[Cek Fakta] Video Kaviar Berbahan Dasar Telur Siput Sawah

Ada beberapa cara dalam mengidentifikasi video berdurasi kurang dari 1 menit itu. Pertama, pemeriksa fakta dapat melacak informasi dengan kata kunci kaviar siput di mesin peramban. Hasilnya, memang ada olahan yang disebut kaviar siput dan populer di beberapa negara Eropa.

Sebenarnya secara harfiah, istilah kaviar atau caviar berasal dari Bahasa Persia, yaitu khavyar berarti telur. Kata tersebut pertama kali muncul dalam Bahasa Inggris pada tahun 1591. Sedangkan apabila merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring Kemdikbud, kaviar bermakna telur ikan besar (terutama ikan sturgeon) yang diawetkan dan diasinkan.

Lalu, apakah telur siput berwarna merah muda dapat menjadi olahan kaviar siput? Selama pencarian di mesin peramban, tidak ada satupun informasi yang menunjukkan bahwa telur siput berwarna merah muda yang menjadi olahan kaviar siput.

Artikel bertajuk Berani Coba? Ini 9 Telur dari Hewan yang Tak Biasa Dimakan yang terbit di IDN Times pada 7 Desember 2020 lalu menunjukkan, bahwa telur siput yang digunakan untuk kaviar adalah telur yang berwarna putih. 

Berdasarkan penelusuran gambar dengan reverse image, ada berbagai gambar yang menunjukkan telur siput berwarna putih. Setelah ditelusuri lebih lanjut, bekicot (Achatina fulica) menghasilkan telur berwarna putih.

Telur putih bekicot disebut kaviar escargot atau kaviar putih. Escargot merupakan hidangan populer di Prancis yang menggunakan bekicot sebagai bahan utamanya. Jadi, kaviar putih yang dimaksud tidak berasal dari telur keong atau siput sawah yang berwarna merah muda.

Narasi di video mengungkapkan bahwa telur siput dapat menjadi hidangan mewah, yaitu kaviar. Namun, latar video yang digunakan adalah telur keong sawah berwarna merah muda. Serta latar video yang menunjukkan seorang laki-laki memakan kaviar adalah kaviar beluga dengan warna abu-abu kekuningan. 

Konten video tersebut menunjukkan antara narasi dan video yang digunakan tidak sesuai. Ini akan berdampak buruk jika penonton langsung mempercayai informasi video tersebut mentah-mentah. Para pembuat konten harus melakukan riset lebih dalam antara narasi dengan videonya, jangan sampai menyesatkan penonton.