisan terluar yang berinteraksi langsung dengan masyarakat umum. Polri dituntut untuk menampilkan sosok pengamanan yang humanis, ramah, dan tegas sehingga mampu mereduksi potensi ancaman yang mengganggu jalannya KTT G20.
“Uji keberhasilan pengamanan adalah soliditas dan keterpaduan antara unsur-unsur terkait, yaitu Paspamres, TNI, Polri, BNPB, serta seluruh unsur-unsur beserta pengaman lainnya,” jelasnya.

Listyo Sigit meminta agar memperkuat komunikasi dengan panitia nasional penyelenggara KTT G20 di Indonesia sehingga seluruh kegiatan dapat terdukung dengan pengamanan yang baik. Polri akan melaksanakan pengamanan di mana situasi dapat berubah secara cepat dan tidak menentu akibat perang antara Rusia dan Ukriana. Begitu pula dengan konflik geopolitik antara Tiongkok, Amerika Serikat serta Korea Selatan, dan Korea Utara.
“Dimungkinkan terdapat kelompok yang memanfaatkan momentum G20 untuk menarik perhatian internasional. Kita harus mampu memprediksi dan mencegah aksi-aksi yang dapat mendiskreditkan di bawah negara Indonesia dan negara-negara tamu, serta kegiatan yang mengarah pada hal-hal yang bersifat gangguan dan anarkis,” ungkapnya.
3.Personel pengamanan harus meningkatkan kewaspadaan

Seluruh personel pengamanan diwanti-wanti harus fokus meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi ancaman sekecil apapun. Selain itu juga harus prediktif dan responsif terhadap situasi kontijensi yang mungkin terjadi. Mulai dari ancaman gangguan terhadap rangkaian ancaman delegasi, ancaman terorisme, sampai dengan bencana alam yang mungkin terjadi di luar kendali.
“Kita harus mempersiapkan manajemen risiko dan responsif ketika ancaman tersebut datang. Pastikan dukungan operasi dapat berjalan optimal dalam situasi kontigensi. Termasuk juga keamanan rute escape dan safe house yang dapat berubah sesuai dengan situasi lapangan,” jelasnya.

Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo menyampaikan beberapa pesan, di antaranya:
- Laksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab. Penuh kewaspadaan, dan dilandasi keikhlasan kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai ibadah
- Lakukan langkah-langkah pemolisian secara humanis namun tetap tegas berdasarkan asas professional, resesitas, proporsional, dan akuntabilitas
- Para pimpinan di setiap tingkatan harus turun langsung melakukan pengendalian dan pengawasan melekat sehingga seluruh tindakan sesuai dengan aturan dan SOP yang berlaku
- Antisipasi segala kemungkinan situasi kontijensi, mulai dari gangguan Kamsebtilcar lantas, aksi kriminalitas, huru-hara, aksi teror, sampai dengan bencana alam
- Mantapkan kerja sama, sinergitas, dan soliditas dengan seluruh pihak terkait
- Mengedepankan komunikasi publik dalam mengambil tindakan
“Masyarakat harus merasa menjadi bagian dari KTT G20. Tunjukkan bahwa Indonesia adalah tuan rumah yang ramah dan sopan sehingga meninggalkan kesan yang baik bagi seluruh delegasi,” ungkapnya.