Cegah Penularan Difteri dan Tetanus, Tabanan Imunisasi Anak Usia Sekolah

- Imunisasi DPT dilakukan untuk mencegah difteri dan tetanus
- Difteri dan tetanus disebabkan oleh bakteri, serta memiliki gejala khas yang perlu diwaspadai
- Pelaksanaan imunisasi dilakukan oleh petugas kesehatan di sekolah-sekolah dengan harapan mendapat dukungan dari orangtua dan pihak sekolah
Tabanan, IDN Times - Mencegah kasus tetanus dan difteri, Pemerintah Kabupaten Tabanan melalui Dinas Kesehatan Tabanan menggelar imunisasi DPT (difteri, pertusis dan tetanus) dengan target anak usia sekolah dasar, dasar kelas 1, 2, dan 5. Selain itu, Dinas Kesehatan juga menyasar anak-anak usia 7, 8, dan 11 tahun yang tidak bersekolah.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan, Ida Bagus Surya Wira Andi menjelaskan, imunisasi memiliki peran penting dalam mencegah penyakit yang ditimbulkan dari bakteri penyebab difteri dan tetanus.
“(Imunisasi) Tidak hanya melindungi anak dari penyakit difteri dan tetanus, tetapi juga mencegah komplikasi serius, seperti gagal jantung dan kelumpuhan, serta menghambat penyebaran penyakit di masyarakat,” ujarnya pada Rabu (12/11/2025)
1. Difteri dan tetanus disebabkan oleh bakteri

Bagus Surya melanjutkan, difteri adalah penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae yang dapat menyebabkan gejala berat hingga kematian. Sementara tetanus adalah penyakit akibat bakteri Clostridium tetani.
Selama dua tahun terakhir di Kabupaten Tabanan tidak terjadi kasus difteri dan tetanus. "Lewat imunisasi ini tentunya diharapkan tidak ada lagi kasus penyakit difteri dan tetanus di masyarakat," kata Bagus Surya.
2. Cara penularan tetanus dan difteri

Bagus Surya menjelaskan, difteri secara umum dapat menular dari droplet atau percikan batuk, bersin dari pasien yang mengandung kuman difteri di tenggorokannya. Sementara tetanus secara umum masuk lewat luka yang kotor.
Adapun ciri-ciri penyakit difteri yang paling khas adalah timbulnya lapisan tebal berwarna keabu-abuan di tenggorokan dan amandel yang disebut dengan pseudomembran. Bersamaan dengan gejala ini, ada beberapa gejala lain yang bisa terjadi, yaitu sakit tenggorokan, batuk, suara serak, demam ringan atau menggigil, pembengkakan kalenjar getah bening di leher, sulit menelan, air liur menetes terus-menerus dan sakit kepala.
Selain pada hidung dan tenggorokan, ada pula jenis difteri yang terjadi pada kulit dengan gejala kulit kemerahan, timbul bintik-bintik berisi nanah, dan timbul bisul di kulit. Apabila difteri sudah sembuh, bintik-bintik dan bisul pada kulit juga akan menghilang dalam waktu 2–3 bulan.
Sementara untuk tetanus terjadi kekakuan otot rahang (lockjaw), kesulitan menelan, dan kejang otot yang dapat menyebar ke leher, punggung, dan perut. Gejala lain yang mungkin muncul adalah sakit kepala, demam, keringat berlebih, dan peningkatan detak jantung serta tekanan darah.
3. Pencegahan kasus dengan imunisasi

Untuk mencegah infeksi difteri dan tetanus, imunisasi DPT penting diberikan kepada anak, sejak bayi. Imunisasi itu pun bagian dari program pemerintah.
Bagus Surya mengatakan, secara teknis pelaksanaan imunusasi DPT untuk anak usia sekolah di Tabanan akan dilakukan oleh petugas kesehatan dari masing-masing puskesmas yang akan turun langsung ke sekolah-sekolah untuk memberikan layanan imunisasi.
Pendekatan jemput bola ini dilakukan agar seluruh sasaran dapat terlayani dengan baik tanpa mengganggu aktivitas belajar siswa. Dia mengajak seluruh orangtua dan pihak sekolah untuk berpartisipasi aktif dalam mendukung kegiatan imunisasi itu.
“Kami harap para orangtua memberikan izin dan pendampingan kepada anak-anaknya untuk mengikuti imunisasi. Upaya ini bukan hanya melindungi individu, tetapi juga menjadi bentuk tanggung jawab bersama dalam menjaga kesehatan masyarakat Tabanan,” kata dia.



















